Sejarah Menjadi Indonesia (22): Sejarah Bri Sebenarnya? Sieburgh, Wirja Atmadja Dan Poerwokertosche Hulp-En Spaarbank
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada masa ini selalu dihubungkan dengan nama sebuah bank perkreditan di Purwokerto yang didirikan pada tanggal 16 Desember 1895. Dalam website BRI disebutkan di Purwokerto oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja didirikan De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden. Apa, iya? Tanggal pendirian ini kini dikenal sebagai hari kelahiran BRI. Bagaimana bisa?
Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada masa ini selalu dihubungkan dengan nama sebuah bank perkreditan di Purwokerto yang didirikan pada tanggal 16 Desember 1895. Dalam website BRI disebutkan di Purwokerto oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja didirikan De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden. Apa, iya? Tanggal pendirian ini kini dikenal sebagai hari kelahiran BRI. Bagaimana bisa?
Volksbank di Bengkulu, 1920 |
Lantas bagaimana sejarah awal BRI? Itu satu hal. Hal yang ingin kita periksa lebih dahulu yaitu sejarah awal pendirian Poerwokertosche Hulp-en Spaarbank yang kemudian dikembangkan dan namanya menjadi Poerwokertosche Hulp-,Spaar-en Landbouwcrediet- Bank. Pendirian bank tabungan dan perkreditan ini juga adalanya dikaitkan dengan usal permintaan koperasi di Indonesia. Untuk melihat itu kembali mari kita telusuri berita-berita dan artikel terkait pada surat kabar yang terbit di seputar tahun 1895 dan tahun-tahun sesudahnya hingga tahun 1946.
E. Sieburgh dan Poerwokertosche Hulp-en Spaarbank
Bank Spaarbank voor Inlanders (bank tabungan untuk penduduk pribumi) telah beberapa tahun didirikan di Modjowarno, Modjokerto dan baru-baru ini menyajikan laporan keuangannya (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 25-06-1895). Disebutkan dalam lima tahun terakhir memperlihatkan kinerja yang baik, investasi telah meningkat menjadi f27.626 tahun 1894 kalau dibandingkan dengan tahun 1893 sebesar f23.649. Jumlah kredit yang disalurkan juga menjadi meningkat dan tingkat pengembalian yang sangat baik dalam empat tahun terakhir.
Juga disebutkan bahwa dewan bank tabungan untuk pribumi itu ketika ini terdiri dari administrator R. Kruyt dan komisaris LA Arends (Asisten Residen di Djombang), Kromodjo Adinegoro (Bupati Modjokerto en Djombang) dan GA Steendam (Controleur di Djombang). Dalam gosip ini juga disebutkan, sebuah bank tabungan untuk penduduk pribumi telah didirikan di Kendalpajak yang mana sebagai administrator yaitu J. Kreemer. Karena itu kini lebih gampang bagi para penabung di Malang untuk menginvestasikan dana mereka di bank tabungan di Kendalpajak.
Selain bank tabungan tersebut di atas yang kelahirannya kami sambut dengan gembira, sebagian sebagai dampak samping dari upaya kami, bank tabungan untuk penduduk pribumi juga telah didirikan di Menado sesuai dengan bank tabungan Modjowarnosche. Tampaknya bagi kami bahwa penciptaan bank tabungan lokal akan mempromosikan tabungan di kalangan penduduk pribumi.
Spaarbank voor Inlanders didirikan tahun 1888 di Modjowarno, Afdeeling Djombang Residentie Soerabaja oleh guru misionaris A. Kruijt (lihat Soerabaijasch handelsblad, 06-12-1897). Juga disebutkan forum serupa ini yang tertua didirikan di Semarang pada tahun 1853. Setelah itu didirikan Batavia tahun 1857, di Soerabaja tahun 1859, pada tahun 1875 di Makassar dan tahun 1879 di Padang.
Algemeen Handelsblad, 03-05-1896 |
Bank tabungan di Poerwokerto bukanlah yang pertama. Bank sejenis sudah usang ada di Mojokerto. Saat pendirian bank tabungan untuk pribumi ini di Poerwokerto juga sudah terlebih dulu ada di Malang dan Manado. Keberadaan bank di aneka macam tempat itu sudah diberitakan di surat kabar. Asisten Residen E. Sieburgh dalam hal ini melihat problem riba di daerahnya yang hanya dimungkinkan mengatasinya dengan membentuk bank untuk pribumi dengan bunga yang lebih rendah. E. Sieburgh sepertinya berhasil. Nama forum keuangan dengan nama yang sama Hulp-en Spaarbank sudah usang beroperasi di Apeldoom, Belanda. Bank pertolongan dan tabungan di Apeldoom ini diduga menjadi rujukan bank di Poerwokerto alasannya yaitu namanya persis sama.
