√ Homo ( Insan Purba )

Versi bahan oleh Marwan S


Makhluk lain yang diperkirakan lebih tepat dari Pithecantropus ialah Homo, yang juga berarti manusia. Manusia purba homo ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu:


1. Homo Neanderthalensis

Jenis Neanderthalensis yang sudah ada di muka bumi sekitar 250.000 tahun yang lalu. Homo Neanderthalensis ini banyak mendiami kawasan Eropa, Asia Barat, dan Afrika Utara. Kemampuan bertutur kata dari Homo Neanderthalensis diduga belum begitu berkembang. Volume otaknya bervariasi antara 1.000 hingga 2.000 Cc. Tinggi tubuh makhluk ini diperkirakan antara 130-210 Cm dengan berat- tubuh antara 30-150 Kg.


2. Homo Sapiens

Homo Sapiens sudah muncul di muka bumi sekitar 40.000 tahun yang lalu. Homo Sapiens ini sudah menyebar di hampir semua benua. Populasi homo sapiens sudah tersebar luas di Asia Tenggara, menyerupai di Niah, Serawak Malaysia, Palawan, Filipina, Cina selatan, dan di Australia yang diperkirakan hidup sekitar 3.000 tahun yang lalu. Fosil lain ditemukan di Wajak (dekat Tulung Agung, Jawa Timur).

Diduga Homo Sapiens ini sudah bertutur kata, sekalipun masih disertai dengan bahasa isyarat. Fosil Homo jikalau dibandingkan dengan jenis sebelumnya telah mengalami kemajuan. Mereka telah menciptakan alat-alat dari kerikil maupun tulang. Dalam berburu mereka telah mempergunakan alat-alat perburuan. Binatang hasil buruan sesudah dikuliti kemudian dibakar. Jenis umbi-umbian yang menjadi makanan mereka telah dimasak.

Di lingkungan Homo Sapiens kemudian dikenal sekurang-kurangnya 5 ras pokok yang hidup hingga sekarang. Ketiga ras yang tersebar luas ialah Mongoloid, Kaukasoid, dan Negroid. Dua ras lagi yang persebarannya terbatas ialah ras Kosanoid dan Australomelanesoid. Adapun dari kelima ras itu yang mendiami Indonesia ialah Mongoloid dan Australomelanesoid.


Jenis insan purba homo sapiens digolongan menjadi dua macam yang didasarkan pada kawasan penemuannya, yaitu:

a. Homo Erectus Soloensis
Manusia tersebut dinamakan Soloensis, lantaran fosil-fosilnya bertebaran di sepanjang Bengawan Solo, yaitu di Ngandong Sambung macan dan Sangiran. Dari kawasan ini, ditemukan dua buah tulang kaki dan 11 tengkorak dengan ukuran yang lebih besar dari pada Pithecanthropus yang lebih bau tanah umurnya. Tengkoraknya menunjukkan tonjolan yang tebal di tempat alis, dengan dahi yang miring ke belakang. Suatu analisis cermat atas tengkorak tersebut yang dilakukan oleh andal paleoantropologi di Indonesia (Teuku Yakup 1967) membenarkan bahwa insan Ngandong itu merupakan keturunan pribadi dari Pithecanthropus Erectus.

Homo Soloensis hidup sekitar 300.000 tahun sebelum masehi. Homo Soloensis mempergunakan perkakas batu, yang disebut kapak genggam, yaitu alat kerikil berupa kapak yang tidak bertangkai. Kapak itu dipergunakan dengan cara digenggam dalam tangan. Menurut Koenigman, insan purba ini mempunyai tingkat berpikir lebih tinggi dari pithecantropus erectus. Diduga bahwa jenis Homo Soloensis ini ialah keturunan dari Pithecantropus Erectus. Menurut perkiraan, jenis ini pernah tinggal dan berkumpul di lembah sungai, artinya mereka sudah punya peralatan dan komunikasi. Manusia soloensis mungkin menyebar kemudian punah.


b. Homo Wajakensis
Fosil insan purba Homo Wajakensis ditemukan di kawasan Wajak, Jawa Timur. Penyelidikan terhadap sisa insan Wajak menyimpulkan bahwa tengkoraknya berbeda dengan tengkorak bangsa Indonesia. Tengkorak itu lebih banyak persamaannya dengan tengkorak penduduk orisinil Australia. E. Debois melihat Homo Wajakensis ada persamaannya dengan orang Australia pribumi purba. Oleh lantaran itu, Eugene Dubois menduga Homo Wajakensis termasuk dalam ras Australoide, bernenek moyang Homo Soloensis dan kelak menurunkan pribadi bangsa orisinil Australia. Manusia Wajak itu menyebar ke barat dan timur Benua Australia. Sebuah tengkorak kecil dari seorang perempuan, sebuah rahang bawah dan sebuah rahang atas dari insan purba itu sangat menyerupai dengan insan purba ras Australoid purba yang ditemukan di Talgai dan Keilor yang rupanya mendiami kawasan Irian dan Australia.


Menurut Von Koenigswald, Homo Wajakensis menyerupai juga Homo Soloensis berasal dai lapisan plestosen atas dan mungkin sekali sudah bisa dikelompokkan dalam jenis Homo Sapiens. Karena sifat-sifat fisiknya lebih mendekati insan kini (lebih muda dari insan Solo), insan itu merupakan bentuk evolusi dari insan Solo. Dari sisa-sisa inovasi sepertinya Homo Wajakensis sudah mengenal penguburan.

Di pulau Jawa dan cuilan Barat kepulauan Indonesia Malaya diperkirakan insan purba menyebarkan kebudayaan berburu didaerah muaramuara sungai tidur di belakang tadah angin atau gua-gua mereka menciptakan bahtera lesung yang mula-mula untuk menangkap ikan di rawa-rawa sepanjang pantai. Sebagai alat pemotong mereka memakai kapak tangan berbentuk cakram yang diasah tajam. Sisa-sisa alat ini ditemukan di situs-situs pra sejarah jenis abris sous roche dan moddinger di sepanjang Jawa Timur, Sumatera Timur dan Utara, Malaysia hingga Vietnam Utara. Manusia purba dari ras Autromelanesoid di cuilan timur kepulaun nusantara dan Irian sudah menciptakan lukisan-lukisan gua juga alat-alat dari pecahan kerikil kecil (flakes) sebagai alat pemotong dengan pegangan kayu.


Alat-alat ini mereka bawa dan sebarkan ke arah barat yaitu dengan diketemukan alat-alat tersebut di gua-gua prasejarah Jawa Timur hal ini membuktikan bahwa ada arus imigrasi ke Pulau Jawa. Kira-kira era 40 sebelum masehi pulau Jawa merupakan kawasan pertemuan dari ras dan kebudayaan. Dengan demikian, sanggup disimpulkan bahwa ciri-ciri Mongoloid itu disebabkan lantaran ada arus migrasi yang berasal dari daratan Asia, dan yang bergerak ke pulau-pulau di Indonesia Timur, diduga mereka mengikuti rute persebaran komplek kebudayaan Bascon-Hoabinh, dalam perjalanannya ke kepuluan Nusantara, orang-orang ras Mongoloid itu agaknya bertemu dan adakala berbaur dengan orang-orang ras Australoid yang tiba dari kepulauan di sebelah timur, dan berpindah ke arah barat hingga ke Jazirah Melayu.

Sumber http://www.ssbelajar.net/

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "√ Homo ( Insan Purba )"

Posting Komentar