√ Struktur Ruang Kota
Versi materi oleh Eni A dan Tri H
Struktur kota sanggup ditinjau dari dua aspek, yaitu struktur ekonomi kota dan struktur intern kota. Struktur ekonomi kota berkaitan dengan aktivitas ekonomi penduduk kota, sedang struktur intern kota berkaitan dengan struktur bangunan dan demografis.
Bagaimana struktur kota berdasarkan kedua aspek tersebut ? Mari ikuti pemaparannya.
a. Struktur Ekonomi Kota
Wilayah kota menjadi tempat aktivitas ekonomi penduduknya di bidang jasa, perdagangan, industri, dan administrasi. Selain itu, wilayah kota menjadi tempat tinggal dan sentra pemerintahan. Kegiatan ekonomi kota sanggup dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
1) Kegiatan Ekonomi Dasar
Kegiatan ini mencakup pembuatan dan penyaluran barang dan jasa untuk keperluan luar kota atau dikirim ke kawasan sekitar kota. Produk yang dikirim dan disalurkan berasal dari industri, perdagangan, hiburan, dan lainnya.
2) Kegiatan Ekonomi Bukan Dasar
Kegiatan ini mencakup pembuatan dan penyaluran barang dan jasa untuk keperluan sendiri. Kegiatan ini disebut juga dengan aktivitas residensial dan aktivitas pelayanan. Kegiatan ekonomi kota sanggup berupa industri dan aktivitas jasa atau akomodasi yang tidak memerlukan lahan yang luas. Kegiatan ini menimbulkan kota berpenduduk padat, jarak bangunan rapat, dan bentuk kota kompak.
Struktur kota dipengaruhi oleh jenis mata pencaharian penduduknya. Mata pencaharian penduduk kota bergerak di bidang nonagraris, menyerupai perdagangan, perkantoran, industri, dan bidang jasa lain. Dengan demikian, struktur kota akan mengikuti fungsi kota. Sebagai contoh, suatu wilayah direncanakan sebagai kota industri, maka struktur penduduk kota akan mengarah atau cenderung ke jenis aktivitas industri.
Pada kenyataan, jarang sekali suatu kota mempunyai fungsi tunggal. Kebanyakan kota juga merangkap fungsi lain, menyerupai kota perdagangan, kota pemerintahan, atau kota kebudayaan. Contoh: Yogyakarta selain disebut kota budaya tetapi juga disebut sebagai kota pendidikan dan kota wisata.
Di kawasan kota terdapat banyak kompleks, menyerupai apartemen, perumahan pegawai bank, perumahan tentara, pertokoan, sentra perbelanjaan (shopping center), pecinan, dan kompleks suku tertentu. Kompleks tersebut merupakan kelompok-kelompok (clusters) yang timbul akhir pemisahan lokasi (segregasi).
Segregasi sanggup terbentuk lantaran perbedaan pekerjaan, strata sosial, tingkat pendidikan, suku, harga sewa tanah, dan lainnya. Segregasi tidak akan menjadikan problem apabila ada pengertian dan toleransi antara pihak-pihak yang bersangkutan. Munculnya segregasi di kota sanggup direncanakan ataupun tidak direncanakan. Kompleks perumahan dan kompleks pertokoan ialah rujukan segregasi yang direncanakan pemerintah kota.
Bentuk segregasi yang lain ialah perkampungan kumuh/slum yang sering tumbuh di kota-kota besar menyerupai Jakarta. Rendahnya pendapatan menimbulkan tidak adanya kemampuan mendirikan rumah tinggal sehingga terpaksa tinggal di sembarang tempat. Kompleks menyerupai ini biasanya ditempati oleh kaum miskin perkotaan. Permasalahan menyerupai ini memerlukan penanganan yang bijaksana dari pemerintah.
b. Struktur Intern Kota
Pertumbuhan kota-kota di dunia termasuk di Indonesia cukup pesat. Pertumbuhan suatu kota sanggup disebabkan oleh pertambahan penduduk kota, urbanisasi, dan kemajuan teknologi yang membantu kehidupan penduduk di kota. Wilayah kota atau urban bersifat heterogen ditinjau dari aspek struktur bangunan dan demografis. Susunan, bentuk, ketinggian, fungsi, dan usia bangunan berbeda-beda.
