Sejarah Kerajaan Makassar: Kehidupan Politik, Ekonomi, & Budaya

Kerajaan/Kesultanan Makassar Di Sulawesi Selatan pada awal kurun ke-16 terdapat banyak kerajaan, tetapi yang populer yaitu Gowa, Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat dakwah dari Datuk ri Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau, karenanya Raja Gowa dan Tallo masuk Islam (1605) dan rakyat pun segera mengikutinya. Kerajaan Gowa dan Tallo karenanya sanggup menguasai kerajaan lainnya. Dua kerajaan itu lazim disebut Kerajaan Makassar. Dari Makassar, agama Islam disebarkan ke banyak sekali daerah, bahkan hingga ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Nah, pada kesempatan kali ini akan mencoba menghadirkan sebuah klarifikasi mengenai Sejarah Kerajaan Makasar secara lengkap dari segi politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Semoga bermanfaat. Check this out!!!

A. Kehidupan Politik

Makassar tumbuh menjadi sentra perdagangan di Indonesia potongan Timur. Hal ini disebabkan letak Makassar yang strategis dan menjadi bandar penghubung antara Malaka, Jawa, dan Maluku. Lemahnya dampak Hindu-Buddha di daerah ini mengakibatkan nilai-nilai kebudayaan Islam yang dianut oleh masyarakat di Sulawesi Selatan menjadi ciri yang cukup menonjol dalam aspek kebudayaannya. Kerajaan Makassar berbagi kebudayaan yang didasarkan atas nilai-nilai Islam dan tradisi dagang. Berbeda dengan kebudayaan Mataram yang bersifat agraris, masyarakat Sulawesi Selatan mempunyai tradisi merantau. Keterampilan menciptakan bahtera phinisi merupakan salah satu aspek dari kebudayaan berlayar yang dimiliki oleh masyarakat Sulawesi Selatan.

Islam masuk ke daerah Makassar melalui dampak Kesultanan Ternate yang ulet memperkenalkan Islam di sana. Raja Gowa yang berjulukan Karaeng Tunigallo selanjutnya masuk Islam sehabis mendapatkan dakwah dari Dato Ri Bandang. Selanjutnya Karaeng Tunigallo menggunakan gelar Sultan Alaudin Awwalul-Islam (1605-1638).

Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654-1660), Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaannya. Ia berhasil membangun Makassar menjadi kerajaan yang menguasai jalur perdagangan di wilayah Indonesia Bagian Timur. Pada masa Hasanuddin terjadi bencana yang sangat penting. Persaingan antara Goa-Tallo (Makassar) dengan Bone yang berlangsung cukup usang diakhiri dengan keterlibatan Belanda dalam Perang Makassar (1660-1669). Bone merupakan wilayah kekuasaan Makassar yang dipimpin oleh Aru Palakka (Arung Palakka) mengatakan kerjasama untuk membantu Belanda. Perang ini juga disulut oleh sikap orang-orang Belanda yang menghalang-halangi pelaut Makassar membeli rempah-rempah dari Maluku dan mencoba ingin memonopoli perdagangan. 

Keberaniannya melawan Belanda menciptakan Sultan Hasanuddin dijuluki “Ayam Jantan dari Timur oleh orang-orang Belanda sendiri. Dalam perang ini Hasanuddin tidak berhasil mematahkan ambisi Belanda untuk menguasai Makassar. Dengan terpaksa, Makassar harus menyetujui Perjanjian Bongaya (1667) yang isinya sesuai dengan cita-cita Belanda, yaitu:

  1. Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar;
  2. Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar;
  3. Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa daerah di luar Makassar;
  4. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.

Walaupun perjanjian sudah ditandatangani, tetapi Sultan Hasanuddin tetap berjuang melawan Belanda. Setelah Benteng Sombaopu jatuh ke tangan Belanda, Sultan Hasanuddin turun takhta. Kekuasaannya diserahkan kepada putranya, Mappasomba. Belanda berharap Mapasomba sanggup bekerja sama, namun sebaliknya, ia meneruskan usaha ayahnya. 

Rakyat Makassar murka atas keputusan Perjanjian Bongaya. Perlawanan rakyat Makassar kian berkobar dan berlangsung hampir dua tahun. Banyak p0juang Makassar pergi ke daerahdaerah lain, ibarat Banten, Madura, dan sebagainya guna membantu daerah-daerah bersangkutan dalam upaya mengusir VOC. msdhdfang tersebut di antaranya Karaeng Galesung, Monte Marano yang membantu usaha rakyat di Jawa Timur.

