Penggunaan Sistem Isu Geografis (Sig) Untuk Mengetahui Persebaran Potensi Obyek Ekowisata Daerah Karst Di Kabupaten Pacitan Bab Barat Propinsi Jawa Timur Tahun 2009


Abstrak

            Tujuan penelitian ini yaitu untuk: (1) mengetahui keberadaan tiap potensi obyek ekowisata di tempat karst Kabupaten Pacitan serpihan Barat, (2) mengetahui karakteristik para wisatawan di obyek ekowisata tempat karst Kabupaten Pacitan serpihan Barat, (3) mengetahui upaya pengembangan obyek ekowisata tempat karst Kabupaten Pacitan serpihan Barat.
            Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif kulitatif. Variabel dalam penelitian ini yaitu usul serta penawaran. Teknik sampling yang digunakan ialah sampel kuota dengan mengambil lima puluh wisatawan, tiga puluh masyarakat yang tinggal disekitar obyek ekowisata dan dua puluh dari petugas pengelola (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan). Sampel ditujukan bagi pengunjung yang bukan obyek ekowisata. Teknik pengumpulan data yang dipakai pada penelitian ini ialah wawancara, observasi lapangan dan dokumnetasi. Teknik analisis data memakai Teknis analisis data pembagian terstruktur mengenai dengan menggunakan pendekatan pembobotan untuk memilih tingkat potensi obyek ekowisata di tempat karst Kabupaten Pacitan serpihan Barat. Obyek yang dikaji terdiri atas sepuluh obyek ekowisata yang tersebar di tempat karst serpihan barat Kabupaten Pacitan. Analisis tabel frekuensi digunakan sebagai upaya pengembangan obyek ekowisata di tempat karst serpihan barat Kabupaten Pacitan.
            Hasil Penelitian ini adalah: (1) Obyek ekowisata dengan nilai potensi tinggi yaitu Goa Gong dan Goa Tabuhan. Objek ini mempunyai nilai potensi tinggi karena keunikan dan kelangkaannya. Obyek ekowisata dengan nilai potensi sedang yaitu Pantai Srau, Pantai Watukarung, Pantai Klayar, Luweng Jaran, dan Luweng Ombo. Obyek ini menjadi kawasan yang ketika ini sedang berkembang. Obyek ekowisata dengan nilai potensi rendah yaitu Pantai Nampu, Goa Putri dan Goa Kalak. Ketiga obyek ekowisata tersebut belum berkembang, apabila dilihat dari jangkauan pemasaran dan sarana prasarana. (2) Wisatawan obyek ekowisata tempat karst serpihan barat Kabupaten Pacitan mempunyai karateristik: umur antara 19-30 tahun, lebih banyak didominasi bejenis kelamin laki-laki, bertempat tinggal di pulau jawa, jenjang pendidikan antara SMA-PT, status mahasiswa atau pelajar, contoh perjalanan berombongan, cara kedatangan dengan menggunakan motor pribadi, gres satu kali berkunjung ke obyek ekowisata, durasi waktu berkunjungnya antara satu hingga dua jam, memperoleh informasi keberadaan obyek dari teman, dan kesan sesudah berkunjung dari obyek wisata mendapat kepuasan batin. (3) Upaya pengembangan obyek ekowisata di tempat karst serpihan barat Kabupaten Pacitan memperoleh pertolongan dari masyarakat dan pengelola obyek ekowisata di Kabupaten Pacitan untuk mengembangan potensi kepariwisataan Kabupaten Pacitan.

            Kata Kunci: potensi, obyek ekowisata, tempat karst, karakteristik, pengembangan.
 

      I.     Pendahuluan
      Pada zaman mirip ini, arus globalisasi sudah hampir terjadi di setiap dimensi kehidupan. Arus globalisasi mampu membuka kawasan-kawasan marginal seperti Kawasan Karst Pacitan. Hal ini terjadi alasannya adanya pergeseran makna kepariwisataan Internasional dimana wisatawan mengharapkan perjalanannya lebih berkesan, berkualitas dan menambah pengalaman hidup gres serta memperoleh pengetahuan mengenai lokasi yang baru. Dalam hal ini peran tempat karst khususnya serpihan barat Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Timur di waktu mendatang menjadi lokasi yang penting dalam bidang kepariwisataan. Kawasan karst serpihan barat Kabupaten Pacitan memperlihatkan wisata ekologi atau wisata yang berbasis pada alam (ekowisata) yang mempunyai daya tarik tersendiri kepada wisatawan.