Tilburgsche courant, 26-07-1914 |
Pada tahun 1897 Hulp-en Spaarbank di Poerwokerto dikembangkan menjadi bank pertolongan tabungan dan kredit pertanian Hulp-,Spaar-en Landbouwcrediet- Bank, Namun bank ini tidak lagi hanya untuk penduduk pribumi tetapi juga orang Eropa. Pada tanggal 11 Agustus 1897 di Buitenzorg stuta bank disetujui (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 12-08-1897). Pengembangan bank ini dilakukan oleh Asisten Residen Poerwokerto Wolff van Westerrode.
Asisten Residen WPD de Wolff van Westerrode yaitu pengganti E. Sieburgh. WPD de Wolff van Westerrode diangkat menjadi Asisten Residen di Poerwokerto (lihat Algemeen Handelsblad, 30-04-1896). Disebutkan jabatan van Westerrode sebelumnya yaitu sekretaris Residentie Pekalongan.
Dengan keluarnya statuta bank di Poerwokerto ini kebaradaannya mulai banyak diberitakan dan menerima ulasan di surat kabar. Pembentukan bank ini dihubungkan dengan pendiri E. Sieburgh. Untuk meluruskan pemberitaan yang sedikit simpang siur, Asisten Residen van Westerrode perlu menjelaskan yang dimuat pada surat pembaca Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 23-08-1897. Wolff van Westerrode mengakui pernghargaan bukan ditujukan kepada dirinya tetapi kepada E. Sieburgh.
Java-bode voor Nederlandsch-Indie, 23-08-1897 |
Bank Poerwokerto ini berjalan dengan baik. Pemimpin bank ini sendiri yaitu WPD De Woiff Van Westerrode sebagai Presiden Dewan Bank. Pada tahun 1899 diberitakan laporan tahun 1898 sebagai laporan kedua bank (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 26-07-1899).
De locomotief, 26-07-1899 |
Soerabaijasch handelsblad, 18-10-1900: ‘Pendiri pendahulu, E. Sieburgh, Hulp en Spaarbank untuk penduduk lokal. Lembaga yang selama ini hanya berfungsi sebagai bank embel-embel bagi pegawai negeri sipil pedalaman telah diorganisasikan oleh pemerintahan untuk mendorong tabungan untuk penyediaan kredit pertanian murah, dan kini diakui sebagai tubuh aturan dengan nama gres yang disebutkan di atas. Dari sini sepertinya bukan Wolft tetapi E. Sieburgh yaitu pendiri bank itu di Poerwokerto, kini Wolff memperluas fondasinya dan selanjutnya membawanya ke kemakmuran besar, E. Sieburgh yaitu pendiri. Jika pemerintah ingin mempromosikan pendirian bank-bank semacam itu di Hindia dan bahkan ingin melihat sebagian uang dari bank tabungan pos yang dipakai untuk itu, saya pikir masuk akal saja kalau namanya E. Sieburgh dipuji, alasannya yaitu ia akan selalu tetap menjadi pendiri bank pertama pertolongan dan tabungan, yang belakangan, semua akan mempunyai keberanian untuk mempromosikan kesejahteraan penduduk pribumi di wilayah Hindia’.
Dengan semakin meningkatnya kinerja bank ini, beberapa aturan yang selama ini telah diperbaiki (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 28-02-1901). Bank Poerwokerto ini secara tak pribadi telah menjadi model pengembangan keuangan bagi pribumi di Hindia. Namun sejauh mana bank Poerwokerto ini ditiru dan dipraktekkan di tempat lain sulit menemukan informasinya. Bagaimana asal-usul pembentukan bank di Poerwokerto ini atas inisiatif E. Sieburgh diuraikan oleh Dr. Groneman yang kini berdomisili di Jogjakarta. Dr. Groneman pernah tinggal bertugas di Poerwokerto semasa Asisten Residen E. Sieburg. Dari uraian yang ditulis Dr. Groneman yang dimuat pada Soerabaijasch handelsblad, 16-04-1901 terkesan Dr. Groneman sangat paham betul.