Mata pencaharian, status sosial, suku bangsa, budaya, dan kepadatan penduduk juga bermacam-macam. Selain aspek bangunan dan demografis, karakteristik kota dipengaruhi oleh aneka macam faktor menyerupai topografi, sejarah, ekonomi, budaya, dan kesempatan usaha. Karakteristik kota selalu dinamis dalam rentang ruang dan waktu.
Apabila dilihat sekilas wajah suatu kota, maka akan banyak susunan yang tidak beraturan. Akan tetapi, apabila diamati dengan cermat maka akan dijumpai bentuk dan susunan khas yang menyerupai dengan kota-kota lain.
Misalnya, kota A berbentuk persegi empat, kota B berbentuk persegi panjang, dan kota C berbentuk bulat. Begitu juga dalam susunan bangunan kota terjadi pengelompokan berdasarkan tata guna lahan kota.
Jadi, suatu kota mempunyai bentuk dan susunan yang khas. Apabila kau mengamati kota berdasarkan peta penggunaan lahan, maka kau akan mendapat aneka macam jenis zona, menyerupai zona perkantoran, perumahan, sentra pemerintahan, pertokoan, industri, dan perdagangan. Zona-zona tersebut menempati kawasan kota, baik di penggalan pusat, tengah, dan pinggirannya.
Zona perkantoran, sentra pemerintahan, dan pertokoan menempati kota penggalan sentra atau tengah. Zona perumahan elite cenderung mempunyai lokasi di pinggiran kota. Sedang zona perumahan karyawan dan buruh umumnya berdekatan dengan jalan penghubung ke pabrik atau perusahaan tempat mereka bekerja.
Para geograf dan sosiolog telah melaksanakan penelitian berkaitan dengan persebaran zona-zona suatu kota. Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan persebaran spasial kota.
Beberapa teori perihal struktur kota sanggup kau ikuti pemaparannya sebagai berikut.
1) Teori Konsentris (Concentric Theory)
Teori konsentris dari Ernest W. Burgess, seorang sosiolog beraliran human ecology, merupakan hasil penelitian Kota Chicago pada tahun 1923. Menurut pengamatan Burgess, Kota Chicago ternyata telah berkembang sedemikian rupa dan mengatakan pola penggunaan lahan yang konsentris yang mencerminkan penggunaan lahan yang berbeda-beda.
Burgess beropini bahwa kota-kota mengalami perkembangan atau pemekaran dimulai dari pusatnya, kemudian seiring pertambahan penduduk kota meluas ke kawasan pinggiran atau menjauhi pusat. Zona-zona gres yang timbul berbentuk konsentris dengan struktur bergelang atau melingkar.
Berdasarkan teori konsentris, wilayah kota dibagi menjadi lima zona sebagai berikut.
Teori Burgess sesuai dengan keadaan negara-negara Barat (Eropa) yang telah maju penduduknya. Teori ini mensyaratkan kondisi topografi lokal yang memudahkan rute transportasi dan komunikasi.
2) Teori Sektoral (Sector Theory)
Teori sektoral dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Teori ini muncul berdasarkan penelitiannya pada tahun 1930-an. Hoyt berkesimpulan bahwa proses pertumbuhan kota lebih berdasarkan sektorsektor daripada sistem gelang atau melingkar sebagaimana yang dikemukakan dalam teori Burgess. Hoyt juga meneliti Kota Chicago untuk mendalami Daerah Pusat Kegiatan (Central Business District) yang terletak di sentra kota.