      Sektor kepariwisataan mempunyai arti yang sangat penting dan strategis untuk dikembangkan di Kabupaten Pacitan. Hal ini dikarenakan sektor pariwisata mampu memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perkembangan pariwisata kini yang gres demam isu yaitu perkembangan wisata berbasis masyarakat menuju alam (back to nature), merupakan wisata ke alam pedesaan dan pegunungan untuk menikmati suasana yang masih higienis dan jauh dari kebisingan dan pencemaran. Konsep ini akhirnya dikenal sebagai istilah ekowisata (wisata ekologi), (Yoeti, Oka A 2000: 3).
      Pada dekade 1970-an isu lingkungan mulai berkembang secara global mondial termasuk dalam hal ini gerakan kesadaran wisata yang dikenal dengan ekowisata. Masyarakat mulai sadar akan warta lingkungan sehingga mulai mengkaitkan banyak sekali tema-tema aktivitas wisata, baik dari sisi penyediaan maupun sisi usul dengan lingkungan. Kampanye lingkungan cukup efektif digunakan dalam sektor pariwisata untuk menciptakan kesadaran lingkungan menjadi tanggung jawab bersama, lintas negara dan lintas budaya. Ekowisata merupakan alternatif bagi aktivitas pariwisata yang bersifat massal dan ramai hingar bingar sebagai sebuah gerakan kesadaran lingkungan.
      Ekowisata merupakan ciri aktivitas wisata yang berbasis cita-cita untuk tahu (scientific), mengerti dan menikmati keindahan (aestetic), serta menghayati nilai dan makna (philosophical). Sehingga kegiatan pariwisata ini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berasal dari kota-kota besar untuk menikmati suasana alam bebas. Mereka bisa menghargai, menikmati dan berguru mengenai lingkungan baru, tidak hanya lingkungan alami tetapi juga budaya lokal (local wishdom) yang berbeda dengan suasana di kota.
      Ekowisata merupakan bagian dari pengembangan kawasan pariwisata. Tahapan pengembangan tempat menjadi landasan bagi perumusan/ formulasi rencana kebijakan lebih lanjut secara spasial. Regionalisasi/ perwilayahan menjadi salah satu metode yang ditujukan untuk memilih batas-batas homogenitas ruang khususnya berkaitan dengan kegiatan kepariwisataan baik atraksi, amenitas dan aksesibilitas. Pembagian Kawasan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Pacitan secara spesifik didasarkan pada beberapa kondisi yaitu:
  1. Kedudukan dan sebaran obyek wisata
  2. Sebaran aksesibilitas pendukung yang merata antar kecamatan
  3. Sebaran akomodasi pelayanan yang bervariasi antar wilayah kecamatan
  4. Posisi geografis dan potensi wilayah kecamatan yang sanggup berfungsi sebagai  gerbang baik dari wilayah di sekitarnya
  5. Kondisi geomorfologi tempat Kabupaten Pacitan
      Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) Kabupaten Pacitan memiliki huruf spesifik yang merupakan perpaduan antara unsur kesamaan tema, kedekatan jarak, kemudahan pencapaian/ rute serta kedekatan terhadap sentra pelayanan. Gambaran umum masing-masing tempat KPP Kabupaten Pacitan sanggup dijelaskan sebagai berikut :
  1. KPP A, Cakupan wilayahnya mencakup Kecamatan Donorojo, Punung, Pringkuku (Bagian Barat) dengan sentra pelayanannya Kecamatan Punung;
  2. KPP B, Cakupan wilayahnya mencakup Kecamatan Pacitan Punung (Bagian Timur), Pringkuku (Bagian Timur), Arjosari (Bagian Barat), Kebonagung (Sebagian Kecil Wilayah Barat) dengan sentra pelayanannya Kecamatan Pacitan;
  3. KPP C, Cakupan daerahnya mencakup Kecamatan Kebonagung, Sudimoro, Tegalombo (Bagian Selatan), Arjosari (Bagian Selatan dan Timur), Tulakan, Ngadirojo, Pacitan (Sebagian Kecil Wilayah Timur) dengan sentra pelayanannya Kecamatan Ngadirojo;
  4. KPP D, Cakupan wilayahnya mencakup Kecamatan Nawangan, Tegalombo (Bagian Utara), Bandar, Arjosari (Bagian Utara) dengan sentra pelayanannya Kecamatan Nawangan.