Dr. I. Groneman menyebutkan bahwa Hulp-en Spaarbank murni inisiatif E. Sieburgh. Seperti disebutkan, Dr. Groneman bisa memperlihatkan salinan surat akte pendirian bank yang digagas oleh E. Sieburgh....Lebih lanjut disebutkannya bahwa bank di Poerwokerto itu ditandatangani pada hari Senin tanggal 16 Desember 1895 dibawah seorang notaris bertindak untuk Eugenius Sieburgh dan para saksi. Ada empat orang yang dinyatakan di dalam akte pendirian yakni Raden Wirja Atmadja, patih dari kabupaten Poerwokerto, Raden Atma Sapradja, subkolega dari Afdeeling Poerwokerto, Raden Atma Soebrata, Wedana distrik Poerwokerto dan raden Djaja Soemitra, ajun kelas satu dari sub-distrik Karang Kerairi, Distrik dan Afdeeling Poerwokerto, yang semuanya tinggal di Afdeeling Poerwokerto, telah membentuk sebuah tubuh aturan yang disebut Poerwokertosche Hulp en Spaarbank pada tanggal yang dinyatakan dan telah dibuat yang mana sebagai administrator tubuh itu, yang pertama disebut sebagai Presiden, yang kedua disebut sebagai Sekretaris-Bendahara, yang ketiga dan keempat disebut sebagai Komisaris. Tujuan tubuh itu tidak untuk mendapatkan laba pribadi, tetapi untuk sanggup mengatakan pertolongan kepada siapa saja yang berada dalam keadaan aib untuk sementara waktu dan untuk mencegah biar tidak jatuh ke tangan para rentenir yang mengenakan suku bunga berlebihan...Jogjakarta, 19 Februari. 1901. Dr. I. Groneman’.
Dari klarifikasi Dr. I. Groneman ini terperinci bahwa pendirian bank di Poerwokerto digagas oleh E. Sieburgh. Dalam hal ini E. Sieburgh mempelopori pendirian bank oleh pribumi untuk pribumi (Dari Sieburgh, Oleh Pribumi, Untuk Pribumi). Untuk merealisasikan gagasannya, E. Sieburgh mengandalkan empat bawahannya yang sanggup diandalkan baik untuk penggalangan dana, penyaluran kredit dan pengumpulan cicilan para nasabah yakni Raden Wirja Atmadja dan tiga koleganya. E. Sieburgh mengharapkan biar pengurus bank tersebut berperilaku ibarat dirinya untuk tujuan menyelamatkan para pegawainya dan penduduk yang membutuhkan biar tidak terjerat oleh para rentenir.
Dr. I. Groneman yaitu dokter yang sudah cukup usang bergaul dengan pribumi. Dr. I. Groneman mempunyai sifat yang sama dengan E. Sieburgh, cukup simpati dengan kesulitan penduduk dan ingin memandirikannya dan bahkan berani pasang tubuh untuk melindungi. Groneman kali pertama menjadi dolter pemerintah di Preanger. Lalu kemudian Gronaman ditempatkan di Poerwokerto. Setelah mengundrukan diri sebagai dokter pemerintah menetap di Jogjakarta. Dr. I. Groneman yang mempunyai hobbi melukis diketahui menjadi dokter pribadi Soeltan Jogjakarta. Seperti dikatakan Dr. I. Groneman penduduk terjerat utang tidak hanya oleh orang Tionghoa dan Arab juga orang-orang Belanda. Dr. I. Groneman dan E. Sieburgh yaitu segelintir orang Belanda yang mempunyai hati nurani (humanis). Juga ibarat dikatakan Groneman bahwa E. Sieburgh pantas mendapatkan pujian. Groneman juga mengapresiasi Asiste Residen De Wolff ban Westerrode yang tetap meneruskan gagasan E. Sieburgh.
Lalu bagaimana dengan Wirja Atmadja dan tiga koleganya? Juga harus diberi kebanggaan dikarenakan telah segenap hati telah turut aktif untuk menyelamatkan para teman-temannya dan penduduk terbebas dari para rentenir. Untuk di kalangan orang pribumi kalau hanya menyebut satu, Wirja Atmadja sanggup dikatakan sebagai Bapak Kredit Pertanian sebagaimana dialamatkan kepadanya tidak usang setelah kabar meninggalnya Wirja Atrmadja pada bulan Meret 1909 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 15-03-1909).
Setelah pensiun cuti ke Belanda, E. Sieburgh tidak pernah kembali ke Hindia. Eugenius Sieburgh lahir di Semarang tahun 1837. Menikah dengan Jacoba Carolina Rosemeier di Soerabaja pada tanggal 17 September 1864. Mereka mempunyai dua anak: Charlotte Eugenia Sieburgh lahir di Cheribon, 1871 dan Jacqueline Victorine Sieburgh lahir di Cheribon tahun 1873 (meninggal 1874). Di Den Haag, Belanda, E. Siburgh mengisi waktunya berpartisipasi dalam beberapa komite ibarat komite pertolongan makanan untuk sekolah miski, komite pengembangan kebun binatang. Eugenius Sieburgh meninggal dalam usia tinggi 77 tahun di Den Haag tahun 1914 (lihat Tilburgsche courant, 26-07-1914).
