Perbedaan Dan Referensi Metode Persediaan Fifo, Lifo, Average

Dalam sebuah bisnis, terutama pada perusahaan dagang, perusahaan harus mempunyai pengelolaan operasional yang terstruktur dan sistematis. Salah satunya yakni PENGELOLAAN PERSEDIAAN BARANG DAGANG. 

Mengelola persediaan harus diharapkan kemampuan dan profesionalisme, sebab persediaan yakni hal yangb sangat krusial di dalam sebuah perusahaan. Kalau perusahaan tidak mempunyai administrasi persediaan yang baik, perusahaan tidak akan bisa mengelola pembelian dan penjualannya dengan baik. 

Mengelola persediaan (dalam hal ini salah satunya yakni pencatatan persediaan) berkhasiat untuk mengetahui masa kadaluarsa / expired suatu barang, sehingga perusahaan bisa memanajemen persediaan lebih baik di masa mendatang.  Selain itu mengelola persediaan juga diharapkan semoga perusahaan mengetahui berapa nilai sisa, dan barang2 yang harus dikeluarkan dahulu dari persediaan. 

FIFO LIFO Average - Bahasekonomi
Di dalam perhitungan metode persediaan barang dagang untuk akuntansi perusahaan dagang, terdapat tiga metode utama yang paling sering digunakan, yaitu metode persediaan First in First Out (FIFO), Last in First Out (LIFO) dan metode persediaan harga rata-rata (average). 

Apa perbedaan ketiganya? Apa saja pola perusahaan yang memakai metode perhitungan FIFO, LIFO dan average? Dan bagaimana cara menghitung ketiga metode persediaan tersebut? Oke mari kita bahas bersama 

1. Metode FIFO

Metode FIFO merupakan metode perhitungan persediaan, di mana barang yang pertama kali masuk akan dikeluarkan atau dijual pertama kali, dan barang yang terakhir kali masuk di gudang, akan dijual atau dikeluarkan terakhir. 

Pencatatan persediaan pertama kali yakni mencatat persediaan yang pertama kali masuk. Dalam metode FIFO, nilai persediaan yang disajikan menurut harga yang paling baru. 

Kelebihan metode FIFO: Dengan adanya metode FIFO, maka perusahaan bisa meminimalkan risiko barang2 yang kadaluarsa jawaban terlalu usang berada di gudang / persediaan. Hal ini sebab barang yang paling usang berada di gudang akan dikeluarkan / dijual terlebih dahulu. 

Selain itu, metode FIFO sanggup menghasilkan perhitungan pada harga pokok penjualan (HPP) yang lebih rendah (karena barang yang paling usang dikeluarkan terlebih dahulu, sehingga meminimalkan risiko kadaluarsa, di mana kadaluarsa barang akan menciptakan biaya HPP menjadi tinggi), sehingga perusahaan bisa menghasilkan keuntungan kotor yang tinggi, dan persediaan selesai yang lebih tinggi.  

Kelemahan metode FIFO: Karena FIFO menghasilkan keuntungan yang tinggi, maka FIFO juga akan menghasilkan pajak yang besar, dan keuntungan yang dihasilkan dari perhitungan FIFO tidak terlalu akurat. 

Metode FIFO cocok dipakai oleh perusahaan yang menjual produk2 yang mempunyai masa expired / kadaluarsa contohnya produk2 makanan, minuman, peralatan mandi, kosmetik, dan lain2, di mana produk2 tersebut lebih cantik diterapkan dengan metode FIFO. 

Di dalam praktik bisnis, metode FIFO yakni metode perhitungan persediaan yang paling banyak dipakai sebab kita tahu bahwa secara umum dikuasai perusahaan di Indonesia yakni perusahaan2 dagang dan manufaktur, di mana produk2 yang dijual mempunyai masa kadaluarsa. 

Contoh perusahaan yang memakai FIFO: Minimarket, supermarket, perusahaan2 manufaktur, di mana mereka menjual produk atau mengolah dahulu produk tersebut menjadi materi jadi (manufaktur) dan dijual ke pelanggan, di mana produk2 tersebut ada masa kadaluarsanya. 

2. Metode LIFO 

Metode LIFO merupakan metode perhitungan persediaan, di mana persediaan barang yang terakhir masuk (last in) akan dijual pertama kali (first out), dan barang yang pertama kali masuk akan dijual terakhir. Makara metode LIFO secara sederhana yakni kebalikan dari metode FIFO. Pencatatan persediaan dilakukan pertama kali dengan mencatat barang persediaan yang terakhir masuk. 

Kelebihan LIFO: LIFO bertujuan untuk memudahkan penataan barang, baik merupakan pemasukan barang maupun pengambilan barang. Selain itu, perhitungan LIFO akan menghasilkan keuntungan yang kecil, sehingga perusahaan bisa menghemat pajak. 

Kelemahan LIFO: Perhitungan memakai metode LIFO cukup rumit. Hal ini menciptakan perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk pembukuan yang lebih tinggi, dan keuntungan yang dihasilkan juga lebih rendah (meskipun perusahaan otomatis juga membayar pajak yang lebih rendah).

Contoh perusahaan yang memakai LIFO: Toko baju. Anda bisa lihat sistem barang masuk keluar di toko baju, di mana baju dengan model atau tren terbaru yakni baju yang terakhir masuk di barang persediaan (last in). Sedangkan baju dengan model lama, yakni baju yang pertama masuk di persediaan. 

Tetapi ketika perusahaa mengeluarkan atau menjual baju, maka toko akan mengeluarkan terlebih dahulu baju yang sedang tren / baju yang modelnya paling gres (first out), sedangkan baju usang akan disimpan terlebih dahulu sebab baju tersebut tidak sedang tren / tidak berada pada ajakan yang tinggi dikala itu.

3. Metode harga rata-rata / average 

Metode average atau rata2 tertimbang yakni metode perhitungan persediaan di mana barang keluar dicatat memakai harga rata2 barang tersebut. Untuk mendapat harga rata2 rumusnya yakni sebagai berikut: (Jumlah saldo awal barang yang akan dijual + total pembelian) / total kuantitas (Q) barang dagang yang dibeli + kuantitas saldo awal barang dagang. 

Perhitungan harga average tidak mempedulikan barang yang pertama masuk ataupun barang yang terakhir masuk untuk dijual. Perusahaan hanya menghitung harga rata-ratanya saja ketika menjual barang persediaan.   

CONTOH PERHITUNGAN FIFO LIFO dan Average 

Bagaimana pola cara menghitung FIFO, LIFO dan average? Untuk detail cara menghitung metode persediaan, anda bisa baca pola soal dan pembahsannya disini: Pengertian dan Contoh Perhitungan FIFO, LIFO dan Average. 

Sumber http://bahasekonomi.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Perbedaan Dan Referensi Metode Persediaan Fifo, Lifo, Average"

Posting Komentar