5 Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Faktor Faktor Interaksi Sosial Interaksi sosial antara kelompok dengan kelompok merupakan suatu hubungan timbal balik yang saling mensugesti antara sekelompok orang dengan kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Setidaknya ada 5 (lima) faktor yang bisa mensugesti proses interaksi sosial, diantaranya yakni faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, dan empati. Faktor-faktor tersebut sanggup bergerak sendiri-sendiri secara terpisah atau dalam keadaan yang bergabung. pada kesempatan ini akan mencoba menjelaskan ke-lima faktor yang mensugesti interaksi sosial tersebut untuk pembaca sekalian. Semoga bermanfaat. Check this out!!!

 Interaksi sosial antara kelompok dengan kelompok merupakan suatu hubungan timbal balik ya 5 Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
5 Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial | www.zonasiswa.com

1. Faktor Imitasi

Kata imitasi mungkin sudah erat ditelinga kita. Imitasi bisa kita artikan sebagai tiruan. Dalam interaksi sosial, imitasi sanggup diartikan sebagai suatu proses sosial, yakni tindakan seseorang untuk memalsukan sikap, penampilan, gaya hidup, dan apa saja yang ada pada diri orang lain. Faktor imitasi bisa mendorong seseorang untuk memusuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku, akan tetapi juga bisa menimbulkan terjadinya hal-hal yang negatif, alasannya yang ditiru mungkin tindakan-tindakan yang menyimpang.

Untuk pertama kalinya proses imitasi terjadi di lingkungan keluarga. Itulah sebabnya keluarga dianggap sebagai forum pendidikan yang pertama dan utama lantaran di lingkungan keluargalah seseorang mulai melaksanakan proses peniruan atau imitasi. Berangkat dari lingkungan keluarga tersebut proses peniruan atau imitasi akan terus berkembang menuju lingkungan yang lebih luas. Semakin tinggi intensitas interaksi seseorang, maka semakin tinggi pula proses imitasi yang berlangsung. Untuk mengurangi terjadinya kemungkinan-kemungkinan negatif, maka orang bau tanah perlu memperlihatkan lingkungan yang aman dan/atau mengarahkan belum dewasa kepada lingkungan yang positif, yakni lingkungan yang sesuai dengan sistem nilai dan sistem norma yang berlaku.

Suatu pihak yang melaksanakan imitasi akan memalsukan sama persis tindakan yang dilakukan oleh pihak yang diimitasi. Dia tidak berpikir panjang wacana tujuan peniruannya. Dalam imitasi, peniruan sanggup berwujud penampilan, sikap, tingkah laku, dan gaya hidup pihak yang ditiru. Melalui imitasi, seseorang berguru nilai dan norma di masyarakat. Atau sebaliknya, ia berguru suatu perbuatan yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku.

2. Faktor Sugesti

Sugesti sanggup diartikan sebagai pengaruh-pengaruh yang diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa sehingga orang yang diberi sugesti tersebut akan menuruti apa yang menjadi impian dari si pemberi sugesti tanpa pertimbangan-pertimbangan yang bersifat rasional. Sugesti sanggup berbentuk beberapa macam, menyerupai sikap, perilaku, pendapat, saran, anjuran, dan sebagainya yang disampaikan secara halus. Fenomena sugesti sanggup diperhatikan pada interaksi antara dokter dengan pasien, interaksi antara guru dengan para pelajar, iklan obat berpengaruh yang diperagakan oleh pemain drama yang gagah perkasa, dan lains sebagainya. Biasanya sugesti akan gampang mengena kepada seseorang atau sekelompok orang yang berada dalam posisi yang lemah, sakit, tertekan, atau frustrasi.

Faktor ini berlangsung kalau seseorang memberi sesuatu pandangan yang berasal dari dirinya, yang kemudian diterima oleh pihak lain. Berlangsungnya sugesti, sanggup juga terjadi lantaran pihak yang mendapatkan dilanda oleh emosi.

Contoh sugesti yang gampang ditemui berwujud iklan. Iklan memiliki daya imbas besar sehingga mendorong konsumen membeli suatu barang, walau ia belum tentu membutuhkan barang tersebut. Sangat mungkin seseorang rela mengeluarkan uang jutaan rupiah hanya untuk mendapatkan sepatu yang dikatakan sanggup meningkatkan gambaran dirinya.