WPD de Wolff van Westerrode: Poerwokertosche Hulp-,Spaar-en Landbouwcrediet- Bank
Sebagai bank kredit pertanian, Poerwokertosche Hulp-,Spaar-en Landbouwcrediet- Bank di Poerwokerto statutanya telah diperbarui berdasarkan Ordonatie No. 66 tanggal 21 Januari 1901 (lihat Staatsblad van Nederlandsch-Indië voor 1901). Bank kredit pertanian ala Westerrode ini berbeda dengan bank pertolongan dan tabungan ala Sieburgh. Bank kredit pertanian ala Westerrode intinya telah mengakuisisi bank pertolongan dan tabungan ala Sieburgh dengan investasi dari dana-dana pemerintah ibarat dana pensiun. Oleh alasannya yaitu bentuk bank perkreditan ala Westerrode ini memenuhi syarat maka disetujui pemerintah pusat di Buitenzorg sebagai tubuh hukum.
De Wolff van Westerrode mempunyai cara memahami yang berbeda. E. Sieburgh hanya berdasarkan pemahaman umum untuk membentuk bank yang cukup dengan sertifikat notaris. Sedangkan De Wolff van Westerrode telah mengkaji secara serius dalam pembentukan bank kredit pertanian tersebut. Pada ketika cuti ke Eropa Westerrode telah melaksanakan kajian dengan berdiskusi dengan ekonom Mr. A. W. Slotenmaker ketika mengikuti kongres pertanian di Belanda. Mr. A. W. Slotenmaker menjelaskan keutamaan koperasi khususnya bank kredit pertanian yang diciptakan oleh Raiffeisen. Risalah dari diskusi itu kemudian diperkayanya dari studi literatur di perpustakaan universitas di Belanda tersebut telah ditulis Westerrode yang kemudian dimuat di jurnal Tijdschrift voor Nijverheid en Landbouw in Nederlandsch-Indië 1898 (volume 56) dengan judul Een Credietinstelling voor Inlanders (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 05-02-1898). Disebutkan ketika Westerrode diangkat sebaga Asisten Residen di Poerwokerto beliau menemukan E Sieburgh telah membentuk bank pertolongan dan tabungan untuk penduduk pribumi. Ibarat pepatah ‘pucuk dicinta ulam pun tiba’ Westerrode kemudian mereorganisasi bank ala Sieburugh tersebut menjadi bank kredit pertanian yang kemudian kemudian diajukan dan disetujui oleh pemerintah.
Poerwokertosche Hulp-,Spaar-en Landbouwcrediet- Bank di Poewokerto telah dikembangkan oleh De Wolff van Westerrode menjadi perhatian umum di seluruh Hindia. PJF van Heutsz (Asisten Residen) atas perintah dari Pemerintah pada bulan November 1900 untuk memulai kajian yang serius. Hasil kajian tersebut laporannya telah dibukukan dengan judul Inlandsch Landbouw-Crediet op Java 1900-1901 diterbitkan di Batavia oleh HM van Dorp & Co pada tahun 1901. Buku ini menjadi rujukan umum bagi pemimpin kawasan (Residen dan Asisten Residen) di seluruh Hindia.
WPD de Wolff van Westerrode |
Setelah kajian tersebut Wolff van Westerrode ditugaskan pemerintah untuk mendirikan sejumlah bank serupa di Jawa tahun 1902 di Soekaboemi, Tjandjoer, Bandoeng dan Tjimahi. Hasil pekerjaan Wolff van Westerrode menciptakan laporan lengkap yang kemudian diserahkan kepada pemerintah 1903. Sejak 1 Januari 1904 Wolff van Westerrode sebagai Inspektur Kepala sementara layanan pegadaian, Diantara tugas-tugasanya juga bertanggung jawab atas tugas-tugas yang diberikan kepadanya di bidang kredit pertanian (lihat Algemeen Handelsblad, 06-01-1904). Jumlah bank kredit yang berada di bawah pengawasan Wolff van Westerrode terus meningkat hingga tahun 1903 dan jumlahnya telah mencapai 15 tempat dan 17 tempat tahun 1904 di Jawa dan Madoera. Pelaporannnya sudah memasuki tahun kedua.
