Dampak Nyata Dan Negatif Sosial Media

Dampak positif dan negatif sosial media menjadi konsekuensi yang secara sadar atau tidak selalu menemani kita saat berselancar di sosmed. Setelah hadirnya komputer dan inovasi internet, sekarang sosial media meradikalkan cara kita berkomunikasi dan berinteraksi. Sebagian besar waktu kita habis untuk terhubung dengan orang lain melalui sosmed.







Postingan blog kali ini akan memaparkan beberapa imbas positif dan negatif sosial media menurut pengamatan saya. Sebagai pengguna sosial media, kita harus jeli melihat implikasi yang mungkin terjadi pada diri kita, baik positif atau negatif biar sosial media, sebagaimana teknologi yang lain, selalu berada di bawah kontrol kita.


Mengapa kita perlu mengontrol sosial media? Sosial media ialah produk teknologi, namun yang menghidupkannya ialah ”aktivitas sosial”. Kebutuhan dasar insan untuk selalu terkoneksi dengan insan lain menjadi dasar bagaimana sosial media sejatinya eksis. Aktivitas sosial media yang lebih cenderung ”sosial” ini sering kali menutup aspek teknologis dari sosial media. Berikut ini imbas positif dan negatif sosial media:


Dampak positif dan negatif sosial media







Dampak positif



  • Menghubungkan kita dengan orang lain


Dampak positif ini sesungguhnya kurang lebih sama ibarat teknologi temuan terdahulu ibarat telepon atau pager (radio panggil). Keduanya menghubungkan kita dengan orang lain. Hanya mekanisme teknisnya saja yang beda alasannya platformnya beda. Sosial media lahir sehabis komputer dan internet. Kemampuan yang disediakan untuk memfasilitasi kita terhubung lebih mumpuni dibanding terknologi sebelumnya. Apa yang menciptakan kita terhubung sesungguhnya tetap sama, intensi kita untuk selalu terhubung dengan orang lain. Intensi ini bisa digali lebih dalam lagi ke problem kebutuhan dasar insan untuk selalu hidup dengan orang lain.



  • Mengurangi isolasi sosial


Rasa kesepian bisa ditanggulangi dengan gampang dengan berinteraksi lewat sosial media. Dampak positif ini sesungguhnya menuai perdebatan. Meskipun orang tau sosial media menghubungkan kita dengan yang lain sehingga isolasi bisa teratasi, namun pada kenyataannya, banyak kasus menunjukkan sebaliknya. Di sosial media memang kita bisa curhat atau posting apa yang kita suka. Tetapi ironi itu tiba semenjak orientasi pengguna sosmed melangkah terlalu jauh, yaitu untuk mendapatkan likes, komen, subscriber, dan follower. Posting bukan lagi untuk mengatasi rasa kesepian, namun menjadi sentra perhatian.



  • Demokratisasi informasi


Informasi tersebar secara luas, memudahkan pengguna sosial media memperoleh, menginvestigasi, mengkonfirmasi informasi yang diperlukan. Meluasnya sumber informasi yang bisa dipertanggungjawabkan bisa disebut sebagai demokratisasi informasi. Manusia sekarang mempunyai lebih banyak pilihan untuk mengonsumsi gosip mana yang disuka. Tidak hanya mengonsumsi, insan bisa lebih gampang mengonfirmasi atau mengonfrontasi gosip yang diterima. Semakin membludaknya info, memang kadang membingungkan. Sosial media memfasilitasi kita terhubung pada orang-orang yang mungkin saja lebih berpengalaman, lebih berpengetahuan, atau lebih legitimate memberi informasi tertentu.



  • Ruang kreasi sosial


Dampak positif ini bisa dilihat dari menjamurnya konten-konten kreatif online yang diproduksi oleh individu-individu secara massif. Sebelumnya, hanya pemain incumbent saja yang bisa memproduksi. Kini, konsumen yang kreatif bisa pula memproduksi lewat channel-channel yang terhubung ke sosmed. Istilah ”prosumen” yang bermakna kemampuan untuk mengonsumsi sekaligus memproduksi konten menunjukkan fakta ini. Sosial media membuka ruang-ruang sosial online untuk berkreasi dalam bentuk video, audio, teks atau kombinasi semuanya. Sayangnya, tak semua netizen mau mendorong dirinya untuk memanfaatkan ruang kreasi ini. Kultur mengonsumsi bisa jadi masih lebih lebih banyak didominasi ketimbang memproduksi.


