Cerpen: Sore Romantis Karya Wahyu Putri Utami
SORE ROMANTIS
Karya Wahyu Putri Utami
Siang ini Ratna benar-benar dibentuk gugup, jantungnya tak berdetak normal, dan kedua kakinya pun gemetar. Harapannya ini hanyalah sebuah mimpi buruk. Dia tak sengaja merusak lukisan yang mereka berdua buat. Jika Raga tahu, niscaya Ratna akan dimaki-maki habis-habisan. Padahal lukisan yang mereka buat akan dilombakan pada perlombaan besok. Tapi Ratna benar-benar tak sengaja merusaknya.
‘’Kenapa sanggup kayak gini, sih! Lu tuh jadi cewek teledor banget, ya. Lu pikir praktis buat lukisan ini, huh! Selama kita ngelukis gue rela ngorbanin waktu belajar. Dan lu dengan praktis ngerusak ini semua?’’ gertak Raga.
‘’Maaf, Ga saya nggak sengaja.’’ ungkapnya pelan.
Raga melamun berdiri dan menatap ke arah Ratna. Melihat Ratna menahan isak tangis menciptakan ia menyesal telah memarahinya. Tapi Raga benar-benar tidak sanggup menahan amarahnya. Seharusnya lukisan mereka sudah siap untuk dilombakan besok. Sayangnya Ratna telah menumpahkan air pada lukisan itu. Meskipun ia tak sengaja menumpahkannya.
Raga dan Ratna sudah berteman semenjak SMP. Ratna yang asalnya dari Bali harus sekolah di Jakarta semenjak Sekolah Menengah Pertama hingga Sekolah Menengan Atas sekarang. Hal itu alasannya yaitu ia mengikuti ayahnya yang berprofesi sebagai bisnis man sibuk. Namun sehabis lulus nanti, ada kemungkinan besar Ratna akan kembali ke Bali.
Rumah Raga dan Ratna di Jakarta sesungguhnya bersebelahan. Meskipun begitu mereka berdua tidak terlihat akrab. Mereka sering terlihat berdua, tapi ternyata keduannya memang tidak terlalu akrab. Ditambah sifat Ridho yang hambar dan kurang suka bergaul.
Entah mengapa sebesar apapun kemarahanya kepada Ratna, hatinya akan luluh jikalau melihat Ratna meneteskan air mata. Mungkin alasannya yaitu Raga tidak sanggup melihat seorang perempuan menangis di hadapannya atau mungkin ia hanya kasihan saja.
‘’Kita buat lukisan lagi.’’ cetus Raga sewot.
Ratna melamun dan menatap Raga dengan heran.
‘’Lo nggak mau bantuin gue?!’’ gertak Raga.
Ratna kaget, sontak ia pribadi mengusap air mata di pipinya dan segera membantu Raga melukis lagi.
Ketika Raga dan Ratna tengah sibuk melukis, tiba-tiba Pak Habibi datang. Dia meminta Raga untuk tiba menemuinya di kantor guru.
‘’Ada apa, pak?’’ tanya Raga.
‘’Begini Raga, ternyata perlombaan lukisan untuk besok diundur menjadi ahad depan. Kaprikornus kau masih punya banyak waktu untuk menciptakan lukisan seindah mungkin. Supaya kau dan Ratna sanggup mendapatkan juara satu.’’ terang Pak Habibi.
Sesampainya di pintu kelas, Raga mengamati Ratna yangs sedang sibuk melukis. Bibirnya mulai tersenyum refleks.
‘’Raga!’’ teriak Ratna.
Raga terkejut. Dia akal-akalan tidak menanggapi Ratna dan pribadi pergi.
‘’Raga kenapa, sih?’’ gerutunya dalam hati.
Setelah selesai melukis Raga dan Ratna pribadi pulang. Mereka menciptakan lukisan sangat indah. Ratna sangat bahagia. Sementara Raga bersikap biasa saja.
Di depan pintu gerbang sekolah, Raga menjelaskan bahwa sesungguhnya perlombaan diundur menjadi ahad depan.
‘’Terus, lukisan tadi?’’ tanya Ratna bingung.
‘’Ya nggak papa. Kaprikornus nggak ada beban lagi, kan?’’ cetus Raga.
Bus sekolah yang dinantikan tidak kunjung datang. Raga dan Ratna sudah menunggu lama. Seharusnya mereka sudah sanggup bus tadi, tapi busnya tidak mau berhenti.