Algemeen Handelsblad, 17-05-1904: ‘Penyelidikan telah usang dilakukan di bawah pengawasan chief engineer WPD Wolff van Westerrode mengenai pendirian bank kredit pertanian di Hindiai, khususnya di Jawa. Meskipun penyelidikan ini belum berakhir, sudah menjadi terperinci bahwa di sebagian besar, kalau tidak semua, wilayah-wilayah pertanian pribumi ada kebutuhan besar untuk kredit yang baik dan murah, yang akan mencegah banyak orang ibarat yang ketika ini terjadi terlalu sering menjadi mangsa para rentenir. Juga telah ditunjukkan bahwa modal swasta belum tersedia yang memenuhi kebutuhan ini dengan cara yang memuaskan. Oleh alasannya yaitu itu harus pemerintah yang akan menyediakan modal yang sangat dibutuhkan untuk bank kredit koperasi yang beroperasi atas dasar koperasi. Untuk ketika ini, oleh alasannya yaitu itu, pemerintah Hindia telah mempertimbangkan memenuhi kebutuhan yang sangat besar untuk kredit pertanian sanggup dipenuhi oleh dana yang diinvestasikan di bank tabungan dan pos di bawah kondisi yang ketat untuk memakai tujuan itu. Dari Den Haag sudah ada evaluasi bahwa anjuran sanggup diterima dan sepenuhnya menyetujuinya, sehingga implementasinya sanggup segera dipenuhi’
Dengan pengabdian tinggi Wolff van Westerrode melaksanakan tugasnya meski kondisi kesehatannya tidak baik. Wolff van Westerrode kemudian meminta cuti sakit, tetapi tidak usang kemudian Wolff van Westerrode pada usia 47 dikabarkan meninggal dunia di Weltevreden pada hari Sabtu tanggal 24 Desember 1904. Berita meninggalnmya sang tokoh bank kredit pertanian itu diketahui dari gosip dukacita yang dimuat pada aneka macam surat kabar tanggal 27-12-1904.
Bataviaasch nieuwsblad, 27-12-1904 |
Volksbank di Sumatra dan Bataksche Bank di Pematang Siantar
Setelah meninggalnya De Wolff van Westerrode, jabatan Inspektur diangkat yaitu H Carpentier Alting (lihat Soerabaijasch handelsblad, 21-10-1905). Disebutkan pada tahun anggaran (APBN) 1906 yang dialokasikan seluruhnya sebesar f474.200 yang mana bab terbesar untuk (modal) bank sebesar f170.000, diikuti lumbung sebesar f149.260, bank ternak sebesar f97,200, Untuk manajemn pusat dialokasikan sebesar f27.240.
Banyaknya bank kredit yang diperlukan beroperasi pada tahun 1906 di 27 lokasi. Jumlah ini telah meningkat dari tahun 1904. Ke-27 lokasi itu yaitu sebagai berikut: Banjoewangi, Probolinggo, Djombang, Blitar, Toeloeng Agoeng, Trenggalek, Temanggoeng, Madioen, Banjoemas, Bandjarnegara, Pocrwokerto, Poerbolinggo, Karanganjar, Garut, Tasikmalaja, Soemedang, Bandoeug, Tjiandjoer, Soekaboeuii, Koedoes, Batang, P'ekalongan, Tueban, Magelang, Keboemen, Lamongan dan Poerworedjo.
Pada tahun anggaran (APBN) pemerintah tetap memperhatikan kredit pertanian (lihat Het nieuws van den dag : kleine courant, 02-11-1906). Disebutkan jumlah bank kredit telah meningkatkan pada tahun 1907. Bank yang dimaksud dalam hal ini di Hindia disebut lebih sempurna sebagai bank pinjaman petani (sistem berdasarkan Eaiffeisen).
Pada tahun 1907 ini secara keseluruhan ada sebanyak 37 bank kredit yang mana 10 buah telah beroperasi sebelum tahun 1906. Dalam anggaran tahun 1907 ini juga ingin membantu nelayan pribumi. Untuk tujuan ini ada sembilan kawasan di pantai utara Jawa dan juga di Madura dam sepuluh bank budidaya ikan akan didirikan dengan tujuan mengatakan krediet untuk bidang perikanan.
Sementara di Sumatra konsep kredit pertanian (De Wolff van Westerrode) yang sudah establish di Jawa tidak secara otomatis sanggup diterapkan. Lembaga keuangan yang diintroduksi di Sumatra yaitu Volksbank (semacam koperasi). Sudah dimulai di Djambi, Lampong dan Atjeh. Djambische Volksbank didirikan di Djtmbi pada tahun 1909 telah mendapatkan uang muka untuk menambah modal operasinya sebsar f55.000, subsidi bulanan f300 dan jumlah yang sama untuk mengendalikan biaya pemasangan (lihat De Sumatra post, 29-05-1911).
Untuk kalangan Tionghoa sudah tentu mempunyai pola yang berbeda. Tidak relevan menerapkan bank kredit pertanian maupun Voklsvank ibarat di Sumatra. Intoduksi forum keuangan untuk kalangan Tionghoa awalnya muncul dari investor dari luar (Tingkok). Ini sehubungan dengan pembukaan perdagangan antara Tiongkok dan Jawa. Introduksi pertama forum keuangan Tionghoa mulai dilakukan di Batavia oleh investor dari Tiongkok (lihat De Sumatra post, 02-08-1912).
Di Sumatra Barat hal forum keuangan ini juga mempunyai ciri sendiri. Oleh alasannya yaitu forum yang telah hidup di masyarakat yang bersifat (kelompok) komunal maka pola yang diterapkan yaitu dengan membangunan konsep bank nagari. Beberapa bank nagari sanggup digabungkan untuk membentuk bank nagari yang lebih besar (lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant, 17-02-1914).