Sementara itu Aru Palaka semakin leluasa untuk menguasai daerah Soppeng dengan pengawasan dan pantauan dari VOC. Setelah usaha rakyat Makassar benar-benar padam, Makassar pun jatuh ke tangan VOC secara keseluruhan. Sebutan Makasar sebagai sentra perdagangan bebas, lenyap begitu saja.

 Berkat dakwah dari Datuk ri Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau Sejarah Kerajaan Makassar: Kehidupan Politik, Ekonomi, & Budaya
Kapak Pinisi merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Kerajaan/Kesulatanan Makassar

B. Kehidupan Ekonomi

Makassar tumbuh menjadi pelabuhan yang ramai lantaran letaknya di tengahtengah antara Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatra, dan Malaka. Pertumbuhan Makassar makin cepat sehabis Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511), sedangkan Maluku dikuasai oleh Portugis dan Belanda. Banyak pedagang dari Malaka, Aceh, dan Maluku yang pindah ke Makassar. Para pedagang Makassar membawa beras dan gula dari Jawa dan daerah Makassar sendiri ke Maluku yang ditukarkan dengan rempah-rempah. Rempah-rempah itu kemudian dijual ke Malaka dan pulangnya membawa dagangan, ibarat kain dari India, sutra dan tembikar dari Cina, serta berlian dari Banjar.

Untuk menunjang Makasar sebagai pelabuhan transito dan untuk mencukupi kebutuhannya, maka kerajaan ini menguasai daerah-daerah sekitarnya. Di sebelah timur ditaklukanlah Kerajaan Bone; sedangan untuk memperlancar dan memperluas jalan perdagangan, Makasar mengusai daerah-daerah selatan, ibarat pulau Selayar, Buton demikian juga Lombok dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat. Dengan demikian jalan perdagangan waktu demam isu Barat yang melalui sebelah Utara kepulauan Nusa Tenggara dan jalan perdagangan waktu demam isu Timur yang melalui sebelah selatan sanggup dikuasainya.

Makasar berkembang sebagai pelabuhan Internasional, sehingga banyak pedagang Asing ibarat Portugis, Inggris, dan Denmark berdagang di Makasar. Dengan jenis perahu-perahunya ibarat Pinisi dan Lambo, pedagang-pedagang Makasar memegang peranan penting dalam perdagangan di Indonesia. Hal ini mengakibatkan mereka berhadapan dengan Belanda yang mengakibatkan beberapa kali peperangan. Pihak Belanda yang merasa berkuasa atas Maluku sebagai sumber rempah-rempah, menganggap Makasar sebagai pelabuhan gelap; alasannya di Makasar diperjualbelikan rempah-rempah yang berasal dari Maluku.

Untuk mengatur pelayaran dan perniagaan dalam daerahnya disusunlah aturan niaga dan perniagaan yang disebut Ade Allopioping Bicarance Pabbalu'e dan sebuah naskah lontar karya Amanna Gappa.

C. Kehidupan Sosial-budaya

Mengingat Makasar sebagai kerajaan maritim dengan sumber kehidupan masyarakat pada acara pelayaran perdagangan maka sebagian besar kebudayaannya dipengaruhi oleh keadaan tersebut. Hasil kebudayaan yang populer dari Makasar yaitu bahtera Pinisi dan Lambo. Selain itu juga berkembang kebudayaan lain ibarat seni bangun, seni sastra, seni bunyi dan sebagainya.

BACA JUGA:
1. Sejarah Kerajaan Mataram Islam
2. Sejarah Kerajaan Ternate Tidore
3. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Semoga klarifikasi mengenai Sejarah Kerajaan Makasar di atas bermanfaat bagi sahabat sekalian untuk menambah wawasan wacana kahasanan budaya dan sejarah Indonesia. Apabila ada kesalahan baik berupa penulisan meupun pembahasan, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share juga ya sobat. Terima kasih... ^^ Maju Terus Pendidikan Indonesia ^^

Sumber http://www.zonasiswa.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Sejarah Kerajaan Makassar: Kehidupan Politik, Ekonomi, & Budaya"

Posting Komentar