√ Perilaku Kritis Konsekuensi Masyarakat Multikultural

Sikap Kritis Konsekuensi Masyarakat Multikultural - Dalam menghadapi konsekuensi sosial yang ditimbulkan oleh adanya masyarakat multikultural, kita sebagai warga Negara yang baik harus berbagi sikap kritis yang bersifat membangun (konstruktif) demi tercapainya apa yang disebut dengan integrasi sosial. Dengan tercapainya integrasi, maka stabilitas dan harmonisasi dalam kehidupan masyarakat akan terwujud dengan sendirinya.

Sikap kritis yang dimaksudkan yakni bentuk sikap kita yang berupaya untuk merespon segala bentuk perbedaan dan keragaman dalam budaya, suku bangsa, kepribadian, ras, dan yang lainnya sebagai bentuk penghormatan kita atas segala perbedaan tersebut. Sikap kritis ini contohnya sanggup kau lakukan dalam lingkungan sekolahmu, saat ada beberapa temanmu yang berasal dari keluarga yang berkecukupan mencoba untuk memaksakan kehendaknya dalam sebuah pertemuan kelas demi laba langsung mereka. Hendaknya kau sebagai warga kelas yang baik, harus sanggup menolak perbuatan itu dengan memperlihatkan pertimbangan-pertimbangan mengenai perbedaan kondisi yang ada di dalam kehidupan kelas kamu. Sehingga segala kepentingan dari golongan apapun yang ada di kelasmu sanggup terakomodasi dengan baik, dan tidak menjadikan perpecahan.


Sikap Kritis Konsekuensi Masyarakat Multikultural √ SIKAP KRITIS KONSEKUENSI MASYARAKAT MULTIKULTURAL


Beberapa sikap kritis yang harus kita kembangkan dalam menghadapi bentuk-bentuk konsekuensi sosial dari masyarakat multikultural di antaranya yakni sebagai berikut.


1. Mengembangkan Sikap Toleran

Dalam masyarakat multikultural harus dikembangkan sikap toleransi atau sikap saling pengertian dalam menghadapi segala perbedaan dalam nilai dan norma, agama, kebudayaan, ras, suku bangsa, serta susila istiadat biar tercipta integrasi dalam masyarakat. Contohnya toleransi antarumat beragama. Di negara kita, sikap toleransi sebetulnya sudah dikembangkan secara baik, namun ada beberapa kelompok yang cenderung berupaya untuk merusak situasi yang sudah aman ini dengan melaksanakan gerakan-gerakan yang berbasis agama, dengan tujuan untuk menghancurkan agama lain. Hal menyerupai ini harus dihindari apabila kita ingin berbagi sikap kritis kita dalam menghadapi segala perbedaan guna membuat integrasi, keturunan, dan kedamaian hidup di masyarakat.


2. Meninggalkan Sikap Primordialisme

Terutama yang bersifat fanatisme kesukuan (ethnocentrisme) dan mengarah pada sikap ekstrem. Sikap primordialisme kalau kita lihat secara faktual akan lebih memperkuat posisi kita dalam kehidupan bermasyarakat. Namun yang seringkali muncul yakni bahwa sikap primordialisme ini kemudian akan menjadi penyebab terjadinya disintegrasi dalam masyarakat. Karena itu, sebisa mungkin prasangka jelek atas suku bangsa, ras, atau agama yang berbeda harus dihindari, alasannya itu hanya akan menjadikan perpecahan dalam kehidupan masyarakat yang multikultural ini.


3. Mengembangkan Sikap Nasionalisme

Semangat mengasihi tanah air dengan nrimo akan membawa negara ini pada suatu persatuan, kesatuan, dan cenderung mengesampingkan segenap perbedaan yang selama ini menjadi perdebatan. Dalam sikap nasionalisme, terdapat perjuangan untuk mengikis segala bentuk perbedaan dalam hal latar belakang budaya guna mencapai sebuah semangat persatuan yang akan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dan negara kita sendiri. Dengan nasionalisme kita juga sanggup menghargai perbedaan yang ada.


4. Menyelesaikan Konflik secara Akomodatif

Konflik merupakan suatu tanda-tanda sosial yang masuk akal sebagai tanggapan interaksi sosial yang dilakukaan oleh insan di dalam masyarakat. Hal ini mengingat adanya perbedaan-perbedaan antara insan yang satu dengan insan yang lain, contohnya kepentingan, pendapat, dan lain-lain. Konflik memang terkadang sulit dihindari, terutama apabila perasaan kita selalu diliputi  dengan prasangka, sentiment komunitas, dan emosional pribadi. Agar konflik yang terjadi di masyarakat tidak berakhir dengan kekerasan yang sanggup menjadikan kerusakan dan jatuhnya korban jiwa manusia, maka, sedapat mungkin, kita harus akomodatif dan penuh pertimbangan dalam berusaha menuntaskan konflik yang ada dengan tujuan untuk mencapai integrasi sosial dalam masyarakat. Misalnya dengan melaksanakan perundinganperundingan.


5. Menegakkan Fungsi Hukum

Hukum sebetulnya diciptakan untuk membatasi sikap masyarakat tanpa memandang perbedaan latar belakang budaya dan kesukuan. Hukum merupakan peraturan formal yang disusun dengan telah mempertimbangkan semua aspek kehidupan, dan juga bersumber dari hukum-hukum yang ada di wilayah masing-masing, menyerupai susila istiadat dan konvensi yang ada sebelumnya.


6. Mengembangkan Kesadaran Peranan

Setiap individu sebagai anggota masyarakat memiliki peranan masing-masing yang diubahsuaikan dengan status atau kedudukan yang dimilikinya. Misalnya kau sebagai seorang siswa di sekolah memiliki peranan untuk menghormati guru, mematuhi tata tertib sekolah, memperhatikan bahan pelajaran yang disampaikan guru, dan lain-lain. Contoh lainnya yakni dalam suatu perusahaan, seorang pimpinan memiliki peranan untuk mengayomi dan membimbing bawahannya, sedangkan bawahannya memiliki peranan untuk menaati dan menjalankan perintah pimpinannya. Dengan kesadaran akan peranan yang harus dilaksanakan sebagaimana mestinya tersebut, tidak akan terjadi saling memusuhi, atau hingga bertikai hanya  mmpermasalahkan kedudukan. Jika semua telah menyadariadanya peranan yang dimiliki dan sanggup dijalankan sebagaimana mestinya, maka prasangka dan sikap emosional dari orang lain akan hilang dengan sendirinya.



Versi bahan oleh Bondet Wrahatnala

Sumber http://www.ssbelajar.net/

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "√ Perilaku Kritis Konsekuensi Masyarakat Multikultural"

Posting Komentar