Baca juga: Manfaat Internet di Bidang Sosial






Dampak negatif



  • Memperkuat pergaulan homofili


Homofili ialah terjemahan dari istilah ”homophily”, artinya kecenderungan individu untuk mengasosiasikan dirinya dengan individu atau kelompok lain yang mempunyai kesamaan atau kemiripan karakter. Kecenderungan ini mempunyai resiko menyempitnya ruang pergaulan dan cara pandang tehadap makna perbedaan. Orang memang cenderung suka berhubungan dengan orang lain atau organisasi yang mempunyai kemiripan karakteristik. Namun perilaku homofili yang berlebihan beresiko membutakan mata kita untuk mendapatkan fakta adanya perspektif lain yang tidak sama atau bahkan bertentangan dengan cara pandang kita.



  • Menyebarluasnya informasi palsu


Validitas informasi menjadi problem besar di masa digital. Berita palsu memang sudah eksis semenjak dulu kala. Hanya saja kini, penyebarannya lebih luas alasannya ditopang oleh infrastruktur digital. Pengguna sosial media yang tak bertanggung jawab ialah pemain drama utama dari problem ini. Mayoritas pengguna barang kali ialah korbannya. Tak peduli tingkat pendidikan, kita bisa saja tergoda hoax tanpa sadar. Kultur komunikasi digital yang cenderung cepat menciptakan kita tak jarang ingin memperoleh informasi secara instan. Begitu gampang bagi kita untuk menilai gosip dari judulnya, apalagi jikalau beritanya sesuai dengan preferensi politik kita. Sosial media menjadi platform tersebarnya informasi palsu.



  • Cyberbullying


Konten sosial media sangat beragam. Tak jarang, teks-teks, meme, foto, dan sebagainya begitu offensif hingga menyerang sisi personal penggunanya. Hinaan, cacian, makian, cercaan sekarang bisa dengan gampang dilontarkan online. Pengaruh psikologis pada pengguna yang mendapatkan perlakuan tersebut kadang dahsyat sekali. Kita bisa saja depresi, frustasi, dan disorientasi alasannya praktik cyberbullying yang menghantam kita. Cyberbullying sama bahayanya dengan bullying. Kita musti hati-hati dalam bersosmed. Sebagian orang tidak gampang baper dan hambar terhadap makian, sebagaian yang lain gampang sakit hati. Karakter pengguna memang bermacam-macam. Namun, kesadaran akan adanya potensi cyberbullying yang difasilitasi oleh sosmed harus ditingkatkan terutama bagi anak-anak. Kejahatan bukan hanya terjadi ruang offline, namun juga di ruang online. Waspadalah, waspadalah!



  • Kriminalitas


Kriminalitas yang dipicu oleh acara di media umum sudah sering kita dengar. Sebut saja penculikan, pemerkosaan, pembunuhan. Perkenalan di Facebook, dilanjutkan dengan pertemuan, hingga terjadinya tindak kriminal ialah pola jamak yang sering kita dapati. Jika tak hati-hati, kita atau orang-orang di sekeliling kita bisa jadi korbannya. Dampak negatif ini perlu diantisipasi dengan peningkatan kesadaran di kalangan pengguna sosial media. Korbannya, boleh dibilang kebanyakan wanita dan pelakunya laki-laki. Perbedaan gender ini juga tercermin pada kriminalitas secara umum. Antisipasi selalu menjadi langkah paling baik jikalau berkenaan dengan tindak kriminal.


Dampak positif dan negatif sosial media menjadi konsekuensi yang secara sadar atau tidak s Dampak Positif dan Negatif Sosial Media


Beberapa pola imbas positif dan negatif sosial media yang di sebutkan di atas ditulis menurut observasi saya. Tentunya masih ada imbas positif dan negatif sosial media lain yang diketahui oleh pembaca menurut pengalamnnya sebagai pengguna sosmed. Bagaimanapun, sosial media hanyalah platform. Aktornya ialah insan yang kadang melibatkan mesin automatisasi dalam aktivitasnya. Kongkalikong insan atau insan dengan mesin ini membuka potensi baik positif atau negatif terhadap pengguna sosmed.



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Dampak Nyata Dan Negatif Sosial Media"

Posting Komentar