‘’Dari tadi nunggu bus, pas busnya ada malah nggak mau berhenti.’’ Ratna mengeluh.
Ridho membisu kemudian melirik ingin tau ke arah Ratna. Lalu kembali menatap ujung jalan.
‘’Ibarat menanti seorang gadis yang tulus. Sudah ada, hanya saja perasaannya kurang peka.’’ batin Raga kemudian menghela nafas.
Setelah hampir dua jam menunggu alhasil bus datang. Raga dan Ratna pun masuk ke dalam bus. Di perjalanan mereka berdua hanya diam. Tidak ada perbincangan diantara mereka.
Perlombaan hari ini diadakan. Banyak yang mengapresiasi karya lukisan Raga dan Ratna. Setelah itu kejuaraan pun mulai diumumkan.
‘’Juara 1 bazar karya lukis pada hari ini yaitu Raga Mahendra dan Ratna Galuh Swarsa dari Sekolah Menengan Atas Negeri 15 Jakarta!’’
‘’Alhamdulillah, Ga kita dapet juara 1!’’ teriak Ratna dengan girang.
Raga juga tersenyum bahagia. Setelah memperoleh penghargaan, mereka berjabat tangan dan saling tersenyum. Malam nanti Ratna berniat mengajak Raga pergi ke restoran. Tidak lupa ia juga mengajak Kinar, Jodi, dan Roy. Mereka yaitu sahabat karibnya semenjak SMP.
Cerpen: Sore Romantis Karya Wahyu Putri Utami |
‘’Selamat ya, Raga, Ratna. Kalian memang luar biasa.’’ ujar Jodi semangat.
‘’Sama-sama, Jo.’’ Raga tersenyum.
‘’Eh, pada mau makan apa? Aku mau makan ayam.’’ Kinar menawarkan.
‘’Samain aja.’’ sahut Raga dan Ratna bersamaan.
‘’Ciee...!!! Bisa barengan gitu jawabnya.’’ sorak ramai dari verbal ketiga sahabatnya.
‘’Apaan sih. Orang cuman spontan, kok.’’ protes Ratna.
Sementara Raga hanya membisu dan sibuk memainkan ponselnya.
Pada malam itu suasana menjelma hangat. Hanya saja Raga dan Ratna menjadi canggung satu sama lain. Setelah masakan tiba ketiga sahabatnya pun masih menggoda. Hal itu menciptakan Raga memasang raut wajah cemberut. Namun sahabat-sahabatnya malah tertawa.
Keesokan paginya di sekolah, Raga dan Ratna menerima penghargaan dari kepala sekolah. Semua temannya mengucapkan selamat kepada mereka.
Hari ini Raga dan Ratna pulang sore untuk melakukan ulangan susulan. Karena selama mempersiapkan perlombaan, mereka sering dispense untuk melukis. Lagi-lagi mereka harus menunggu bus.
‘’Dari tadi diem mulu. Belajar ngomong gih!’’ Ratna bercanda.
‘’Kamu aja sana.’’ cetus Raga.
‘’Kammmuuuu....?? Tumben, biasanya lu-gue.’’ Ratna menggoda
‘’Refleks.’’ sahutnya dengan raut wajah datar menciptakan Ratna tertawa kecil.
Tidak terasa waktu begitu cepat berjalan. Kelas 12 telah melakukan ujian nasional dan pengumuman kelulusan sudah diumumkan ahad kemarin. Ratna berniat melanjutkan kuliah di Singapur dan tinggal bersama sepupunya disana. Dia mengambil jurusan seni melukis. Sementara Raga akan kuliah di Jakarta. Dia mengambil jurusan fotografi.
Enam tahun kemudian, takdir mempertemukan Raga dan Ratna kembali. Mereka bertemu di Bali pada program reuni Alumni Sekolah Menengan Atas Negeri 15 Jakarta.
‘’Kapan nikah, Ga?’’ Roy menarik hati Raga.
‘’Alah, lu juga belum nikah.’’ ungkapnya singkat.
‘’Lu dulu lah, Ga. Kalo lu udah nikah, niscaya gue pribadi nyusul.’’ balas Roy.
Seketika suasana menjelma hening. Menginjak usia 24, Raga mulai berpikir kapan ijab kabul akan terjadi di kehidupanya. Sementara ia masih menunggu seseorang yang sudah usang dicintainya.
