Cerita Rakyat : Watu Menangis

Cerita Rakyat Batu Menangis Pastinya teman sekalian sudah sangat erat dengan dongeng rakyat yang satu ini. Ya, dongeng rakyat kerikil menangis merupakan salah satu dongeng yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. Cerita ini menceritakan seorang anak yang dikutuk oleh ibunya menjadi batu. Memang agak ibarat dengan malin kudang, tetapi jalan ceritanya amat sangat berbeda. Cerita rakyat kerikil menangis merupakan dongeng rakyat yang berasal dari Kalimantan Barat. Cerita ini sudah sering sekali terbit dalam buku dongeng anak, bahkan ada juga filemnya.

Nah, pada kesempatan kali ini bermaksud ingin menghadrikan Ceirta Rakyat Batu Menangis ini untuk teman sekalian. Cerita rakyat ini sengaja saya hadirkan untuk mencoba melestarikan dongeng rakyat Indonesia yang sarat akan unsur moral dan pendidikan semoga tidak punah tergerus masa. Semoga dari dongeng rakyat di bawah ini teman sanggup terhibur dan mendapat pesan moral yang terkandung di dalamnya. Semoga bermanfaat. Check this out!!!



 Pastinya teman sekalian sudah sangat erat dengan dongeng rakyat yang satu ini Cerita Rakyat : Batu Menangis

Batu Menangis

Suatu ketika, tersebutlah seorang janda renta yang tinggal di sebuah rumah kecil di atas bukit bersama dengan anak perempuannya yang cantik. Si janda renta tersebut sangatlah miskin sehingga ia harus bekerja keras setiap hari. Dia mengumpulkan kayu kering di hutan dan menjualnya di pasar seminggu sekali. Dia sangat ingin melihat anaknya perempuannya senang untuk itu ia bekerja lebih keras dan lebih keras setiap hari.

Si gadis, anak perempuan si janda tua, yakni gadis yang benar-benar cantik. Setiap lelaki sanggup dengan gampang jatuh cinta jikalau mereka melihat wajahnya. Sayangnya ia mempunyai sifat yang sangat buruk. Si gadis tersebut sangat malas dan tidak pernah mau membantu ibunya. Setiap hari kerjanya hanya bersolek diri dan bercermin untuk mengagumi kecantikannya sendiri. Dia juga anak yang sangat manja. Semua permintaanya harus dikabulkan meskipun ibunya yakni perempuan renta yang miskin.

Seperti biasa, di setiap selesai pecan, si janda renta akan pergi ke pasar untuk untuk menjual kayu kering yang ia sudah kumpulkan. Kali ini, anak perempuanya ingin ikut pergi bersamanya juga. Dia ingin membli pakaian baru. Si janda renta sangat senang melihat anaknya ingin pergi tolong-menolong dengannya ke pasar. Si janda renta juga berencana menggunakan uang yang ia terima dari hasil menjual kayu kering untuk membeli baju gres untuk anaknya. Dia benar-benar ingin melihat anak perempuannya bahagia.

Letak pasarnya sangat jauh dari rumah mereka. Meraka harus menuruni bukit dan melewati sebuah desa. Si gadis menggunakan baju yang sangat bagus dan juga berdandan supaya orang-orang yang melihatnya akan terpesona akan kecantikanya. Sebaliknya, ibunya hanya menggunakan baju lamga yang kotor dengan keranjang penuh kayu kering dipunggungnya. Dia ingin ibunya berjalan dibelakangnya sehingga orang-orang akan menerka bahwa ia bukan ibunya. Si gadis tidak sanggup terima jikalau orang-oran di desa mengetahui bawah si janda renta tersebut yakni ibunya. Memang, tak seorang pun tahu bahwa si gadis dan si janda renta yakni anak dan ibu alasannya yakni mereka tinggal sendiri di atas bukit.

Ketika mereka memasuki desa, semua orang yang lewat menatap mereka. Mereka begitu terpesonda akan kecantikan si gadis itu. Mereka tidak sanggup menolak untuk tetap menatap wajahnya yang cantik. Namun, dikala orang-orang tersebut melihat perempuan renta yang berjalan dibelakangnya, mereka merasa sangat berbeda. Hal itu menciptakan mereka bertanya-tanya siapa sebetulnya perempuan renta kontor dibelakangnya. Diantara orang-orang tersebu, seorang lelaki muda menghampirinya dan bertanya, “Hey, gadis cantik. Apakah itu ibu mu dibelakang mu?”

“Bukan,” si gadis berkata dengan angkuh. “Dia yakni pembantuku!”

Janda renta itu masih sanggup memahami mengapa anak perempuanya berkata ibarat itu. Dia hanya sanggup menyalahkan dirinya sendiri alasannya yakni ia tidak sanggup menjadi ibu ibarat yang diinginkan anaknya. Si janda renta tersebut tetap membisu dan melanjutkan perjalananya. Tidak jauh dari situ, laki-laki muda yang lain mengampiri dan bertanya pada si gadis pertanyaan yang sama.

“Hi, sayang. Apakah ia yakni ibu mu?”

Lagi, si gadi itu menolak fakta dengan berkata tidak bawah si jada renta tersebut yakni ibunya. “Bukan, bukan, ia bukan ibu ku,” kata si gadis. “Dia yakni budak ku!”

Pertanyaan yang sama berlanjut berualng-ulang beberapa kali. Dan si gadis selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan memberitahu bawah si janda renta tersebut bukanlah ibunya. Yang pertama, yang kedua, ya ketiga, si janda renta masih sanggup menerimanya. Akan tetapi, dikala hal tersebut terus berlanjut, hal itu menciptakan si janda renta sedih. Apa yang dilakukan anaknya sangat menyakiti hati si janda renta tersebut dengan tidak mengakui bahwa ia yakni ibunya. Diam berganti kesedihan. Kesedihan berganti kemarahan. Dan dikala seorang ibu marah, hal jelek akan mengikuti. Akhirnya, si janda malang tersebut tidak sanggup menahanya lagi.

“Ya Tuhan ku, hamba tidak kuta menahan hinaan ini lagi. Bagaiman mungkin anak hamba sendiri memperlakukan ibunya ibarat itu. Ya, Tuhan tolong aturan anak durhaka ini! Hukumlah dia…”

Dengan kekuatan Tuhan yang kuasa, secara berlahan tubuhnya menjelma batu. Perubahan tersebut dimulai dari kaki. Ketika perubahan tersebut mencapai setengah tubunya, si gadis tersebut menaing dan meminta ampunan pada ibunya.

“Oh, ibu ku, mohon ampunilah saya Ampuni apa yang telah saya berbuat pada mu. Ku mohon, ibu. Aku akan berubah, ibu. Ku mohon ampunilah anak mu ini, anak perempuan ibu satu-satunya,” tangis si gadis.

Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh badan gadis itu karenanya menjelma batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang sanggup melihat ari matanya. Batu tersebut menaing. Oleh alasannya yakni itu,orang-orang kemudian memenyebutnya “Batu Menangis”.

Semoga Cerita Rakyat Batu Menangis di atas sanggup bermanfaat dan juga menghibur teman sekalian. Apabila ada suatu kesalahan baik berupa penulisan, bahasa, maupaun isi cerita, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share juga ya sobat. Terima kasih... ^^Maju Terus Pendidikan Indonesia^^

Lihat juga aneka macam Cerita Rakyat Indonesia lainnya, di sini.

Sumber http://www.zonasiswa.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Cerita Rakyat : Watu Menangis"

Posting Komentar