      Dari citra di atas, pengembagan struktur jaringan simpul tempat perlu dilakukan agar distribusi kunjungan wisatawan serta pengembangan tempat lingkup KPP sanggup dilakukan secara terpadu. Sehingga antar KPP terjadi saling keterkaitan dalam kerangka pengembangan tematik dan pemasaran. Kajian ekowisata dalam penelitian ini termasuk kedalam wilayah KPP A. Kegiatan pariwisata di tempat karst serpihan barat Kabupaten Pacitan memanfaatkan unsur estetika (keindahan), keunikan dan kelangkaan yang dimiliki oleh tanda-tanda ekso-dan endokarst yang ada. Untuk lebih jelasnya terdapat pada peta berikut ini:
      Berdasarkan latar belakang dilema di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
  1. Bagaimana keberadaan tiap potensi obyek ekowisata di tempat karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat?
  2. Bagaimana karakteristik para wisatawan di obyek ekowisata tempat karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat?
  3. Bagaimana upaya pengembangan obyek ekowisata tempat karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat?
      Sehingga tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
  1. Mengetahui keberadaan tiap potensi obyek ekowisata di tempat karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat. 
  2. Mengetahui karakteristik para wisatawan di obyek ekowisata tempat karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat.
  3. Mengetahui upaya pengembangan obyek ekowisata tempat karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat.

    II.     Metode
      Penelitian mengenai tempat ekowisata karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat ini menggunakan metode penelitian kualitatif, sedangkan taktik yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian kualitatif yaitu suatu mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan sikap yang diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2001:3). Sedangkan deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang berusaha mendiskripsikan atau menggambarkan/ melukiskan suatu kilas insiden pada masa kini dengan menghasilkan data deskriptif  berupa kata-kata tertulis atau lisan dari sikap yang diamati dengan sistematis, faktual dan akurat.
      Daerah penelitian ini termasuk kawasan karst segmen Pacitan Barat yang berkembang mulai sebelah selatan jalan raya propinsi yang menghubungkan Pacitan dan Surakarta hingga pantai selatan. Kawasan ini memiliki 10 obyek ekowisata yang tersebar di tiga kecamatan yaitu: Kecamatan Donorojo, Kecamatan Punung, dan Kecamatan Pringkuku. Secara astronomis terletak pada koordinat 7° 48′ 18″  LS – 8° 7′ 49″ LS dan 110° 20′ 03″ BT – 111° 46′ 03″ BT. Dan luas wilayah secara keseluruhan: 345,84 Km2. Untuk lebih jelasnya sanggup dilihat pada peta berikut:
      Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh eksklusif melalui observasi lapangan dan wawancara. Instrument yang digunakan yaitu lembar pengamatan/ observasi yang bertujuan untuk mengetahui kondisi sepuluh obyek wisata alam yang menjadi obyek penelitian yaitu Pantai Srau, Pantai Watukarung, Pantai Klayar, Pantai Nampu, Luweng Jaran, Luweng Ombo, Goa Gong, Goa Tabuhan, Goa Putri, dan Goa Kalak. Data primer lainnya diperoleh dari hasil wawancara oleh wisatawan, penduduk, dan pengelola (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan). Untuk lebih jelasnya data primer sanggup diklasifikasikan sebagai berikut:
  1. Identifikasi Potensi Obyek
a)     Kulitas dan Daya Tarik Wisata
Yaitu evaluasi tingkat potensi sumber daya obyek dan daya tarik obyek wisata yang sanggup diuraikan menjadi: 1) keunikan/ kelangkaan; 2) keragaman daya tarik (kuantitas); 3) kondisi lingkungan; 4) kondisi dan kualitas lingkungan.
b)    Skala Pemasaran Obyek
c)     Tingkat Berkunjungnya Wisatawan ke Obyek
d)    Tingkat Dukungan Aksesibilitas dan Pencapaian
Dukungan kondisi aksesibilitas dan pencapaian sanggup diuraikan menjadi: 1) ketersediaan moda transportasi; 2) kualitas jalan; 3) kemudahan pencapaian.
e)     Tingkat Dukungan Sarana-Prasarana Penunjang (Amenitas Wisata)
Tingkat pertolongan sarana/prasarana dasar wisata, mencakup evaluasi terhadap: 1) kondisi sarana-prasarana (kulitas); 2) kelengkapan sarana-prasarana yang ada; 3) kapasitas yang tersedia, apakah sudah mencukupi atau belum.
f)     Tingkat Dukungan Infrastruktur
g)    Kesiapan Masyarakat
h)     Pertimbangan Lainnya
  1. Identifikasi Berkunjungnya Wisatawan ke Obyek
Karakteristik Berkunjungnya wisatawan ditentukan dengan; Umur, Jenis Kelamin, Tempat Tinggal, Tingkat Pendidikan, Mata Pencaharian, Tingkat Kemudahan, Cara Kedatangan, Jumlah Berkunjung, Lama Berkunjung, Informasi Obyek, dan Kesan. 
