Sesudah Kiprah Yang Panjang Dalam Bab Konsultasi

STUDI KASUS MANAJEMEN - MANAJERIAL IMPLICATORS
 
WHAT A STAR – WHAT A JERK   
 
   Setelah kiprah yang panjang dalam bab konsultasi, Jane Epstein kesudahannya menjadi seorang manajer di techniCo. Dia sedang mencoba memahami perihal kepribadian dan tugas-tugas sahabat kerjanya yang baru,  dan kemungkinan besar, beliau akan mendapatkan tim yang cukup bagus.  Beberapa orang mempunyai modal sosial yang bagus; lainnya terlihat mencoba untuk menjadi Sales Person yang alami. Beberapa hal perihal Andy Zimmerman,  bagaimanapun, membuatnya khawatir.
   Saat pertama kali, beliau tidak sanggup mengacungkan jempol padanya – mungkin beliau sedikit terlalu agresif. Tapi seiring berjalannya waktu, beliau melihat Andy terus menerus mencoba memperlihatkan kelebihan dirinya lagi dan lagi. Dia bahkan mencibir tangan kanan manajemen untuk sebuah kesalahan kecil,  beliau meremehkan teman-temannya dan menciptakan mereka merasa kecil dan bodoh. Tapi Andy mempunyai sisi lain: Dia selalu benar, dan sangat baik dalam pekerjaannya. Manajer lain berkata pada Jane, “orang itu takkan pernah memenangkan kontes kepribadian, tapi kamu akan menyukai angka-angkanya.” Faktanya, dalam hal kinerja, beliau yakni yang terbaik yang Jane pernah dapatkan. Dia asing kalau tidak menginginkannya dalam kelompoknya.
   Dan sebelumnya, beliau tidak sanggup menyangkal bahwa sikap Andy telah melemahkan sopan santun dan menyakiti kinerja tim keuangan. Sekarang Jane merasa frustasi. Saat beliau meninggalkan pekerjaan konsultasinya untuk pekerjaan ini, beliau berharap untuk fokus pada angka-angka, produk-produk dan pelanggan-pelanggan.  Justru, beliau malah menemukan bahwa gosip orang-orang mengenai hal itu telah mengambil banyak waktunya.
   Studi kasus fiksi ini menjelaskan suatu dinamika yang terjadi, dimana seorang pemain bintang mempunyai kepribadian yang tidak baik.
 
QUESTION:
    
   Bagaimana Jane sanggup memperbaiki sikap jelek Andy tanpa melukai tim-tim bawah?
 
ANSWER:
    
   Orang perfeksionis memang mempunyai banyak kelebihan, mereka sangat detail, pekerja keras, mengejar kesempurnaan, disiplin, rapi, ulet, terecana dan sebagainya. Jika dipikir-pikir, mereka sanggup menjadi sahabat kerja yang baik, tapi juga sanggup sebaliknya. Orang perfeksionis tak mendapatkan kesalahan, tukang kritik, sehingga mereka cenderung tidak sanggup bekerjasama, menyebalkan dan tidak dewasa, menyerupai Andy Zimmerman. Semakin mengenal seorang perfeksionis, kekurangannya akan semakin tampak. Standar mereka sangat tinggi, hingga mereka tidak sanggup memenuhinya sendiri, mereka mempunyai teladan pikir yang jauh kedepan melampaui insan dengan teladan pikir standar hingga tak ada yang nyambung dengannya, mereka ingin mengkritik tapi tidak ingin dikritik, dan yang paling penting terkadang mereka suka mengurusi hal-hal yang tidak penting sehingga melupakan urusan yang lebih penting. Di dalam perusahaan, tidak peduli apakah mereka mayoritas atau resesif, yang paling penting yakni mereka sanggup berhubungan dengan baik, menghargai pendapat orang lain, tidak ingin menang sendiri, serta kalau perlu jangan dominan. Intinya, orang perfeksionis bersama-sama sulit tumbuh dewasa, sehingga karakternya tidak bertumbuh. Sebagai manajer, untuk menghadapi orang-orang menyerupai ini yakni dengan memberikannya nasehat atau pendekatan personal kepadanya biar beliau mau mengubah sikapnya, kalau tidak berhasil maka sebaiknya beliau direkomendasikan untuk di coaching, dan kalau itupun gagal, maka jalan terakhir yakni dengan proteksi hukuman betahap hingga pemecatan. Hal ini tidak lepas dari hakikat perusahaan yang tidak membutuhkan tenaga individu melainkan kelompok, biar koordinasi dalam perusahaan tetap berlangsung baik.

Sumber http://dasarekonomi.blogspot.com/

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Sesudah Kiprah Yang Panjang Dalam Bab Konsultasi"

Posting Komentar