Sosiologi Moral
Minimnya objek kajian moralitas memang menjadi salah satu kelemahan akademik sosiologi. Anggapan ini berangkat dari sedikitnya literatur-literatur sosiologi yang menganalisis problem etika sebagai sebuah gosip sosial yang penting. Padahal bagi Durkheim, moralitas menempati posisi sentral sebagai objek kajian wacana masyarakat. Lebih jauh, Durkheim memang begitu tertarik pada objek kajian level eksistensial sebagaimana Weber.
Sejak akhir era ke-19, pembahasan wacana moralitas dan adat dilakukan setidaknya melalui tiga pendekatan. Pertama, pendekatan evolusioner. Pendekatan ini terinspirasi dari Darwin yang banyak mengkaji seputar evolusi ide-ide moral. Pengaruh Darwin hingga kepada golongan Darwinis Sosial ibarat Sumner yang menyimpulkan bahwa kesuksesan moralitas merupakan bentuk seleksi alam. Pada aspek ini, etika sangat bekerjasama erat dengan kekuasaan.
Kedua, pendekatan humanistik komparatif. Pendekatan ini banyak dipakai oleh ontelektual Jerman. Georg Simmel dan Max Weber merupakan dua diantaranya. Simmel menghasilkan karya ‘Introduction of The Science of Morals’ (1893), sedangkan Weber mengkaji adat dalam masterpiece-nya ‘The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism’. Etika dan etika yang dikaji melalui pendekatan ini ditempatkan pada posisi yang berbeda dari ilmu-ilmu alam. Sehingga kajiannya lebih bersifat kualitatif dan interpretative. Persoalan etika yaitu problem interpretasi.
Ketiga, pendekatan Durkheimian. Bagi Durkheim, etika merupakan pengikat agen-agen sosial sehingga tercipta kehidupan sosial yang harmonis. Sosiologi semestinya menjadi ilmu wacana masyarakat, oleh alasannya yaitu itu, sosiologi moralitas selayaknya menjadi objek kajian yang utama. Pendekatan Durkheimian wacana moralitas lebih bersifat deskriptif. Seperti pandangan Durkheim wacana fakta sosial yang bersifat sui generis, keberadaan moralitas juga berada di luar individu.
Moral diperlukan menjadi motor pelopor masyarakat untuk menuju ‘social order’. Bagi Durkheim, sumber moralitas sanggup berasal dari dua hal, yakni agama dan budaya sakral. Keduanya merupakan bentuk terorganisir dari sebuah tindakan kolektif masyarakat. Masyarakat yang serasi mempunyai solidaritas yang bersumber setidaknya dari dua unsur tersebut. Pada akhirnya, sosiologi diperlukan tidak menjauhkan dirinya dari moralitas sebagai objek kajiannya. Saatnya menyudahi sisi misterius moralitas dalam disiplin sosiologi.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "Sosiologi Moral"
Posting Komentar