Dalam perkembangannya di Palembang muncul Volksbank (Algemeen Handelsblad, 24-01-1919). Disebutkan pemerintah menjamin pembayaran di Volksbank di Palembang,
Di Tapanoeli forum keuangan tidak mempunyai pola yang spesifik. Untuk kebutuhan dana yang terbatas hanya mengandalkan keluarga atau kekerabatan kekerabatan. Namun untuk kebutuhan dana yang besar pribadi ke bank-bank yang didirikan oleh swasta atau oleh pemerintah. Bank orang Tapanoeli justru muncul di Sumatra Timur, suatu bank yang didirikan untuk mengatasi sulitnya jalan masuk para pengusaha pribumi le Bank Java (Eropa/Belanda) dan Bank Kesawan (Tionghoa)
De Telegraaf, 28-12-1920 |
Salah satu cabang Bataksche Bank di Sumatra Timuur |
Dalam perkembangannya Volksbank gres muncul pada tahun 1925 di Sibolga. Pendirian bank rakyat ini dihubungkan dengan perkembangan perkebunan di Tapanoeli (lihat De Sumatra post, 17-07-1925). Perkebunan-perkebunan karet sangat berkembang di sepanjang jalan poros Sibolga-Padang Sidempoean terutama di wilayah Batangtoroe.
Volksbank di Jawa
Konsep bank ala De Wolff van Westerrode Hulp-,Spaar-en Landbouwcrediet- Bank telah berkembang secara masif di Jawa. Konsep ini dikembangkan oleh van Westerrode di Jawa mengikuti model (keperasi) Raiffeisen di Jerman yang disarankan oleh seorang ekonom Belanda Mr. A. W. Slotenmaker. Konsep yang didukung habis pemerintah ini cukup berhasil.
Namun konsep ini menjadi tidak sesuai (tidak relevan) di Sumatra alasannya yaitu adanya perbedaan karakteristik di Jawa dan di Sumatra. Sementara di Sumatra antar wilayah juga mempunyai karakteristik yang berbeda.
Pemerintah memodifikasi model bank ala De Wolff van Westerrode untuk diterapkan di Sumatra. Model ini disebut Volksbank (masih merujuk pada prinsip koperasi). Volksbank diintroduksi pertama di Sumatra di Djambi, kemudian di Bengkoelen, Lampoeng, Atjeh dan Palembang. Volksbank juga kemudian diintroduksi di Tapanoeli. Konsep Volksbank yang dijamin pemerintah ini meliputi seluruh populasi dengan bunga rendah. Seiring dengan perkembangan Volksbank ini di Sumatra Barat sebelumnya sudah mulai tumbuh konsep bank komunal yang dikenal sebagai Bank Nagari.
Konsep bank di Hindia yang telah berkembang semenjak usang yaitu modek bank umum yang sudah eksis di Eropa. Bank umum yang cukup berhasil di Hindia yaitu Bank Java. Bank ini dikelola murni oleh swasta. Dalam perkembangannya untuk melayani perusahaan-perusahaan pemerintah, Pemerintah mendirikan bank pemerintah (semacam BUMN) yakni Escompto Bank.
Konsep model bank umum ini kemudian muncul di kalangan orang-orang Tionghoa. Bank umum orang Tionghoa di Medan yaitu Kesawan Bank (masih eksis hingga sekarang). Lalu dalam perkembangannya model bank umum ini didirikan oleh pribumi diantara kalangan perantau-perantau asal Tapanoeli dari Padang Sidempoean.
Selain konsep bank ala De Wolff van Westerrode berkembang, di Jawa juga terutama di kota-kota besar berkembang bank yang dikelola oleh swasta pribumi. Salah satu contohnya yaitu di Bandoeng. Namun perhatian pemerintah hanya tertuju pada upaya menjaga kesinambungan konsep model konsep bank ala De Wolff van Westerrode.
Sehubungan dengan perkembangan Volksbank di Sumatra, konsep model bank ala De Wolff van Westerrode di Jawa sebagian besar telah ditingkatkan dengan nama gres sebagai Afdeeling Bank. Pada tahun 1914 Afdeeling Bank sudah terdapat di sejumlah kota-kota utama di Jawa (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 07-11-1914). Sementara di Sumatra terdapat di beberapa tempat ibarat di Telok Betong (Lampoengsche Bank); di Palembang (Palembangsche Volksbank) dan di Bengkoeloe (Volksbank Bengkoelen) serta Volksbank di Djambi. Dalam barisan ini termasuk Volksbank Minangkabau di Sumatra Barat.
Djambische Volksbank, 1920 |
Bank-bank yang dikelola (dibimbing) oleh pemerintah tersebut baik yang di Jawa dan Sumatra seakan menggambarkan Bank Pembangunan Daerah (BPD) pada masa ini. Penanggjawab bank pemerintah ini di kawasan yaitu Residen (setara gubernur pada masa ini).
