Jenis Dan Karakteristik Pupuk Hijau
Pupuk hijau ialah pupuk yang berasal dari dekomposisi sisa tanaman. Dalam dunia pertanian, pupuk hijau kembali dilirik sebagai sumber materi organik potensial mengingat lahan pertanian remaja ini telah mengalami degradasi. Hal ini disebabkan oleh hilangnya materi organik dalam tanah lantaran penggunaan pupuk kimia secara massif.
Berdasarkan laporan BBSDLP (2006), kadar materi organik pada lahan-lahan pertanian di Indonesia kurang dari 1%. Padahal lahan pertanian yang baik idealnya mempunyai kandungan materi organik 3-5%.
Sama menyerupai jenis pupuk organik lainnya, pupuk hijau memilki kemampauan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Penggunaan pupuk hijau dalam pertanian, membantu lingkungan mempertahankan siklus ekologinya. Karena pada dikala panen, sebagian biomassa tetap berada di lahan dan dipergunakan lagi untuk demam isu tanam berikutnya. Sehingga asupan luar dalam produksi pertanian bisa ditekan serendah mungkin.
Jenis-jenis pupuk hijau
Secara umum, hampir semua jenis tumbuhan bisa dijadikan sumber pupuk hijau. Namun sebaiknya gunakan tumbuhan yang mempunyai kandungan humus total tinggi, kandungan nitrogen tinggi dan rasio C/N (nisbah karbon terhadap nitrogen) rendah.
Pakar agroekosistem Cheryl A Palm, membuktikan bahwa pupuk hijau yang berkualitas tinggi mempunyai kandungan nitrogennya lebih dari 2,5%, kandungan lignin kurang dari 15% dan kandungan polifenol kurang dari 4%.
Tanaman dengan karakteristik menyerupai itu akan simpel terurai di dalam tanah dan unsur nitrogennya bisa diserap tumbuhan dengan mudah. Apabila kandungan lignin dan polifenol tinggi akan membutuhkan lebih banyak nitrogen dalam proses pelapukannya. Sehingga berpotensi untuk bersaing dengan tumbuhan inti. Berikut ini beberapa jenis tumbuhan yang biasa dijadikan sumber pupuk hijau.
a. Sisa tumbuhan produksi
Pada dikala panen tidak semua biomasa tumbuhan diangkut untuk dijual. Sebagian ditinggal di lahan dan dibiarkan terurai sebagai pupuk hijau. Kendalanya, beberapa petani kurang sabar menunggu masa bera (istirahat) sampai seluruh tumbuhan lapuk. Seperti petani padi yang sering kali mengkremasi jerami sisa panen. Hal itu dilakukan lantaran beberapa jenis tumbuhan memang jangka penguraiannya lama. Sebenarnya ini bisa dipercepat dengan cara mengomposkan tumbuhan tersebut terlebih dahulu.
Beberapa tumbuhan dari jenis legum lebih efektif untuk dijadikan pupuk hijau. Kandungan hara tumbuhan legum terutama unsur N lebih tinggi dari jenis lain. Penyediaan hara dari tumbuhan legum lebih cepat lantaran tumbuhan ini lebih simpel terdekomposisi. Jenis tumbuhan legum yang sering dibudidayakan diantaranya kacang-kacangan seperti, kacang tanah, kacang hijau, kedelai dan kacang panjang.
Untuk mendapat pupuk hijau dari sisa tumbuhan produksi dengan efesien, kita harus melaksanakan rotasi tanaman. Misalnya, tumbuhan kacang kedelai ditanam di sela-sela demam isu tanam padi. Sehingga ketika kacang kedelai ditanam, sisa tanamannya bisa dibenamkan eksklusif untuk tumbuhan padi.
b. Tanaman pagar
Pupuk hijau bisa didapatkan dengan menanam tumbuhan sumber di sela-sela tumbuhan inti. Para petani biasa menanamnya di lorong antar bedengan tumbuhan utama. Praktek menyerupai ini banyak diaplikasikan oleh para petani tumbuhan pangan yang mengadopsi sistem SALT. Tanaman pagar akan bekerja efektif kalau memenuhi sifat-sifat (1) Prosentase pertumbuhan daun lebih besar dari pada kayu, (2) Pertumbuhan cepat, simpel bertunas dan akarnya dalam semoga tidak bersaing dengan tumbuhan inti, (4) Berkemampuan tinggi menambat nitrogen dan kandungan hara lain, (5) Tidak berpotensi menjadi gulma.