  1. Identifikasi Dukungan Pengembangan
a)     Masyarakat di Sekitar Obyek Ekowisata ditentukan dengan; Pendapatan yang diperoleh selama satu bulan, manfaat terhadap masyarakat, peluang bagi masyarakat untuk menjadi tenaga kerja, dan keberadaan obyek ekowisata ini mengganggu ketentraman.
b)    Pengelola Obyek Ekowisata (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) ditentukan dengan: penghasilan, tingkat pendidikan, kiprah dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Pacitan, serta keterlibatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan.
      Selain data primer penelitian ini juga menggunakan data sekunder sebagai pelengkat dalam kajian penelitian. Data sekunder yang digunakan yaitu sebagai berikut:
  1. Data mengenai penggunaan lahan dan kemiringan lereng dari Peta RBI.
  2. Data jenis batuan diperoleh dari Peta Geologi Bersistem Indonesia.
  1. Data curah hujan, jenis tanah dan sebaran potensi obyek ekowisata tempat karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat.
  2. Data administrasi, kondisi jalan dan monografi penduduk kawasan karst Kabupaten Pacitan.
      Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan studi populasi yaitu untuk meneliti semua obyek yang tersebar di tempat karst serpihan barat Kabupaten Pacitan. Penelitian ini juga menggunakan teknik pengambilan sampel kuota (quota sample) yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata atau daerah, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan (Arikunto, 2002:119).
      Responden dalam penelitian ini terdiri dari penduduk sekitar, wisatawan dan pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan sebagai pihak pengelola. Sampel yang diambil terhadap responden penduduk sebanyak 30, wisatawan sebanyak 50 dan pengelola sebanyak 20 (pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan).  Pengambilan sample tersebut dirasa sudah memenuhi informasi yang dibutuhkan alasannya pertimbangan waktu, biaya dan tenaga. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Wawancara
  2. Observasi
  3. Dokumentasi
    Data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data ini adalah: a) gambar 10 obyek ekowisata, b) Kabupaten Pacitan Dalam Angka 2008, c) jumlah pengunjung obyek, d) curah hujan selama 10 tahun terakhir.
      Tahap akhir kajian dalam penelitian ini yaitu mengetahui potensi obyek ekowisata tempat karst di Kabupaten Pacitan Bagian Barat Propinsi Jawa Timur. Potensi objek wisata diketahui dengan cara menganalisis kualitas dan keutamaan obyek dengan melakukan penilaian terhadap sejumlah parameter dan indikator. Dasar evaluasi terhadap potensi obyek ekowisata kawasan karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat terdiri dari sembilan indikator pedoman: (1) kualitas obyek dan daya tarik, (2) skala pemasaran, (3) tingkat berkunjung ke obyek ekowisata, (4) tingkat pertolongan aksesibilitas dan pencapaian, (5) tingkat dukungan sarana-prasarana penunjang, (6) tingkat dukungan, (7) infrastruktur, (8) kesiapan masyarakat, (9) pertimbangan lainnya.
                                                       




   III.     Hasil dan Pembahasan
  1. Potensi Obyek Ekowisata
      Objek ekowisata kawasan karst di Kabupaten Pacitan Bagian Barat Propinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang khas akan wisata alam yang menyajikan banyak fenomena menarik. Hal ini alasannya sumberdaya alam dengan tatanan tektonik yang didominasi bentuklahan karst. Formasi Wonosari mempunyai karakteristik litologi yang terdiri dari batugamping terumbu, batugamping berlapis dan batugamping konglomeratan; bersisipan batugamping pasiran dan napal. Kawasan Karst ini mempunyai 10 obyek ekowisata yang tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Donorojo, Kecamatan Punung, dan Kecamatan Pringkuku. Profil potensi obyek ekowisata wilayah ini yaitu sebagai berikut:
  1. Pantai Srau
Pantai ini terletak di Desa Candi Kecamatan Pringkuku yang merupakan pantai yang membentang luas dengan pemandangan yang indah dimana ombak yang ada cukup besar. Pasir pantainya berwarna putih bersih. Jarak Pantai Srau dengan Kota Pacitan yaitu 23 km kearah barat.
  1. Pantai Watukarung
Pantai ini terletak di Desa Watukarung Kecamatan Pringkuku yang berjarak ± 7 Km dari Pantai Srau dan berjarak ± 30 Km dari Kota Kabupaten Pacitan dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5  jam.
