Sejarah Kota Padang (58): Akademi Tinggi Islam Pertama Di Indonesia Didirikan Di Kota Padang, 1940; Dimulai 15 Mahasiswa
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini
Sekolah Tinggi Islam (STI) pertama di Indonesia bukan di Batavia, juga tidak di Jogjakarta, tetapi di Padang. Sekolah Tinggi Islam (Islamietische Hooge School) di Padang didirikan tahun 1940. Anggapan selama ini Sekolah Tinggi Islam (STI) yang didirikan di Djakarta tahun 1945 merupakan yang pertama di Indonesia terperinci keliru.
Sekolah Tinggi Islam (STI) pertama di Indonesia bukan di Batavia, juga tidak di Jogjakarta, tetapi di Padang. Sekolah Tinggi Islam (Islamietische Hooge School) di Padang didirikan tahun 1940. Anggapan selama ini Sekolah Tinggi Islam (STI) yang didirikan di Djakarta tahun 1945 merupakan yang pertama di Indonesia terperinci keliru.
De Sumatra post, 13-12-1940 |
Lantas bagaimana asal-usul pembentukan Sekolah Tinggi Islam di Padang? Pertanyaan ini tentu masih menarik. Pertanyaan ini akan dikaitkan dengan keberadaan sekolah menengah Islam di masa kolonial Belanda dan perkembangan sekolah tinggi tinggi Islam sesudahnya. Untuk itu mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Perguruan Tinggi Islam (Islamietische Hooge School) di Padang, 1940
Gagasan pembentukan Perguruan Tinggi Islam (Islamietische Hooge School) sudah muncul pada sebuah konferensi (kongres) tahun 1940 di Jogjakarta (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 11-05-1938). Perguruan tinggi yang akan dididirikan di Solo menampung para lulusan AMS. Disebutkan seorang terkemuka di Solo telah menjanjikan sumbangan setidaknya NLG 10.000 untuk sekolah tinggi tinggi yang akan didirikan di Solo. Gagasan ini mengemuka kembali pada tahun 1940 ketika diadakan pertemuan publik di Solo (lihat Algemeen Handelsblad, 11-03-1940). Disebutkan dalam pertemuan publik partai Islam ini, Dr. Satiman menyatakan bahwa berdasarkan anggota Volksraad Wiwoho, pemerintah bersedia berkontribusi pada biaya pembelian gedung. Sunan bersedia menyediakan salah satu gedung pemerintah sambil menunggu tersedianya bangunan yang pasti. Dimana sekolah tinggi tinggi ini didirikan belum sanggup diputuskan apakah di Solo atau Salatiga. Juga disebutkan pemerintah siap untuk mendatangkan profesor yang dikaitkan dengan sekolah tinggi tinggi yang ada Batavia. Dr. Poerbatjaraka dikatakan telah baiklah untuk menyerahkan perpustakaan pribadinya ke sekolah tinggi tinggi baru.
Di Hindia Belanda (baca: Indonesia) sekolah tinggi tinggi (Hoogeschool) gres terdapat di beberapa kota menyerupai di Batavia (Recht Hoogeschool, Geneeskundige Hoogeschhool), di Bandoeng (Technische Hoogeschool) dan di Buitenzorg (Nederlandsch Indie Veeartsen School).
Namun gagasan tetaplah gagasan. Keinginan untuk mendirikan sekolah tinggi tinggi Islam (Pesantrèn Loehoer) di Solo tidak pernah terwujud. Sebaliknya di Padang Persatoean Goeroe-Goeroe Agama Islam, setelah berhasil mendirikan sekolah menengah Islam (Islamietische Middlebare Scholen) kembali berinisiatif untuk mendirikan sekolah tinggi tinggi Islam ((Islamietische Hooge School). Inisiatif ini segera terealisasi (lihat De Sumatra post, 13-12-1940). Inisiatif ini didasarkan fakta bahwa Hindia Belanda (baca: Indonesia) mempunyai populasi Islam sebanyak 50 juta jiwa dan bagi siswa yang ingin melanjutkan studi Islam harus ke luar negeri. Disebutkan pada tahun pertama ini jumlah mahasiswa terdaftar sebanyak 15 orang.
Komite terdiri dari Roesad Datoek Perpatih Baringek (sekretaris Minangkabauraad), Abdoel Moeloek (kepala sekolah HIS), Mahmoed Joenoes (mantan Normaal Islam School), Aboe Bakaar Djaar (advocaat), Sjech Ibrahim Moesa (guru agama), Mochtar Jahja (mantan eksekutif Islamic College) dan Husein Jahja (direktur Normaal Islam School). Komite ini diketuai oleh Abdoel Madjid Sidi Soetan. Untuk staf dosen antara lain Mahmoed Joenoes, Sjech Ibrahim Moesa, Salih Djafaar dan SM Latief.
