Sejarah Kota Depok (50): Lukisan Orisinil Cornelis Chastelein; Corneille Le Bruyn Pernah Berkunjung Ke Sering Sing, 1706
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini
Cornelis Chastelein sangat terkenal. Cornelis Chastelein yaitu orang Eropa pertama yang membuka lahan di sisi barat sungai Tjiliwong. Lahan pertama yang diusahakan di sisi barat sungai Tjiliwong yaitu lahan di Sering Sing (baca: Serengseng). Pada tahun 1706 Corneille le Bruyn pernah berkunjung ke Sering Sing. Lahan dimana Cornelis Chastelein mengusahakan pertanian.
Cornelis Chastelein sangat terkenal. Cornelis Chastelein yaitu orang Eropa pertama yang membuka lahan di sisi barat sungai Tjiliwong. Lahan pertama yang diusahakan di sisi barat sungai Tjiliwong yaitu lahan di Sering Sing (baca: Serengseng). Pada tahun 1706 Corneille le Bruyn pernah berkunjung ke Sering Sing. Lahan dimana Cornelis Chastelein mengusahakan pertanian.
Lukisan orisinil Cornelis Chastelein di Serengseng (le Bruyn, 1706) |
Ada dua dokumen kuno yang mengindikasikan keberadaan lahan yang diusahakan Cornelis Chastelein di Sering Sing. Dokumen tersebut yaitu peta lokasi Sering Sing dan lukisan lahan pertanian Cornelis Chastelein di Sering Sing. Namun yang menjadi tumpuan lukisan Sering Sing yang beredar selama ini bukanlah lukisan yang asli. Replika lukisan tersebut tidak diketahui siapa pembuatnya. Lukisan yang orisinil dibuat sendiri oleh Corneille le Bruyn, seorang pelancong yang mempunyai keahlian melukis.
Francois Castelijn alias Cornelis Chastelein: Orang-Orang Prancis di Hulu Sungai Tjiliwong
Francois Castelijn yaitu keturunan Prancis lahir di Amsterdam 10 Agustus 1657. Francois Castelijn (Prancis) kemudian juga disebut sebagai Cornelis Chastelein (Belanda). Nama keluarga Castelijn juga lebih kerap ditulis Chastelein (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 12-02-1916). Cornelis Chastelein pada usia 17 tahun merantau ke Hindia. Cornelis Chastelein memulai karir dari bawah di organisasi dagang Belanda (VOC) di Batavia.
Sebelum Cornelis Chastelein datang di Batavia, acara perdagangan Belanda (VOC) telah mengalama peribahan yang cepat (lihat Hendrik Kroeskamp, 1931). Pada ketika VOC memulai acara di Batavia tahun 1615 VOC telah mengubah teladan perdagangan secara longgar dan terbatas korelasi dengan komunitas di sekitar pantai menjadi wilayah penduduk orisinil (pribumi) diperluas menjadi bab perdagangan VOC. Kebijakan berlangsung sampai tahun 1663. Antara periode 1663 sampai 1666 kebijakan VOC bergeser mengakibatkan penduduk orisinil sebagai sekutu. Setelah tahun 1666 kebijakan VOC berubah yang mana penduduk orisinil dijadikan sebagai subyek VOC. Pada era kebijakan gres inilah Cornelis Chastelein meniti karir di Batavia.
Cornelis Chastelein sangat berbakat di bidang perdagangan dan karirnya cepat naik. Karir tertinggi Cornelis Chastelein menjabat sebagai Direktur General yang mana sebelumnya Cornelis Chastelein pernah menjabat sebagai Direktur Perdagangan. Pada tahun 1680 VOC tidak hanya menjalankan kebijakan penduduk orisinil dijadikan sebagai subyek tetapi para pejabatnya juga mulai melaksanakan eksploitasi lahan pertanian di sekitar Batavia (Algemeen Handelsblad, 21-11-1840).
Cornelis Chastelein sangat akrab dengan Joan van Hoorn dan Abraham van Riebeeck. Dua nama ini kemudian menjadi Gubernur Jenderal: Joan van Hoorn (1704-1709) dan Abraham van Riebeeck (1709-1713).
Cornelis Chastelein melaksanakan terobosan gres dengan membuka lahan di sisi barat sungai Tjiliwong di Sering Sing. Lahan di Sering Sing defacto menjadi lahan pertama yang diusahakan di sisi barat sungai Tjiliwong. Lahan Sering Sing berlokasi antara lahan Tjinere dan lahan Tjitajam. Dalam Peta 1695 teridentifikasi lahan Sering Sing, lahan terjauh di sisi barat hulu sungai Tjiliwong. Sementara lahan terjauh di sisi timur yaitu lahan Chililitang (Cililitan).
Peta Serengseng di sungai Tjiliwong, 1695 |
Cornelis Chastelein membuka lahan di Sering Sing paling tidak dimulai tahun 1695. Bagaimana situasi dan kondisi di lahan Sering Sing sanggup dilihat pada lukisan tahun 1706. Lukisan ini dibuat oleh Coneille le Bruyn, seorang pelukis asal Prancis yang pernah berkunjung ke Sering Sing pada tahun 1706. Dua dokumen (peta dan lukisan) tersebut yang ditampilkan di atas diduga menjadi data/informasi paling bau tanah ihwal keberadaan Cornelis Chastelein di hulu sungai Tjiliwong.