Ia beropini bahwa pengelompokan penggunaan lahan kota menjulur menyerupai irisan camilan anggun tar. Mengapa struktur kota berdasarkan teori sektoral sanggup terbentuk? Para geograf menghubungkannya dengan kondisi geografis kota dan rute transportasinya. Pada kawasan datar memungkinkan pembuatan jalan, rel kereta api, dan susukan yang murah, sehingga penggunaan lahan tertentu, contohnya perindustrian meluas secara memanjang. Kota yang berlereng menimbulkan pembangunan perumahan cenderung meluas sesuai bujuran lereng.
3) Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945. Kedua geograf ini berpendapat, meskipun pola konsentris dan sektoral terdapat dalam wilayah kota, kenyataannya lebih kompleks dari apa yang dikemukakan dalam teori Burgess dan Hoyt.
Pertumbuhan kota yang berawal dari suatu sentra menjadi bentuk yang kompleks. Bentuk yang kompleks ini disebabkan oleh munculnya nukleus-nukleus gres yang berfungsi sebagai kutub pertumbuhan. Nukleus-nukleus gres akan berkembang sesuai dengan penggunaan lahannya yang fungsional dan membentuk struktur kota yang mempunyai sel-sel pertumbuhan.
Nukleus kota sanggup berupa kampus perguruan tinggi tinggi, Bandar udara, kompleks industri, pelabuhan laut, dan terminal bus. Keuntungan ekonomi menjadi dasar pertimbangan dalam penggunaan lahan secara mengelompok sehingga berbentuk nukleus. Misalnya, kompleks industri mencari lokasi yang berdekatan dengan sarana transportasi. Perumahan gres mencari lokasi yang berdekatan dengan sentra perbelanjaan dan tempat pendidikan.
Harris dan Ullman beropini bahwa karakteristik persebaran penggunaan lahan ditentukan oleh faktor-faktor yang unik menyerupai situs kota dan sejarahnya yang khas, sehingga tidak ada urut-urutan yang teratur dari zona-zona kota menyerupai pada teori konsentris dan sektoral. Teori dari Burgess dan Hoyt dianggap hanya mengatakan contoh-contoh dari kenampakan kasatmata suatu kota.
4) Teori Konsektoral (Tipe Eropa)
Teori konsektoral tipe Eropa dikemukakan oleh Peter Mann pada tahun 1965 dengan mengambil lokasi penelitian di Inggris. Teori ini mencoba menggabungkan teori konsentris dan sektoral, namun pemfokusan konsentris lebih ditonjolkan.
5) Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin)
Teori konsektoral tipe Amerika Latin dikemukakan oleh Ernest Griffin dan Larry Ford pada tahun 1980 berdasarkan penelitian di Amerika Latin. Teori ini sanggup digambarkan sebagai berikut.
6) Teori Poros
Teori poros dikemukakan oleh Babcock (1932), yang menekankan pada peranan transportasi dalam memengaruhi struktur keruangan kota. Teori poros ditunjukkan pada gambar sebagai berikut.
7) Teori Historis
Dalam teori historis, Alonso mendasarkan analisisnya pada kenyataan historis yang berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk di dalam kota. Teori historis dari Alonso sanggup digambarkan sebagai berikut.
Dari model gambar di depan mengatakan bahwa dengan meningkatnya standar hidup masyarakat yang semula tinggal di bersahabat CBD disertai penurunan kualitas lingkungan, mendorong penduduk untuk pindah ke kawasan pinggiran (a). Perbaikan kawasan CBD menjadi menarik lantaran bersahabat dengan sentra segala akomodasi kota (b). Program perbaikan yang semula hanya difokuskan di zona 1 dan 2, melebar ke zona 3 yang menarik para pendatang gres khususnya dari zona 2 (c).
Sumber http://www.ssbelajar.net/
0 Response to "√ Struktur Ruang Kota"
Posting Komentar