3. Faktor Identifikasi

Identifikasi, yaitu kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menyamakan dirinya dengan pihak lain. Identifikasi bersifat lebih mendalam daripada imitasi dan sugesti. Proses identifikasi sanggup berlangsung dengan sendirinya ataupun dengan disengaja.

Identifikasi merupakan kecenderungan pada diri seseorang untuk menjadi sama (identik) dengan individu lain yang menjadi idolanya. Dibandingkan dengan imitasi, proses identifikasi lebih mendalam lantaran di dalamnya bukan saja terjadi proses peniruan tetapi juga terjadi proses penjiwaan. Fenomena identifikasi sanggup diperhatikan pada sikap para cowok yang meniru-niru bintang idolanya.

Sebagai contoh, Aldo salah satu penggemar band Slank. Sikap serta iktikad setiap anggota Slank seperti telah menjadi cuilan hidup Aldo. Paham serta pandangan band Slank menjadi falsafah hidupnya. Lirik lagunya bagaikan mantra yang selalu dibawa ke mana pun Aldo pergi. Sedapat mungkin, Aldo menyamakan diri dengan anggota band Slank. Proses inilah yang dinamakan identifikasi.

4. Faktor Simpati

Simpati, yaitu suatu proses di mana seseorang merasa tertarik kepada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan seseorang memegang peranan yang sangat penting. Proses simpati akan sanggup berkembang bila terdapat saling pengertian pada kedua belah pihak.

Simpati merupakan tanda-tanda kejiwan yang ditandai dengan adanya ketertarikan terhadap sikap dan sikap yang ditunjukkan oleh seseorang atau sekelompok orang. Simpati biasanya ditandai dengan adanya rasa tertarik atau bahkan rasa cinta kepada seseorang atau sekelompom orang.

5. Faktor Empati

Empati, yakni tanda-tanda kejiwaan tetapi dibarengi dengan perasaan organisma badan yang sangat dalam sehingga seperti ikut mencicipi penderitaan seseorang atau sekelompok orang yang terkena musibah. Misalnya, kita ikut merasa iba hingga meneteskan air mata saat menyaksikan kejadian kecelakaan yang merenggut nyawa.

Empati merupakan agak menyerupai dengan simpati, yakni merupakan tanda-tanda kejiwaan tetapi dibarengi dengan perasaan organisma badan yang sangat dalam sehingga seperti ikut mencicipi penderitaan seseorang atau sekelompok orang yang terkena musibah. Misalnya, kita ikut merasa iba hingga meneteskan air mata saat menyaksikan kejadian kecelakaan yang merenggut nyawa. Empati merupakan kelanjutan rasa simpati yang berupa perbuatan aktual untuk mewujudkan rasa simpatinya. Sebagai contohnya, saat melihat para korban tragedi gempa di Yogya, tanpa sadar air mata kita menetes, seperti kita mencicipi penderitaan mereka. Segala bentuk sumbangan akan kita lakukan untuk menolong mereka. Tindakan ini dalam sosiologi dinamakan empati.

BACA JUGA:
1. Pengertian Interaksi Sosial
2. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
3. Syarat-syarat Interaksi Sosial

Demikianlah klarifikasi mengenai Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial, supaya bisa berkhasiat bagi yang membaca. Jelas, masih banyak kekurangan dan kesalahan di dalam menjelaskan klarifikasi di atas, untuk itu kritik dan saran pembaca sekalian sangat kami harapkan untuk meningkatkan kualitas goresan pena itu sendiri. Terima kasih sudah berkenan membaca..

Bagi teman-teman yang memiliki suatu goresan pena unik wacana apa saja, ataupun puisi, cerpen, cergam, pantun, bahkan profil sekolah/guru favorit; dan ingin dibagikan ke teman-teman lainnya melalui mading zona siswa, silahkan saja kirim karya kalian di Mading . Karya kalian nantinya akan ditampilkan di mading kami dan akan dibaca oleh ribuan pengunjung lainnya setiap hari. Ayoo kirim karya kalian di mading . Terima kasih.

Sumber http://www.zonasiswa.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "5 Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial"

Posting Komentar