Meski Afdeeling Bank dan Volksbank dimaksudkan dari pemerintah oleh rakyat untuk rakyat (kecil), mamun dalam prakteknya bank-bank rakyat tersebut belum terbebas dari persoalan. Kenyataan bahwa bank-bank rakyat ini yang awalnya dana diinjeksi oleh pemerintah tetapi dana yang dikelola justru lebih banyak dari pihak ketiga (para deposan) yang menympan dananya di bank rakyat (lihat De Preanger-bode, 13-07-1915). Kontribusi tabungan rakyat sangat minim kalau dibandingkan dana deposan dari pihak ketiga (selain dana pemerintah dan rakyat). Akibatnya sistem keuangan setempat dikhawatirkan sanggup kolaps jiga dalam situasi krisis para deposan ini menarik dananya. Persoalan keseimbangan pendanaan ini di bank rakyat perkara yanh harus diatasi contohnya dengan memicu masyarkat untuk menabung. Oleh karenanya bank rakyat (Afdeeling bank dan Volksbank) penyaluran kredit yaitu satu hal, sementara penggalangan tabungan masyarakat yaitu hal lain lagi. Fungsi Inspektur Pengawasan Kredit Rakyat (yang dulu pertama dijabat oleh De Wolff van Westerrode dan kini masih tetap dijabat oleh Alting) masih harus bekerja keras. Persoalan bank rakyat di Sumatra lebih pada problem pengadaan pegawai dan biaya-biaya operasional yang tinggi alasannya yaitu luasnya wilayah pemasaran.
Bank rakyat tidak hanya di Hindia tetapi juga di Belanda. Salah satu bank rakyat populer di Belanda yaitu De Amsterdamsche Volksbank, NV De Centrale Volksbank berada di 'sGravenhage. Penggunaan nama Volksbank mulai muncul di Jawa di Madoera (Volksbank Madoera). Nama Pemalangsche Volksbank muncul tahun 1919 (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 12-03-1919).
Nama Volksbank selama ini umum di Sumatra. Nama Batangsche Afdeelingbank kini telah berubah nama menjadi Batangsche Volksbank (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 28-06-1920). Satu bank rakyat muncul di (pulau) Bali yakni Balische Volksbank di Singaradja (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 21-07-1920). Bank rakyat muncul di Medan yakni Medansche Volksbank (lihat De Preanger-bode, 20-01-1923).
Bank Swasta Nasional
Bank swasta nasional pribumi paling tidak sudah eksis semenjak 1920 di Pematang Siantar yaitu Bataksche Bank. Volksbank (juga Afdeelingbank) yang digagas oleg De Wolff van Wesrerrode di Poerwokerto tahun 1897 pada prinsipnya yaitu bank pemerintah yang terdapat di aneka macam Afdeeling atau Residentie. Bataksche Bank sanggup dikatakan sebagai bank swasta pribumi pertama. Pada tahun 1929 muncul bank swasta yang diberi nama Bank Nasional Indonesia (lihat De Sumatra post, 08-05-1929).
De Sumatra post, 08-05-1929 |
NV Bank Nasional Indonesia didirikan di Soerabaja. Terdapat 27 orang pendiri (lihat De Sumatra post, 24-06-1929). Dantaranya terdapat populer yakni Dr. Soetomo, seorang dokter di Soerabaja dan Raden Ngabei Soebroto, anggota dewan kota (Gementeraad) Soerabaja, Nama Soendjoto juga termasuk sebagi pendiri, seorang arsitek yang tinggal di Soerabaja. Selain itu juga terdapat nama Johau Frits Tuwanakotta, Hadji Zakaria dan Hadji Iljas. Pengurus bank ini terdiri dari administrator )Hario Soejono), wakil administrator dan beberapa orang sebagao komisaris termasuk Dr/ Soetomo. Dari nama-nama pendiri bank ini didirikan sehubungan dengan didirikannya PPPKI di Batavia pada tahun 1927. Boleh jadi bank ini yaitu organ dari PPPKI.
Pada tahun 1927 Parada Harahap, sekretaris Sumatranen Bond dan pemilik surat kabar Bintang Timoer di Batavia menggagas pendirian persatuan untuk semua organisasi kebangsaan yang diberinama Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia, diangkat PPPKI. Hasil keputusan dalam rapat yang diadakan pada bulan September 1927 di rumah Prof. Husein Djajadiningrat ditunjuk MH Thamrin sebagai ketua dan Parada Harahap sebagai sekretaris. Menjelang kongres PPPKI pada bulan September 1928 ditunjuk Dr. Soetomo sebagai ketua panitia Hasil kongres PPPKI tersebut estafet (satu tahunan) ketua PPPKI terpilih yaitu Dr. Soetomo. Sebelum kongres PPPKI tahun 1929 di Solo Bank Nasional Indonesia sudah didirikan. Oleh alasannya yaitu itu pendirian Bank Nasional Indonesia terkait dengan keberadaan PPPKI.
