√ Jeli Melihat Tradisi, Indradewi Bisnis Aksesoris Rambut Di Pulau Bali

Dewi sanggup omzet manis dari bisnis aksesoris rambut √ Jeli Melihat Tradisi, Indradewi Bisnis Aksesoris Rambut di Pulau Bali

Sudah menjadi sopan santun tradisi pada masyarakat Bali, bila ada program resmi niscaya menggunakan kebaya dan rambutnya disanggul atau dihias dengan aksesoris. Inilah yang membuat Dewi sanggup omzet manis dari bisnis aksesoris rambut.


“Sejak kecil, saya suka membuat gelang dari manik-manik. Berbagai eksperimen bentuk gelang saya bikin. Menurut saya, perempuan itu terlihat anggun dan elegan bila menggunakan aksesoris yang sesuai,” ujar Indradewi, salah seorang perajin dari Denpasar.


Setelah beberapa kali merangkai gelang yang dipakai sebagai aksesoris sendiri, Dewi lalu ingin membuatkan kemampuan dengan membuat hiasan rambut. Apalagi perempuan di Bali sering menggunakan kebaya, sehingga lebih anggun bila rambutnya diberi aksesoris rambut yang indah.


Memang sudah menjadi sopan santun tradisi pada masyarakat Bali, bila ada seruan pernikahan, bersembahyang atau program khusus, kebanyakan para perempuan menggunakan pakaian kebaya. Dengan rambut disanggul atau diberi hiasan bunga. Realita ini yang membuat Dewi lalu melirik peluang bisnis untuk membuat aksesoris rambut.


Sejak Februari 2016, Dewi makin intensif mencar ilmu membuat aksesoris rambut. Setelah merasa pas melihat karenanya yang memuaskan, maka  Dewi memberanikan diri membawa kerajinan itu ke rekan-rekan di tempatnya mengajar di sekolah. Sambutan teman-temannya ternyata antusias. Banyak yang membeli dan memesan, sehingga Dewi kian bersemangat berkreasi lagi membuat produk aksesoris rambut.


Dewi sanggup omzet manis dari bisnis aksesoris rambut √ Jeli Melihat Tradisi, Indradewi Bisnis Aksesoris Rambut di Pulau Bali

Dewi meminjam uang sebesar Rp 500 ribu ke PKK Penatih, Denpasar Timur, untuk modal usaha. Uang itu lalu dibelikan materi baku dan peralatan.


Dengan mengusung merek perjuangan Yasui Handycraft, Dewi lalu meminjam uang sebesar Rp 500 ribu ke PKK Penatih, Denpasar Timur, untuk modal usaha. Uang itu lalu dibelikan materi baku menyerupai hiasan gelang, tali karet, watu alam, jepit rambut, sirkam, lem, kawat, serta aksesoris daun-daun, bunga kamboja dari spon, dan kain flanel.


Baca Juga Artikel Ini :

style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="5485024081"
data-ad-format="link">



Selembar Rp100 Ribu Modal Wanita Ini Berbisnis Aksesoris


Rintis Bisnis Aksesoris Wanita Setelah Berhenti Kerja


Terdorong harapan membuat aksesoris yang tidak pasaran, maka Dewi pun membuat banyak sekali produk aksesoris yang mempunyai ciri khas tersendiri dan membuat penampilan perempuan makin menarik. Hasil kerja keras Dewi tidak sia-sia. Beberapa kali perempuan ini memenangkan perlombaan, antara lain tingkat kelurahan Penatih sampai tingkat nasional.


“Setelah beberapa kali produk Yasui ini saya promosikan di medsos juga, maka pembelinya sudah makin meluas sampai beberapa pengguna medsos di luar Bali pun tertarik untuk memesan. Ada juga pembeli dari Malaysia yang menyukai produk Yasui, sehingga saya menjadi tertantang untuk membuat produk yang lebih cantik dan kian berkualitas,” ujar perempuan kelahiran tahun 1976 ini.


Melihat respon pembeli yang kian meluas, maka Dewi makin ulet berkreasi membuat banyak sekali karya. Tidak hanya aksesoris rambut, Dewi pun melebarkan kreativitas dengan membuat kebaya lukis, bros, gantungan kunci, dan banyak sekali jenis sirkam hias. Harga yang dipatok bervariasi. Kreasi banyak sekali jenis bros dijual dengan harga Rp 5 ribu. Sedangkan produk lain paling mahal dibandrol harga Rp 75 ribu.


Dewi sanggup omzet manis dari bisnis aksesoris rambut √ Jeli Melihat Tradisi, Indradewi Bisnis Aksesoris Rambut di Pulau Bali

Melihat kian bertambahnya pembeli Yasui Handycraft, ternyata membuat orang lain membajak kerajinan buatan Dewi.


Melihat kian bertambahnya pembeli Yasui Handycraft, ternyata membuat ada orang lain yang tertarik ingin mengikuti jejak Dewi dengan membuat produk serupa serta menjiplak modelnya. Menyikapi hal ini, Dewi sama sekali tidak gusar.


“Ada sahabat yang menjiplak ingin membuat produk menyerupai saya. Dan malah membajak. Malah saya ajari bagaimana cara membuatnya ‘step by step’, namun karenanya tetap tidak bisa sama. Karena ini kerajinan tangan ya, ‘handmade’. Setiap orang tentu menghasilkan karya berbeda,” ungkapnya dengan nada bijak.


Kini selain rajin mempromosikan produk Yasui Handycraft di medsos, maka Dewi pun beberapa kali turut mengikuti kegiatan pameran. Kegiatan ini baginya amat bermanfaat, supaya masyarakat makin banyak yang mengetahui produk Yasui Handycraft, serta untuk menambah ‘link’ dengan banyak sekali pihak.

style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="7037953167">



Menyinggung soal omzet, berdasarkan Dewi masih tergolong fluktuatif. Ini dikarenakan ia mengerjakan kerajinan di sela-sela waktu luang sesudah simpulan mengajar dan beraktivitas. Meski demikian, omzet perjuangan aksesoris rambut ini masih bisa dikatakan ‘manis’ alasannya yakni sepadan dengan kerja keras untuk membuat inspirasi dan merakitnya.


Tim Liputan BisnisUKM

(/Vivi)

Kontributor BisnisUKM.com Wilayah Bali



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "√ Jeli Melihat Tradisi, Indradewi Bisnis Aksesoris Rambut Di Pulau Bali"

Posting Komentar