  1. Pantai Klayar
Pantai ini mempunyai kerikil cadas atau karang maritim yang mirip Spinks di Mesir. Potensi ekowisata Pantai Klayar sangat mengandalkan pada kondisi alam pantai yang masih alami serta hamparan pasir putih. Keindahan panorama pantai yang indah, sunrice dan suset.
  1. Pantai Nampu
Pantai ini merupakan pantai yang menarik alasannya untuk mencapainya harus melintasi bukit - bukit kapur, diselingi dengan pemandangan landscape yang indah. Pantai Nampu mempunyai daya tarik utama Pasir yang halus, keindahan panorama pantai yang indah, sunrise dan suset.
  1. Goa Gong
Obyek ekowisata ini berupa gua dan menjadi andalan pemerintah daerah, yang terletak di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, 37 Km kearah barat kota Pacitan. Goa Gong dikelilingi oleh dolina-dolina tertutup yang berbangun melonjong.
  1. Goa Tabuhan
Goa ini terletak di di desa Wareng, Kecamatan Punung atau 35 Km ke arah barat dari Kota Pacitan. Goa Tabuhan mempunyai spesifikasi yang tidak dimiliki oleh goa-goa lainnya, alasannya disini sanggup dinikmati sajian khas musik Goa Tabuhan yang disuarakan oleh batu-batu stalagtit dan stalakmit.
  1. Goa Putri
Goa ini terletak sekitar 2 Km Selatan Punung, Yaitu di Desa Kendal, Kecamatan Punung yang berjarak kurang lebih 25 Km ke arah barat dari Kota Pacitan. Lorong yang berarah utara-selatan mempunyai panjang sekitar 40 m. Kondisi lisan goa berbangun melengkung rendah, yang menghadap ke selatan, ke arah lembah  yang dalam berarah barat-timur, dengan hiasan kolom di tengahnya.
  1. Goa Kalak
Goa ini terlatak di Desa Kalak dan merupakan goa fosil mempunyai lisan goa yang menghadap ke selatan, dengan bangunnya yang melengkung lebar. Beberapa bagian lisan goa ini dijumpai roof-pendant. Goa ini mempunyai kubah besar setinggi 15-30 m yang dipenuhi oleh banyak sekali bentuk dan ukuran ornamen goa, yang umumnya sudah tidak aktif lagi.
  1. Luweng Jaran
Merupakan suatu obyek ekowisata yang berbentuk goa dan untuk menuju lokasinya diharuskan memasuki lubang mirip sumur. Kaprikornus berbeda dengan goa yang lain dimana posisi lobangnya terletak vertikal mirip pintu masuk, sedangkan posisi lubang luweng terletak horizontal mirip memasuki sumur.
  1. Luweng Ombo
Objek ekowisata perguaan-tegak ini terletak di Dusun Petung Desa Kalak. Lubang masuk sumuran berkembang pada sebuah dataran tekuk-lereng bukit berbangun kerucut. Dasar lorong yang miring curam dan licin (slab), sepanjang sekitar 50 m, menghubungkan serpihan lubang-sumuran dengan lorong sungai bawahtanah yang ada di dasar gua.
      Penilaian potensi obyek ekowisata tempat karst Bagian Barat Kabupaten Pacitan menggunakan teknik skoring antara variabel penelitian. Berdasarkan hasil analisis potensi ekowisata tersebut terdapat ada dua obyek ekowisata dengan pembagian terstruktur mengenai potensi tinggi. Obyek ekowisata tersebut yaitu Goa Gong dan Goa Tabuhan. Obyek ekowisata dengan pembagian terstruktur mengenai potensi sedang terdapat lima obyek yaitu: Pantai Srau, Pantai Watukarung, Pantai Klayar, Luweng Jaran dan Luweng Ombo. Sedangkan obyek ekowisata dengan pembagian terstruktur mengenai potensi rendah ada tiga yaitu: Pantai Nampu, Goa Putri dan Goa Kalak.
      Kelompok objek potensi tinggi memperlihatkan obyek- obyek ekowisata tersebut bertumpu pada keunikan dan kelangkaan yang tidak ditemukan di tempat lain. Selain itu juga obyek ekowisata tersebut menjadi potensi unggulan di tempat karst Bagian Barat Kabupaten Pacitan. Selain itu penyebab objek ekowisata mempunyai potensi tinggi yaitu sebagian variabel potensinya memperoleh skor maksimum pada setiap evaluasi variabel yang bersangkutan. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan kondisi ke empat obyek yang mempunyai kualitas dan keunikan, skala jangkauan pemasaran, tingkat kunjungan, aksesibilitas, sarana-prasarana wisata, infrastruktur, kesiapan masyarakat dan adanya pertimbangan lainnya.
