√ “Ndaleme Eyang”: Kedai Kopi Nyaman, Kawasan Nongkrongnya Gubernur!
Industri kopi beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan cukup pesat. Penanda paling kentara yakni menjamurnya kedai kopi di banyak sekali kawasan termasuk Kota Solo. Meski begitu, tak banyak bisnis kedai kopi yang turut berbagi kopi asal daerahnya. Salah satu yang membawa misi besar tersebut yakni Studio Kopi nDaleme Eyang yang berada di Jalan Pajajaran Timur 1 No.10, Sumber, Banjarsari, Solo.
Meski gres berumur sebulan, Studio Kopi nDaleme Eyang mempunyai bisnis plan yang unik. Tak biasa sebuah bisnis kedai kopi berawal dari keresahan akan hasil pertanian kopi dan kesejahteraan para petani kopi. Kedai kopi ini melakukannya dengan mengangkat banyak sekali jenis kopi di Jawa Tengah menyerupai kopi Kendal, Temanggung, Lawu, dan Gunung Prau.
Bisnis plan dibentuk sang owner, Ibe Karyanto, semenjak tiga tahun lalu. Ibe melihat betapa besar potensi kopi di Jawa Tengah yang belum diimbangi pujian warganya terutama para petani. Selain mengangkat kopi lewat kedainya, Ibe mengajak belum dewasa muda untuk berpartisipasi dalam bidang pertanian kopi.
“Problem petani itu mulai dari cara penanaman, perawatan, sampai pemetikan. Kami ingin ada pendampingan intensif dan membantu membuka wawasan mereka bahwa ini lho pasar kopi ketika ini sangat besar. Kami ingin mereka besar hati dengan hasil tanam mereka,” ungkap laki-laki 53 tahun tersebut.
Saat ini Ibe bersama enam anak muda dalam timnya, saling membagi kiprah mengerjakan Program Kopi Gayeng yakni berbagi roda bisnis kopi Jawa Tengah dari hulu ke hilir. Dalam bidang pertanian salah satu pilot projectnya kopi Lawu. Pendampingan dilakukan pada petani kopi di dataran tinggi kaki Gunung Lawu, tepatnya di kawasan Karangpandan, Karanganyar .
Mendampingi Para Petani
Salah satu surveyor di tim Ibe, Aprei Kurniawan, menemukan masalah petani kopi yang relatif sama. Para petani masih berpikir pragmatis soal hasil tanam mereka. Aprei mencoba mendampingi mereka dari awal sampai pengolahan pasca panen.
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="5485024081"
data-ad-format="link">
“Para petani di sana (Karangpandan) itu yang penting risikonya laku, bahkan banyak yang petik hijau. Padahal kopi itu beda dengan komoditas yang lain. Kopi sangat sensitif terhadap aroma sekitar, terhadap cara pengolahan pasca panen, dan lainnya. Kalau soal pasar bahwasanya petani tak perlu khawatir, ketika ini banyak sekali yang mencari bahkan dari luar negeri,” kata Aprei kepada BisnisUKM.
Hasilnya panen pertama dari pendampingan di Lawu sudah sanggup dinikmati di Studio Kopi nDaleme Eyang. Ke depan tak semua hasil pendampingan harus masuk ke kedai. Setelah pendampingan para petani akan bebas menentukan pasar mereka.
Ke depan, cara serupa akan diaplikasikan di seluruh kawasan penghasil kopi di Jawa Tengah. Harapannya hal tersebut bisa membuat persaingan sehat. Ibe dan kawan-kawan percaya setiap kopi mempunyai kekhasan masing-masing, dan kopi-kopi tersebut akan menemukan penikmatnya sendiri.
Gubernur Jateng pun Pernah Berkunjung
Ibe menentukan kata Studi Kopi di depan kata nDaleme Eyang untuk kedai kopinya. Pemilihan nama Studi Kopi tak asal, melainkan ada keinginan supaya kedainya sanggup menjadi laboratorium mini bagi para peracik kopi, barista, maupun baracik. Nantinya ibe juga akan membuka kelas meracik kopi bagi masyarakat umum.
Kata nDaleme Eyang bisa diartikan secara konotatif maupun denotatif. Selain memang bangkit di tanah milik nenek, nDaleme Eyang atau rumah nenek juga mengisyaratkan tempat yang nyaman dan selalu dikunjungi ketika merasa kangen.
Saking homey-nya tempat ini, Studio Kopi nDaleme Eyang pernah dikunjungi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Maret lalu. Gubernur Jateng melaksanakan diskusi mengenai kopi Jawa Tengah dan perkembangannya, sambil berguru membuat kopi dan mencicipi.
Ibe menyampaikan kedatangan Ganjar Pranowo alasannya ialah aktivitas Kopi Gayeng dirasa sesuai dengan aktivitas Pemda Jawa Tengah dalam mensejahterakan petani khususnya petani kopi. Dukungan Gubernur Jawa Tengah pun menunjukkan semangat lebih bagi Ibe dan kawan-kawan dalam menjalankan programnya baik secara sosial maupun bisnis.
Manager Operasional Kedai, Febriana mengaku, secara bisnis Studi Kopi nDaleme Eyang masih on track dalam sebulan bangkit ini. Menu kopi yang disajikan pun termasuk lengkap mulai dari arabica, robusta, excelso, dan house blend dengan kisaran harga 11 sampai 17 ribu rupiah per gelas.
“Kalau ke depan rencananya tempat ini akan kami jadikan semacam coworking space bagi teman-teman komunitas. Tak hanya komunitas kopi saja, tapi komunitas lain pun boleh menggelar acaranya di sini. Dan lagi Solo menjadi yang pertama. Harapannya Studio Kopi nDaleme Eyang ini sanggup dikopi di kawasan lain, di Jawa Tengah dulu,” tutup Febriana. Anda bisa mengunjungi kedai kopi ini di Jalan Pajajaran 1 No.10, Sumber, Banjarsari, Solo.
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="7037953167">
Tim Liputan BisnisUKM.com
( Rizki B. P)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Solo Raya
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "√ “Ndaleme Eyang”: Kedai Kopi Nyaman, Kawasan Nongkrongnya Gubernur!"
Posting Komentar