Sejarah Kota Ambon (8): Sejarah Pulau Buru Ibukota Di Namlea; Riwayat Benteng Kuno Defensie Di Kajeli Semenjak Kala Voc


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini

Pulau Buru sudah semenjak usang dikenal bahkan semenjak abad Portugis. Pulau Buru berada di sebelah barat Kota Ambon. Pada masa ini kota utama di pulau Buru yaitu Namlea. Namun sebelum kota Namlea berkembang ibukota di pulau Buru berada di Kajeli (Kayeli). Namun Kajeli pada masa ini hanyalah terlihat sebagai sebuah desa kecil.

Kajeli (Peta 1753)
Gagasan untuk memindahkan ibukota dari Kajeli ke Namlea muncul pada tahun 1912 (lihat De Preanger-bode, 02-08-1912). Disebutkan bahwa Namlea lebih sehat jikalau dibandingkan dengan Namlea. Pertimbangan lainnya Namlea lebih sesuai untuk keperluan navigasi pelayaran (kedalaman maritim dan arah angin).

Meski Kajeli pada masa sekarang tinggal kenangan di pulau Buru, tetapi pada tahun 1923 benteng (fort) Defencie di Kajeli telah dimasukkan sebagai daftar cagar yang harus direhabilitasi dan perlu dilestarikan di Maluku yang dimasukkan pada anggaran Kementerian Pendidikan dan Agama. Dalam hal ini Benteng Defencie Kajeli dianggap sebagai salah satu situs kuno yang perlu menerima perhatian (lihat Oudheidkundig verslag, 1924).

Fort Defencie 1920
Tentu saja cukup banyak situs kuno di Maluku menyerupai Benteng Victoria di Kota Ambon. Namun situs ini sudah semenjak usang terus menerima perhatian. Situs-situs bau tanah yang gres menerima perhatian selain Fort Defencie di Kajeli yaitu fort Gam Lamo ((Nostra Senora del Rosario) di Ternate, fort Kalamata di Ternate, fort Amsterdam di Hila, fort Kijk-in-den-Pot di Banda, Fort Duurstede di Saparoea. Pelestarian situs-situs kono di Maluku sanggup dipahami alasannya benteng tersebut telah melindungi orang Belanda pada masa tempo dulu di abad VOC. Peta 1753

Situs Tua di Kajeli

Pos perdagangan VOC Belanda di pulau Buru berada di Kajeli. Namun pos perdagangan ini tidak berada di posisi Fort Defencie, melainkan di sisi sungai yang berlawanan (lihat Peta 1695). Pada peta yang lebih gres (Peta 1724) posisi pos perdagangan sudah dipindahkan dan berada lebih bersahabat dengan kampong Kajeli. Pos perdagangan inilah kemudian ditingkatkan menjadi benteng yang lebih berpengaruh yang dikenal sebagai Fort Defencie. Pergeseran ini diduga alasannya pembiasaan perkembangan navigasi yang mana kedalaman maritim di daerah semula hanya sekitar tiga meter, sementara di lokasi yang gres kedalaman maritim berkisar antara 15 dan 20 meter (lokasi paling dalam di pantai di seputar teluk). Teluk ini disebut teluk Kajeli sebagaimana sanggup diidentifikasi pada Peta 1616.

Kajeli (Lukisan 1724)
Berdasarkan lukisan yang dibentuk tahun 1724 Fort Defencie belumlah permanen. Pagar pelindung tidak terbuat dari kerikil (beton) tetapi masih bersahaja yang terbuat dari kayu-kayu tegak. Di sekitar benteng tampak terlihat sejumlah bangunan yang terbuat dari kayu yang diduga daerah tinggal dan gudang-gudang para pedagang. Benteng ini kemudian diperkuat dengan konstruksi kerikil (beton) pada tahun 1778 (sesuai warta dari LJ Haga, 1910).

Ibukota Dipindahkan dari Kajeli ke Namlea

Sebagaimana disebutkan anjuran pemindahan ibukota dari Kajeli ke Namlea sudah muncul semenjak tahun 1912 kemudian dalam perkembangannya pemindahan itu telah direalisasikan. Paling pada tahun 1920 Namlea telah menjadi ibukota yang gres dari Distrik Buru. Ini sanggup dilihat pada Peta 1920.

Peta 1920
Dalam Peta 1920 bendera tricolor sudah berkibar di Namlea. Ini pertanda bahwa sentra pemerintahan telah dipindahkan dari Kejeli ke Namlea. Pada sisi Kajeli dan Fort Defencie pada Peta 1920 garis pantai telah bergeser dari posisi genteng. Sejak 1920 sampai pada masa ini garis pantai terus bergeser menjauhi benteng yang diduga akhir terjadinya pendangkalan maritim (sedimentasi). Oleh alasannya itu, jikalau melihat posisi benteng pada masa ini terkesan sangat jauh dari pantai.  

Tunggu deksripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap menurut sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang dipakai lebih pada ‘sumber primer’ menyerupai surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya dipakai sebagai pendukung (pembanding), alasannya aku anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi alasannya sudah disebut di artikel aku yang lain. Hanya sumber-sumber gres yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Sumber http://poestahadepok.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Sejarah Kota Ambon (8): Sejarah Pulau Buru Ibukota Di Namlea; Riwayat Benteng Kuno Defensie Di Kajeli Semenjak Kala Voc"

Posting Komentar