      Obyek ekowisata dengan pembagian terstruktur mengenai sedang yaitu Pantai Srau, Pantai Watukarung, Pantai Klayar, Luweng Jaran dan Luweng Ombo. Obyek ekowisata ini merupakan obyek- obyek yang ketika ini sedang berkembang dan masih dalam tahap perbaikan. Beberapa obyek sudah ada pengelolaannya tetapi sebagian besar belum mendapat pengelolaan. Salah satu obyek yang termasuk dalam kriteria ini yaitu Pantai Watu Karung dan Pantai Srau yang sudah mulai dikelola dan diberi akomodasi lengkap untuk kenyamanan wisatawan. Namun ketika ini kondisi akomodasi yang tersedia sebagian besar rusak dan tidak berfungsi. Sehingga menjadikan kualitas potensi objek di sini menjadi berkurang.
      Obyek ekowisata dengan pembagian terstruktur mengenai berpotensi rendah terdapat di tiga obyek yaitu: Pantai Nampu, Goa Putri dan Goa Kalak. Potensi ekowisata obyek ini belum berkembang baik dilihat dari segi jangkauan pemasaran, pengunjung, sarana dan prasarana ekowisatanya atau dari segi aksesibilitas. Berdasarkan nilai potensi setiap variable kajian sebagian besar obyek ekowisata di wilayah ini belum berkembang. Hal ini dikarenakan kurangnya pertolongan sarana- prasarana dan belum adanya pengelolaan yang memadai. Nilai kualitas sumber daya wisata yang ada juga kurang mempunyai daya tarik dikarenakan tidak mempunyai kekhasan fenomena.
      Namun apabila dilihat secara umum kawasan karst serpihan barat Kabupaten Pacitan mempunyai unsur estetika (keindahan), keunikan dan kelangkaan tersendiri yang tidak bisa ditemui di obyek wisata lain. Sehingga apabila objek ekowisata yang mempunyai nilai potensi rendah bisa dikelola dengan baik, maka sanggup memajukan kualitas sektor pariwisata Kabupaten Pacitan. Untuk lebih jelasnya peta potensi ekowisata tempat karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat sanggup dilihat sebagai berikut:
  1. Karakteristik Wisatawan Yang Berkunjung ke Obyek Ekowisata
      Karakteristik wisatawan obyek ekowisata tempat karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat sanggup dianalisi melalui tabel frekuensi. Sehingga sanggup diketahui karakteristik wisatawan yang  berkunjung ke objek wisata tempat karst ini. Untuk lebih jelasnya hasil tabulasi karakteristik pengunjung sanggup dipaparkan sebagai berikut:
  1. Jenis umur
Wisatawan yang berkunjung ke obyek ekowisata di tempat karst serpihan barat Kabupaten Pacitan mempunyai tingkat umur yang bervariasi dari yang berumur 10 tahun hingga 45 tahun. Kecenderungan umur pengunjung di objek wisata ini yaitu pada kisaran 19- 30 tahun atau berusia remaja beranjak dewasa.
  1. Jenis kelamin
Wisatawan yang berkunjung ke obyek ekowisata tempat karst serpihan barat Kabupaten Pacitan didominasi pengunjung laki-laki yaitu berjumlah 39 wisatawan (sekitar 78%). Hal ini dikarenakan laki- laki mampunyai selera berlibur dan berwisata lebih tinggi dibandingkan perempuan.
  1. Tempat tinggal
Wisatawan obyek ekowisata tempat karst serpihan barat Kabupaten Pacitan sebagian besar berasal dari daerah Pulau Jawa (sekitar 72%). Hal ini dikarenakan obyek ekowisata ini sudah terkenal di Pulau Jawa, meskipun media informasi dan promosinya masih sangat terbatas.
  1. Tingkat pendidikan
Rata-rata wisatawan yang berkunjung ke obyek ekowisata ini yaitu mereka dengan tingkat pendidikan lulus Sekolah Menengan Atas yaitu (sekitar 54%) dan wisatawan yang lulus Perguruan Tinggi (sekitar 32%).
  1. Mata pencaharian
Kecenderungan kebutuhan berwisata di obyek ekowisata tempat karst serpihan barat Kabupaten Pacitan adalah mereka dengan status pelajar dan mahasiswa (sekitar 46%).