Lama tak bertemu menciptakan Raga dan Ratna terlihat tak saling mengenal. Namun Ratna mencoba membuka perbincangan dengan Raga.
‘’Apa kabar, Mas Raga?’’
‘’Baik.’’ ungkapnya singkat.
‘’Kamu niscaya belum berguru ngomong, ya, Ga?’’ kata Ratna sambil menepuk pundak Raga biar terkesan lebih akrab.
‘’Sok akrab, lu!’’ Raga menepis tangan Ratna.
‘’Udah enam tahun masih sama aja.’’ Ratna menyindir.
Malam harinya Ratna memutuskan tidur satu kamar dengan Kinar. Mereka sangat senang sanggup bertemu kembali.
‘’Kamu gimana di Singapur? Kangen parah sama kamu, Na.’’
‘’Haha, lebay banget sih kamu. Aku menikmati hidup saya disana.’’ jawab Ratna santai.
‘’By the way, calon udah ada dong. Keturunan mana?’’ tanya Kinar.
‘’Apa sih, Ki? Mulai deh.’’
‘’Siapa tahu dapet jodoh dari Singapur, kan?’’ kata Kinar lagi.
Ratna tak menanggapi perkataan Kinar dan pribadi menarik selimut kemudian tidur.
Keesokan paginya yaitu perpisahan Raga, Ratna, dan semua Alumni Sekolah Menengan Atas Negeri 15 Jakarta. Raga yang sudah menjadi fotografer harus kembali ke Jakarta. Sementara Ratna sudah menjadi seorang pelukis di Bali. Keduanya masih sendiri. Mereka belum punya pasangan. Hanya kesalahpahaman saja, alasannya yaitu sesungguhnya ada rasa cinta yang tersembunyi diantara mereka.
Setelah satu tahun menjalani hidup sendiri-sendiri dan menahan cinta usang menciptakan Raga berniat berangkat ke Bali. Dia akan mengungkapkan kebenaran kepada Ratna.
‘’Ini waktu yang sempurna buat gue berguru ngomong.’’ batin Raga.
Pada sore hari di tepi Pantai Kutai. Seseorang yang Raga cari sedang bermain dengan kamera. Dia sibuk memotret senja.
‘’Ganti profesi, Mba?’’ sapaan seseorang dari arah belakang Ratna.
‘’Raga? Ngapain disini?’’ batin Ratna heran.
Ratna melambaikan tangan dengan wajahnya yang polos. Masih sama, gadis polos tapi hatinya tulus. Itu yang Raga inginkan.
‘’Hai, Ga?’’ sapaan lembut terlontar dari verbal Ratna.
Raga tersenyum dan menghampirinya.
‘’Lu selalu minta gue buat berguru ngomong, kan?’’ kata Raga.
Ratna mengangguk pelan.
‘’Hari ini gue akan berguru ngomong. Kaprikornus kiprah lu hari ini yaitu ngedengerin omongan gue. Oke?’’ ungkapnya kepada Ratna.
‘’Iya.’’ sahut Ratna singkat.
‘’Asal lu tahu, Na. Lu itu cewek biasa. Tapi alhasil gue jatuh dan cinta, sama lu.’’
Kalimat yang keluar dari verbal Raga sontak menciptakan jantung Ratna berhenti berdetak sesaat. Dikala perasaannya yang masih kewalahan dan tak kuasa menatap mata Raga. Tiba-tiba Raga memegang kedua tangannya. Hal itu menciptakan Ratna semakin tidak karuan.
‘’Raga. Aku...’’ bibir Ratna gemetar.
‘’Aku jatuh cinta dan saya ingin kita menikah.’’ Raga melamar Ratna.
Diam. Ibarat insan bisu yang tak sanggup mengungkapkan. Ratna masih tak sanggup mengucap satu kata pun. Namun, pada alhasil Ratna pun mengakui bahwa dirinya juga telah memendam cinta cukup usang kepada Raga. Dan ia mendapatkan lamaran Raga. Ratna mengangguk memberi tanda bahwa ia mau menikah dengan Raga. Mereka pun saling tersenyum.
Satu ahad sehabis pernikahan, Raga dan Ratna kembali mengadakan pertemuan dengan sahabat-sahabatnya di restoran daerah mereka merayakan kejuaraan melukis dahulu ketika masih di SMA.
‘’Akhirnya nikah juga bro. Tenang aja, bentar lagi gue nyusul, kok.’’ Roy memberi selamat.