Apa yang mengakibatkan rencana pendirian sekolah tinggi tinggi Islam di Solo tidak terwujud tidak diketahui secara jelas. Apa yang mengakibatkan inisiatif pendirian sekolah tinggi tinggi Islam di Padang segera terwujud? Boleh jadi inisiatif di Padang muncul alasannya melihat rencana di Solo tidak jalan. Inisiatif di Padang ini boleh jadi alasannya sudah ada sekolah-sekolah Islam di West Sumatra menyerupai Normaal Islam School (sekolah guru agama Islam); Islamic College dan sebagainya. Namun tidak itu saja. Sekolah-sekolah agama di Sumatra, khususnya di West Sumatra diketahui sudah semenjak usang terhubung dengan alumni-alumni Al-Azhar di Cairo, Mesir.
Bataviaasch nieuwsblad, 21-12-1925 |
Universitas Islam Indonesia di Jogjakarta, 1948
Pada ketika pendudukan Jepang tidak terdeteksi adanya sekolah tinggi tinggi Islam. Boleh jadi Perguruan Tinggi Islam di Padang telah ditutup. Demikian juga pasca proklamsi Kemerdekaan Indonesia tidak terdeteksi sekolah tinggi tinggi Islam. Baru pada tahun 1948 diberitakan bahwa Universitas Islam Indonesia telah dibuka (lihat De Heerenveensche koerier: onafhankelijk dagblad voor Midden-Zuid-Oost-Friesland en Noord-Overijssel, 19-05-1948). Disebutkan bahwa hari Senin sore (17 Mei 1948) Universitas Islam Indonesia secara resmi dibuka di Djokjakarta (pembukaan versi website UII sendiri tanggal 5 Juni 1948).
Disebutkan lebih lanjut berdasarkan Farid Ma’roef, ketua universitas UII yaitu kelanjutan dari bekas Perguruan Tinggi Islam (Islamitische hoogeschool) di Batavia yang didirikan oleh beberapa pemimpin Islam, termasuk Mohamad Hatta. Saat ini UII hanya empat fakultas, yaitu teologi (agama), hukum, ekonomi dan pedagogi dengan 170 mahsiswa dan 30 orang dosen yang dipimpin oleh H Abdoelkahar Muzakkir.
Berita ini mengindikasikan bahwa sebelum dibuat universitas Islam di Jogjakarta sudah berdiri sekolah tinggi tinggi Islam di Djakarta. Sebagaimana diketahui selain pemerintah RI juga para pemimpin Islam di Djakarta turut pindah ke Jogjakarta sehubungan dengan tidak kondusifnya Djakarta sebagai ibukota RI. Ini terjadi pada awal tahun 1946. Di Djakarta pasukan militer Belanda/NICA semakin menguat dan perlawanan tentara rakyat semakin gencar.
Sementara itu dengan dipindahkannya ibukota RI ke Jogjakarta, Pemerintah melalui Menteri Pendidikan Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia menginstruksikan pembentukan sebuah universitas di Jogjakarta. Universitas yang dibuat gres ini disebut Universitas Gadjah Mada dan diresmikan pada tanggal 3 Maret 1946. Beberapa waktu kemudian dari partai Islam menyusul melaksanakan pembentukan universitas Islam yang disebut Universitas Islam Indonesia sebagaimana disebut di atas yang dibuka pada bulan Mei 1948.
Dalam perkembangannya Universitas Islam Indonesia di Jogjakarta melaksanakan merger dengan Perguruan Tinggi Islam Indonesia di Solo pada bulan Maret 1951 (lihat De nieuwsgier, 06-03-1951). Disebut bahwa kemarin (Senin 5 Mei) di Solo dilakukan merger secara resmi yang dihadiri Menteri Pendidikan Bahder Djohan, Menteri Agama Wahid Hasjim dan Menteri Kehakiman Wongsonegoro. Juga disebutkan pada waktu yang sama fakultas aturan dibuka.
Pada tahun 1951 gres ada dua universitas negeri yakni Universitas Gadjah Mada di Jogjakarta dan Universitas Indonesia di Djakarta. Universitas Indonesia mempunyai sejumlah fakultas yang berada di banyak sekali kota, selain di Djakarta juga terdapat di Bandoeng, Bogor, Soerabaja dan Makassar. Universitas Gadjah Mada juga mempunyai cabang fakultas aturan di Soerabaja. Sedangkan Universitas Islam Indonesia gres mempunyai cabang di Solo.
0 Response to "Sejarah Kota Padang (58): Akademi Tinggi Islam Pertama Di Indonesia Didirikan Di Kota Padang, 1940; Dimulai 15 Mahasiswa"
Posting Komentar