  1. Pola perjalanan
Pola perjalanan di obyek ekowisata tempat karst serpihan barat Kabupaten Pacitan memperlihatkan bahwa umumnya wisatawan melaksanakan perjalanan wisata dengan rombongan.
  1. Cara kedatangan
Wisatawan obyek ekowisata tempat karst serpihan barat Kabupaten Pacitan didominasi oleh pengguna kendaraan beroda empat pribadi (sekitar 40%), wisatawan tiba dengan sepeda motor (sekitar 32%), wisatawan tiba dengan menggunakan kendaraan biro wisata/ travel (sekitar 20%), sedangkan pengguna angkutan umum (sekitar 8%).
  1. Jumlah berkunjung
Wisatawan obyek ekowisata di kawasan karst serpihan barat Kabupaten Pacitan didominasi oleh mereka yang gres 1 kali mengunjungi obyek (sekitar 50%), wisatawan tiba mengunjungi obyek ekowisata  2-3 kali (sekitar 36%), wisatawan yang tiba mengunjungi obyek ekowisata >4 kali (sekitar 8%), sedangkan pengunjung obyek ekowisata 3-4 kali (sekitar 6%).
  1. Lama berkunjung
Wisatawan obyek ekowisata di kawasan karst serpihan barat Kabupaten Pacitan didominasi oleh mereka dengan usang waktu 1-2 jam (sekitar 54%), wisatawan menikmati obyek ekowisata 2 – 5 jam lamanya (sekitar 26%), wisatawan menikmati  obyek ekowisata  selama < 1 jam (sekitar 12%), sedangkan wisatawan menikmati  obyek ekowisata > 4 jam lamanya (sekitar 8%).
  1. Informasi objek
Wisatawan obyek ekowisata di kawasan karst serpihan barat Kabupaten Pacitan yang memperoleh informasi perihal adanya obyek ekowisata dari temannya sendiri (sekitar 58%), wisatawan memperoleh informasi perihal adanya obyek ekowisata dari saudara/ keluarganya (sekitar 32%), wisatawan memperoleh informasi perihal adanya obyek ekowisata dari surat kabar (sekitar 6%), sedangkan wisatawan memperoleh informasi perihal adanya obyek ekowisata dari biro/ biro ekowisata (sekitar 4%).
  1. Kesan
Wisatawan obyek ekowisata di kawasan karst serpihan barat Kabupaten Pacitan yang memperoleh kepuasan batin (sekitar 34%), wisatawan bertambah pengetahuannya sesudah berkunjung di obyek ekowisata (sekitar 30%), terkesan suasananya sesudah berkunjung di obyek ekowisata (sekitar 28%), sedangkan wisatawan memperoleh kesejukan tubuh sesudah berkunjung di obyek ekowisata (sekitar 8%).
  1. Karakteristik Dukungan Pengembangan dari Masyarakat di Sekitar Obyek dan Pengelola Obyek Ekowisata
  1. Masyarakat di Sekitar Obyek Ekowisata
       Karakteristik persepsi atau jawaban masyarakat terhadap keberadaan obyek ekowisata tempat karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat sanggup dijelaskan sebagai berikut:
a.     Pendapatan masyarakat perbulan
Masyarakat yang mendapat penghasilkan 100.000,00 selama satu bulan yaitu sebanyak 10%, masyarakat yang mendapat penghasilan diantara 100.000 – 300.000 selama setahun sebanyak 70%, sedangkan penghasilan masyarakat dalam satu tahun sebesar   500.000,00 yaitu 20%.
b.    Manfaat terhadap masyarakat
Masyarakat yang menyatakan bermanfaat dengan keberadaan obyek ekowisata itu yaitu sebanyak 73,33%, masyarakat yang menyatakan tidak bermanfaat sebanyak 10%, sedangkan masyarakat tidak tahu sebesar 16,66%.
c.     Keberadaan obyek ekowisata mengganggu ketentraman
Tanggapan masyarakat terhadap keberadaan obyek ekowisata yang menyatakan mengganggu ketentraman yaitu 3,33%, masyarakat yang menyatakan tidak tahu/ ragu-ragu yaitu 10%, sedangkan masyarakat menyatakan tidak terganggu yaitu 86,66%.
d.    Keterlibatan masyarakat
Keterlibatan masyarakat dengan keberadaan obyek ekowisata yang menyatakan terlibat secara eksklusif yaitu sebanyak 40%, masyarakat yang menyatakan tidak terlibat eksklusif sebanyak 46,66%, sedangkan masyarakat yang tidak terlibat sama sekali yaitu 13,33%.