‘’Gue doain secepatnya, Roy.’’ balas Raga sambil tersenyum.
‘’Sekali lagi selamat ya, Ga. Udah nikah aja, lu. Gue kapan nyusul?’’ kata Jodi.
‘’Selamat menjelajahi dunia, Jo. Cari yang cocok dulu, gres nikahin.’’ ujar Roy.
‘’Iya selamat berpetualang, Jo.’’ sambung Raga.
‘’Gimana mau nikah. Dalam sehari nembak sepuluh cewek aja nggak ada yang mau sama gue. Ngenes benget Ga, Roy!’’
Semua menertawakan Jodi. Dibalik dongeng Jodi, si bujangan yang masih belum laku. Rupanya ada Roy dan Kinar yang sedang menjalin relasi lebih dari sekedar pertemanan. Dan kemungkinan giliran mereka menyusul untuk menikah.
Setelah pulang dari Jakarta untuk bertemu dengan orang renta Raga dan sahabat-sahabatnya. Raga dan Ratna kembali ke Bali. Mereka memutuskan menetap di sana dan membangun keluarga kecil. Disela-sela kesibukan pekerjaan, mereka tetap bersikap layaknya sepasang suami istri. Dan untuk menjaga relasi tetap harmonis, mereka sesekali tiba ke Pantai Kutai. Tempat bersejarah, dimana diam-diam cinta terbongkar disana. Dan pada alhasil semua berakhir manis.
‘’Kesan pertama lihat aku?’’ tanya Raga sembari menatap dalam mata Ratna.
‘’Raga itu cuek. Kesan pertama lihat aku?’’ Ratna balik bertanya.
‘’Aku pribadi jatuh cinta.’’ ujar Raga kemudian tersenyum.
‘’Oh, ternyata dari Sekolah Menengah Pertama udah naksir.’’
‘’Iya, gimana lagi. Seorang Ratna terlalu bagus untuk nggak bikin Raga jatuh cinta.’’ kata Raga.
‘’Gombal!’’ cetus dari verbal Ratna kemudian tersenyum.
Pada sore itu mereka duduk santai di sebuah ayunan gantung sederhana sempurna di tepi pantai. Raga memeluk erat badan kurus Ratna. Si gadis polos nan bagus yang kini telah menjadi pendamping hidupnya. Tentu saja pelukannya dibalas hangat oleh Ratna.
‘’Udah berani peluk-peluk, nih?’’ kata Ratna bercanda.
‘’Udah lah. Udah muhrim.’’ jawab Raga dengan santai.
‘’Lama banget sih, pelukannya?’’ ujar Ratna sembari melepas pelukan Raga.
‘’Kenapa sih? Ini moment-nya lagi romantis. Jangan dilepas dong, pelukan aku.’’ protes Raga kemudian kembali memeluk Ratna.
‘’I love you, Ga.’’ kata Ratna.
‘’I love you more, more, more than you know, Ratna Galuh Swarsa.’’ sahut Raga
Kemudian Raga mencium kening Ratna. Mereka terlelap dalam suasana romantis alasannya yaitu moment menyerupai ini gres pernah mereka rasakan. Mereka memejamkan mata dan mencicipi hangatnya senja yang perlahan mulai memudar.
S E L E S A I
Profil Penulis:
Nama: Wahyu Putri Utami
Alamat : Banjarnegara, Jawa Tengah
Sekolah : Sekolah Menengan Atas N 1 Bawang, Banjarnegara
Hobby : Menulis
Alamat facebook : https://mobile.facebook.com/wahyyuputri.putri?ref_component=mbasic_home_header&ref_page=%2Fwap%2Fhome.php&refid=7
Bagi teman-teman yang memiliki suatu goresan pena unik wacana apa saja, ataupun puisi, cerpen, cergam, pantun, bahkan profil sekolah/guru favorit; dan ingin dibagikan ke teman-teman lainnya melalui mading zona siswa, silahkan saja kirim karya kalian di Mading . Karya kalian nantinya akan ditampilkan di mading kami dan akan dibaca oleh ribuan pengunjung lainnya setiap hari. Ayoo kirim karya kalian di mading . Terima kasih... ZONA SISWA | Ikut Mencerdaskan Bangsa
0 Response to "Cerpen: Sore Romantis Karya Wahyu Putri Utami"
Posting Komentar