Tanaman yang cocok dijadikan tumbuhan pagar sebagai sumber pupuk hijau merupakan jenis tumbuhan legum. Beberapa diantaranya adalah:
- Hahapaan (Flemingia macrophylla)
- Lamtoro (Leuceana leucephala)
- Gamal (Gliricidia sepium)
- Kaliandra (Caliandra callothyrsus)
c. Tanaman epilog tanah
Ada dua jenis tumbuhan epilog tanah yang biasa dipakai sebagai sumber pupuk hijau. Pertama, tumbuhan yang ditanam pada masa bera atau masa ketika lahan tidak digunakan. Pupuk hijau ini biasanya ditanam menjelang demam isu kemarau, gunanya sebagai mulsa untuk melindungi tanah. Tanaman ini diperlukan bisa mengkonservasi tanah dan hijauannya merupakan sumber nitrogen untuk demam isu tanam berikutnya.
Kedua, tumbuhan yang ditanam berdampingan dengan tumbuhan inti, biasanya diaplikasikan di perkebunan kopi ataupun sawit. Guna tumbuhan ini untuk menahan laju pengikisan tanah, mempertahankan kadar air tanah, dan hijauannya bisa dipakai sebagai sumber nitrogen.
Beberapa tumbuhan epilog tanah yang cocok dijadikan sebagai sumber pupuk hijau adalah:
- Bunguk (Mucuna munanease)
- Komak (Dolicos lablab)
- Kacang tunggak (Vigna sinensis)
- Kakacangan (Arachis pintol)
d. Tanaman liar
Selain dari tumbuhan yang secara sengaaj kita tanam, pupuk hijau juga bisa diambil dari tumbuhan liar. Tanaman ini biasanya tumbuh liar disekitar lahan pertanian, biomassanya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk hijau. Di sawah yang mempunyai kadar organik tinggi biasanya ditemukan tumbuhan sejenis pakis air (azolla) yang tumbuh dengan cepat. Saat pengolahan tanah, tumbuhan ini bisa dibenamkan eksklusif sebagai pupuk hijau.
Beberapa tumbuhan liar yang biasa dijadikan sebagai sumber pupuk hijau adalah:
- Kipait atau paitan (Tithonia diversifolia)
- Kirinyu (Cromoleana odorate)
- Babadotan atau Wedusan (Ageratum conyzoides)
- Azolla (Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla pinata)
Karakteristik pupuk hijau
Pupuk hijau mempunyai karakteristik menyerupai pupuk organik pada umumnya. Bisa memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation, memicu acara biologi tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Dilihat dari sisi perjuangan tani, pupuk hijau memilki sejumlah keunggulan dan kekurangan untuk digunakan.
Keunggulan penggunaan pupuk hijau:
- Mempunyai keunggulan menyerupai pupuk organik lain, memperbaiki struktur fisik, kimia dan biologi tanah
- Mampu mencegah pengikisan tanah
- Berpotensi mendatangkan manfaat lain, menyerupai kayu bakar, pakan ternak, atau buah yang bisa dimakan
- Cocok untuk kawasan yang sulit dijangkau, lantaran bisa ditumbuhkan secara in situ
- Menurunkan asupan luah materi pertanian, lebih baik bagi lingkungan hidup
Kelemahan penggunaan pupuk hijau:
- Memerlukan benih dan menanamnya
- Menghilangkan kesempatan untuk menanam tumbuhan inti lebih sering
- Memerlukan tenaga lebih untuk menumbuhkannya
- Berpotensi mendatangkan hama dan penyakit pada tumbuhan inti
- Berpotensi menjadi gulma
Penggunaan pupuk hijau
Pembenaman langsung, sumber pupuk hijau dari jenis tumbuhan yang mempunyai rasio C/N rendah (seperti legum dan azolla) bisa dibenamkan eksklusif pada lahan dikala pengolahan tanah. Tanaman jenis ini biasanya mempunyai kandungan nitrogen tinggi dan simpel terurai dalam tanah.
Digunakan sebagai mulsa, beberapa jenis pupuk hijau bisa diaplikasikan sebagai mulsa. Misalnya, jerami sisa tumbuhan padi yang dijadikan mulsa tumbuhan cabai atau bawang daun. Mulsa mempunyai kegunaan untuk menjaga pengikisan dan kelembaban tanah dikala tumbuhan inti masih muda. Ketika mulsa mulai terurai akan dipakai sebagai sumber hara tumbuhan oleh tumbuhan inti.
Dikomposkan, tanaman yang mempunyai rasio C/N tinggi (biasanya kadar ligninya tinggi), sebaiknya dikomposkan terlebih dahulu (lihat: cara menciptakan kompos). Lignin memerlukan waktu yang usang untuk terurai dalam tanah. Apabila sumber pupuk hijau menyerupai ini eksklusif diaplikasikan pada lahan, akan terjadi proses dekomposisi yang memerlukan nitrogen. Hal ini memunculkan persaingan perebutan nitrogen dengan tumbuhan inti. Akibatnya pertumbuhan tumbuhan inti terganggu.
Sumber https://alamtani.com
0 Response to "Jenis Dan Karakteristik Pupuk Hijau"
Posting Komentar