  1. Pengelola Obyek Ekowisata (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata)
       Menurut Janianton (2006:21) pemerintah mempunyai otoritas dalam pengaturan penyediaan, peruntukan banyak sekali infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata. Sehingga menurut hasil analisis data mengenai pengelola objek wisata, sebagai berikut:
a.       Penghasilan
Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan  yang mendapat penghasilkan ≤ 1.000.000,00 selama satu bulan yaitu sebanyak 0%, penghasilan pegawai sekitar 1.000.000 – 200.000 selama satu bulan yaitu 25%, sedangkan penghasilan pegawai dalam satu bulan sebesar ≥  2000.000,00 adlaah 75%.
b.    Tingkat pendidikan
Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan yang mempunyai tingkat pendidikan Sarjana/ S1 yaitu sebanyak 60%, pegawai dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengan Atas yaitu 20%, sedangkan pegawai yang tingkat pendidikannya S2/Pasca Sarjana yaitu sebanyak 20%.
c.     Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan sebagai penentu kebijakan yang sebanding dengan kiprah pemantau yaitu sebanyak 30%, sedangkan yang menyatakan sebagai pengelola yaitu 40%.
d.    Kerterlibatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Keterlibatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan dalam upaya konservasi tempat karst yang terlibat aktif dalam upaya konservasi tempat karst yaitu sebanyak 95%, keterlibatan dinas yang tidak berperan aktif yaitu 5%, sedangkan yang menyatakan tidak tahu yaitu 0%.

   IV.     Kesimpulan       
  1. Tingkat potensi ekowisata tempat karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat didominasi oleh kelompok potensi sedang. Obyek ekowisata dengan nilai potensi tinggi yaitu Goa Gong dan Goa Tabuhan. Obyek ekowisata dengan pembagian terstruktur mengenai potensi sedang yaitu Pantai Srau, Pantai Watukarung, Pantai Klayar, Luweng Jaran, dan Luweng Ombo. Sedangkan obyek ekowisata dengan pembagian terstruktur mengenai rendah yaitu Pantai Nampu, Goa Putri dan Goa Kalak.
  2. Karateristik wisatawan yang mengunjungi obyek ekowisata tempat karst Kabupaten Pacitan Bagian Barat adalah: mayoritas berumur antara 19-30 tahun, lebih banyak didominasi bejenis kelamin laki-laki, bertempat tinggal di pulau jawa, jenjang pendidikan antara SMA-PT, bersetatus mahasiswa atau pelajar, contoh perjalanan berombongan, cara kedatangan dengan menggunakan motor pribadi, gres satu kali berkunjung ke obyek ekowisata, usang berkunjungnya antara 1 sampai 2 jam, memperoleh infromasi keberadaan obyek dari teman, dan kesan sesudah berkunjung obyek adalah mendapatkan kepuasan batin.
  3. Sebagian besar masyarakat sekitar dan pengelola obyek ekowisata di Kabupaten Pacitan Bagian Barat sangat mendukung dalam upaya pengembangan kepariwisataan yang berada di Kabupaten Pacitan.

    V.     Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik & BPS Kabupaten Pacitan. 2007. Kabupaten Pacitan Dalam Angka 2004. Pacitan : Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pacitan. 2004. Fakta dan Analisis Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Karst Kabupaten Pacitan. Pacitan : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pacitan.
Bagus, Ida. M. 1985. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta. Nur Cahaya.
Dawi, Maemunah. 2003. Model Pengelolaan Ekowisata DAS Mai’ting Kabupaten Tana Toraja. Analisis, Volume 1 Nomer 1. pdf-search-engine.com
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan. 2003. Laporan Akhir Rencana Induk Pengembangan Obyek Wisata Pantai Klayar dan Pantai Srau. Yogyakarta : Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada.
Dinas Pekerjaan Umum Pengairan. Data Curah Hujan Tahunan 1997-2008. Pacitan : Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Pacitan.
Kusmayadi dan Sugiarto, Endar. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Lutfi Rayes. 2007. Metode Inventarisasi Sumer Daya Lahan. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.
Moleong, Lexy. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Pambudu Tika, Moh. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian  Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung Alfabeta.
Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.

Sumber http://geoenviron.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Penggunaan Sistem Isu Geografis (Sig) Untuk Mengetahui Persebaran Potensi Obyek Ekowisata Daerah Karst Di Kabupaten Pacitan Bab Barat Propinsi Jawa Timur Tahun 2009"

Posting Komentar