Ilmu Anatomi Di Dalam Islam

Ujaran Ilmuwan ternama Al-Ghazali perihal jikalau mempelajari anatomi secara mendalam maka insan akan mengetahui fungsi seluruh organ tubuh dan struktur tubuh, seakan menjadi langkah awal ilmuwan Muslim mendalami anatomi tubuh, atau banyak kalangan menyebutnya pula sebagai ilmu urai tubuh.

Minat akan bidang ini tumbuh pesat hingga bermetamorfosis sebagai sebuah spesialisasi dalam kedokteran Muslim. Lewat The Revival of the Religious Science, Al-Ghazali tak hanya mengurai seluk-beluk aspek pengobatan. Ia memaparkan pula bahwa telah berabad-abad lamanya para dokter Muslim menguasai pengetahuan perihal anatomi dan fisiologi. Termasuk kaitan kedua ilmu tersebut dengan ilmu bedah. Al-Ghazali menjelaskan, tanpa mengetahui struktur anatomi, sulit melaksanakan operasi pembedahan. Selama ini, ia dikenal sebagai sosok yang menguasai banyak sekali disiplin ilmu. Di bidang bedah dan anatomi, keahliannya sangat disegani.

Al-Ghazali merumuskan filosofinya sendiri mengenai hal itu. Bagi dia, operasi bedah harus bisa mengembalikan fungsi anatomi atau organ tubuh yang rusak. Pemikirannya ini selanjutnya menginsipirasi para praktisi medis sehabis masanya. Anatomi memikat hati para dokter Muslim. Terbukti banyak yang ikut bergabung untuk mendalami anatomi. Mereka menuliskan literatur ilmiah yang begitu berharga, serta menandai era itu dengan torehan emas pada lintasan sejarah kedokteran di dunia Islam. Setelah itu, muncul ke permukaan nama al-Zahrawi. Kemampuannya boleh disejajarkan dengan al-Ghazali. Sebab, al-Zahrawi juga diakui banyak orang sebagai seorang pakar.

Dokter dari Andalusia pada kala kesepuluh yang berjulukan lengkap Abu Qasim al-Zahrawi ini mempunyai banyak ajaran brilian. Misalnya, ia merupakan penggerak ilmu diagnosa hingga penyembuhan penyakit telinga. Ia merintis operasi pembedahan indera pendengaran guna mengembalikan pendengaran pasiennya. Pengetahuan anatomi ia andalkan dalam operasi tersebut. Al-Zahrawi memerhatikan anatomi syaraf halus, pembuluh darah, dan otot. Segala pengetahuan yang ia kuasai itu kemudian ia rangkum dalam bukunya, At Tashrif li Man Arjaza at Ta'lif (Buku Pedoman Kedokteran).

Anatomi tubuh merupakan salah satu bahasan yang termuat dalam bukunya itu. Juga pada bidang yang menciptakan namanya populer di dunia kedokteran, yaitu pembedahan, serta alat-alat bedah. Bahkan, banyak model alat bedah yang ia buat masih dipakai dalam kedokteran modern.

Buku Al-Kafi fi al-Kuhl fi at-Thibb yang ditulis Abi Mahasin juga besar lengan berkuasa pada kajian anatomi, khususnya pada anatomi mata. Buku dari kala ke-13 itu menyajikan deskripsi perihal operasi mata, termasuk beberapa penggalan dari organ mata yang perlu menerima perhatian.

Ghazali perihal jikalau mempelajari anatomi secara mendalam maka insan akan mengetahui fung ILMU ANATOMI DI DALAM ISLAM

Ilmuwan penting yang turut mencurahkan perhatiannya pada anatomi yakni Ibnu Nafis (1210-1288). Pada penggalan pendahuluan dari bukunya yang terkenal, Syarhu Tasyrih Ibnu Sina (Komentar atas Anatomi Ibnu Sina), ia menjelaskan bahwa buku ini yakni panduan semoga para dokter bisa menguasai pengetahuan dasar anatomi.

Ia pun berkomentar terhadap Canon of Medicine karya Ibnu Sina, terutama mengenai kerja jantung. Ia mengatakan, jantung mempunyai dua kamar. Darah dari kamar jantung kanan harus mengalir ke penggalan kiri, namun tidak ada yang menghubungkan kedua penggalan ini. Menurut dia, tak ada pori-pori tersembunyi dalam jantung, ibarat kata Galen.

Secara keseluruhan, ia menilai fungsi organ ini sangat penting dalam mengatur sirkulasi darah ke seluruh penggalan tubuh. Sejarah mencatatnya sebagai orang pertama yang mendeskripsikan peredaran darah, khususnya pembuluh darah kapiler. Pada penggalan lain, Ibnu Nafis menyingkap anatomi dan sirkulasi paru-paru.

Menurut Edward Coppola dalam William Osler Medal Essay, Ibnu Nafis berpandangan bahwa terdapat sejumlah penggalan di dalam paru-paru, antara lain bronkus, arteria venosa, dan vena arteriosa. Ketiga penggalan tersebut terhubung dengan jaringan daging berongga. Ibnu Nafis berhasil memperjelas perbedaan masing-masing dari organ tubuh.

Pengetahuan semacam ini diharapkan sebelum melaksanakan operasi pembedahan. Berabad-abad kemudian, warisan intelektual Ibnu Nafis dalam pemeriksaan anatomi banyak menawarkan efek pada ilmuwan Barat, yakni Valverde dan Realdo Colombo. Abd al-Latif al-Baghdadi pun tercatat memberi proteksi penting.

Ia mengoreksi susunan anatomi tulang rahang yang dibentuk seorang dokter dari Yunani, Galen. Tulisannya terkait hal itu membuka jalan bagi studi perihal tulang di Mesir. Harus diakui, prestasi paling mengagumkan terjadi sehabis hadirnya karya Mansyur bin Muhammad bin Ahmad bin Yusuf bin Ilyas.

Tokoh asal Persia ini yakni dokter Muslim pertama yang menciptakan gambar anatomi tubuh insan dengan akurat. Warisan luar biasanya itu pada masa berikutnya dinamakan "Anatomi Mansyur". Karyanya itu ia persembahkan untuk penguasa dari Mongol, Timur Lenk, yang menguasai Fars selama kurun waktu 797-811.

Bahasan lengkap perihal lima organ tubuh, yakni tulang, syaraf, otot, pembuluh darah, dan arteri, ada dalam karya yang ia tulis. Tiap-tiap penggalan diilustrasikan melalui diagram bergambar. Termasuk bagaimana terhubung dengan dua organ utama: jantung dan otak.

Ada pula penggalan perihal deretan fetus yang dideskripsikan lewat gambaran gambar wanita hamil. Risalahnya yang berjudul Tashrih i tubuh i Insan itu ditulis dalam bahasa Persia dan telah diterjemahkan ke beberapa bahasa semenjak kala ke-15. Keseluruhan gambaran anatomi dari al-Mansyur meliputi sekitar 70 bagian.

Sementara itu, Ibnu Zuhr atau Avenzoar, sehabis menguasai bidang anatomi, merintis pekerjaan bedah jenazah postmortem di dunia Islam. Secara berurutan, dalam buku Taysier fi al-Mudawat wa atTabdis (Practical Manual of Treatment and Diets), ia menguraikan anatomi kepala hingga kaki.

Sumber : Majalah Nurul Hayat 140 September 2015

Sumber http://sinichinet.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Ilmu Anatomi Di Dalam Islam"

Posting Komentar