Namun sejatinya, De Pionier di hulu sungai Tjiliwong, bukanlah Francois Castelijn alias Cornelis Chastelein, tetapi Isaac de Saint Martin, seorang tentara profesional keturunan Prancis yang mempunyai minat yang besar lengan berkuasa terhadap bahasa-bahasa penduduk pribumi, Isaac de Saint Martin juga mempunyai minat yang besar lengan berkuasa terhadap botani.
Dalam penulisan sejarah awal kota-kota di Indonesia, nama Coneille le Bruyn tidak sanggup diabaikan. Demikian juga nama Francois Valentjn tidak sanggup dilupakan. Francois Valentjn dan Coneille le Bruyn sama-sama keturunan Prancis. Francois Valentjn bekerja untuk VOC dan Coneille le Bruyn seorang pelancong yang telah mengunjungi aneka macam tempat di Eropa, Timur Tengah dan Asia. Dua orang ini termasuk dua orang pertama yang telah menunjukkan gosip ihwal keberadaan Cornelis Chastelein di Sering Sing.
Francois Valentjn yang cukup usang bekerja di Amboina menulis buku terkenal berjudul Oud en nieuw Oost-Indien yang diterbitkan tahun 1724, Buku ini cukup tebal terdiri dari lima volume. Volume 4, part 1. Java. Bantam. Batavia; part 2. Javaansche, Suratte, Groote Mogols, Tsjina, Tayouan of Formosa).
Lukisan Asli vs Lukisan Replika |
Laporan perjalanan Coneille le Bruyn telah dibukukan dalam bahasa Belanda dan diterbitkan pertama kali tahun 1714 di bawah judul Cornelis de Bruins: Reizen over Moskovie door Persie en Indie. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis pada tahun 1718 dan mengalami revisi pada tahun 1725. Coneille le Bruyn meninggal dunia tahun 1726. Buku ini kemudian direvisi kembali oleh seorang Prancis Tome Cinquime dan diterbitkan pada tahun 1732 dengan judul Voyages de Corneille le Bruyn: Par la Moscovie en Perse, et Aux Indes Orientales. Laporan perjalanan dalam edisi Prancis ini dibuat lebih lengkap dengan mencantumkan tanggal hari ke hari perjalanan Coneille le Bruyn pada samping teks utama sebagai navigasi. Di dalam buku edisi Prancis inilah ditemukan semua lukisan orisinil yang dibuat Coneille le Bruyn termasuk lukisan Cornelis Chastelein di Sering Sing.
Cornelis de Bruins (1714) |
Page 24 Ch. 66 Voyages de Corneille le Bruyn, 1706 |
Dua perempuan membantu Coneille le Bruyn selama di Sering Sing |
Cornelis Chastelein dalam tugas-tugasnya di pemerintahan yaitu urusan perdagangan. Cornelis Chastelein sejatinya yaitu seorang yang menyukai perdagangan daripada bidang pertanian. Yang betul-betul pejabat yang menyukai pertanian yaitu Sersan Majoor Saint Martin. Meski Saint Martin yaitu tentara profesional tetapi dalam prakteknya sangat berminat dalam botani. Saint Martin terbilang yaitu botanis pertama di pemerintahan VOC. Karena itulah diduga Saint Martin menerima hadiah dari pemerintah atas jasanya di Banten dua bidang lahan paling subur di hulu sungai Tjiliwong. Diharapkan Saint Martin sanggup membuatkan talenta botaninya di Tjinere dan Tjitajam. Sebelum menerima hadiah lahan di Tjinere dan Tjitajam, Saint Martin sudah mempunyai perkebunan tebu dan pabrik gula di Bekasi. St Martin juga mempunyai rumah di yang disebut rumah.bangunan Mr. Majoor (yang kemudian tempat itu dikenal sebagai Kemajoran).
Bijdragen voor vaderlandsche geschiedenis en oudheidkunde, 1920 |
,
Isaac de Saint Martin yaitu de pionier di hulu sungai Tjiliwong. Anggapan salama ini bahwa Cornelis Chastelein yaitu pionir ternyata keliru. Dengan memperhatikan risalah Saint Martin gres sanggup dipahami mengapa St Martin diberi hadiah lahan yang subur di hulu sungai Tjiliwong di Tjinere dan Tjitajam.
Cornelis Chastelein, 1706 |
Peta 1724 |
Peta 1904 |
Setelah lahan Sering Sing dijual, nama kawasan tersebut juga memudar, Nama yang melejit yaitu nama Depok dan Mampang (lihat Peta 1724). Ada dua nama tempat antara Sering Sing dan Depok sepertinya semakin terkenal yakni Pondok Tjina dan Kemiri. Juga terlihat di hilir sungai Tjiliwong nama Cililitan menghilang dan nama Tandjong yang sudah disebut Cornelis Chastelein semakin populer. Tidak hanya itu, di Tandjong juga telah didirikan benteng baru.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap menurut sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang dipakai lebih pada ‘sumber primer’ menyerupai surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya dipakai sebagai pendukung (pembanding), alasannya yaitu saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi alasannya yaitu sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber gres yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
0 Response to "Sejarah Kota Depok (50): Lukisan Orisinil Cornelis Chastelein; Corneille Le Bruyn Pernah Berkunjung Ke Sering Sing, 1706"
Posting Komentar