NV Bank Nasional Indonesia bertujuan untuk meminjamkan uang dan untuk mengatakan kredit. Untuk menyimpan uang atau surat berharga berupa giro atau deposito atau sebaliknya, untuk menyediakan modal kerja bagi perusahaan pertanian, industri atau perdagangan, untuk membeli dan menjual. real estat, mengelola real estat, uang atau dana lain, dan melaksanakan hal-hal perbankan ibarat yang paling luas sanggup dianggap milik bisnis perbankan. NV mempunyai modal awal sebesar f500.000 yang dibagi ke dalam tiga jenis saham (seri A, B dan C) terdistribusi diantara 27 pendiri. Dua pemilik saham terbesar yaitu Soejono dan Dr. Soetmo masing-masing f25.000 dan f23.000.
Bataksche Bank yang didirikan di Pematang Siantar pada tahun tahun pendiriannya tahun 1920 mempunyai modal awal sebesar f100.000 yang dibagi ke dalam saham enam orang. Pada tahun 1929 Bataksche Bank sudah berkembang dengan beberapa cabang di kota lain. NV Bank Nasional Indonesia pada pendiriannya tahun 1929 mempunyai modal awal sebesar f500.000 yang terbagi ke dalam saham 27 orang pendiri.
Jumlah bank swasta nasional dari waktu ke waktu semakin bertambah. Sebelum berakhirnya kolonial Belanda muncul nama beberapa bank nasional antara lain Bank Moeslimin Indonesia (lihat De Sumatra post, 14-06-1941) dan Bank Dgang dan Tani Indonesia (lihat De Indische courant, 25-08-1941). Boleh jadi dua bank nasional ini yang terakhir didirikan selama kurun kolonial Belanda.
Bank Rakyat Indonesia di Jogjakarta
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 banyak hal yang terjadi. Ketika pemerintah Republik Indonesia masih melaksanakan konsolidasi dari tangan pemerintahan militer (pendudukan (Jepang) sudah mulai terasa ada bahaya dari pihak sekutu/Ingrris dan NICA/Belanda. Pada situasi itu, di bidang perbankan pemerintah pada bulan November 1945 membentuk Poesat Bank Indonesia (PBI) sebagai bank sentral. Namun pada awal tahun 1946 pemerintahan RI dipindahkan dari Djakarta ke Jogjakarta. Salah satu langkah yang dilakukan yaitu melaksanakan rekonstruksi Volksbank (bank rakyat) di kurun kolonial Belanda yang pada kurun penduduk Jepang disebut Syomin Ginko pada bulan Februari 1946 berganti nama menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Het nieuws : algemeen dagblad, 10-04-1946: ‘Dilaporkan beberapa waktu lalu, Bank Rakjat Indonesia (Volksbank Indonesia) dibuka. Saat ini mempunyai tidak kurang dari 70 distributor di Jawa dan Madoera dan mendukung Republik dalam perjuangan, konstruksi (pembangunan) dan ekonomi’. [Sementara itu] ‘bank-bank besar Belanda di Batavia dibuka kembali pada 14 Maret’.
Untuk sementara BRI ini yang manangani permasalahan moneter di Jawa dan Mandoera. Di sisi lain juga mulai beroperasi kembali bank Belanda di Batavia. Terputusnya kekerabatan antar Jawa dengan pulau-pulau lain terutama Sumatra perkara moneter menjadi lebih rumit. Meski demikian, pemerintah juga berupaya untuk mendirikan satu bank lagi yakni Bank Negara yang juga akan berfungs sebagai bank sentral. Sementara RUU perbankan lagi diproses, pemerintah telah menciptakan utang sebesar 1 Juta rupiah yang mana sebanyak 200 Juta rupiah dialokasikan untuk modal Bank Negara.
Algemeen Handelsblad, 31-05-1946 |
Bank Negara ini kemudian disebut Bank Negara Indonesia (BNI). Salah satu langkah yang dilakukan segera oleh BNI yaitu penentuan kurs (valuta) dengan mata uang absurd (lihat Nieuwe courant, 02-12-1946). Disebutkan nilai tukar sebagai berikut: Engelsche pond 7 republ. guldens; Australische pond 6 republ. guldens; Straits dollar 0.80 republ. guldens; Indische rupee 0.50 republ. guldens; Amerikaansche dollar 1.50 republ. guldens. Juga disebutkan bahwa bursa dampak Indonesia akan segera dibuka di Djokjakarta. Uang Republik sendiri belum ada. Penerbitan Uang Republik gres akan dilakukan (lihat Algemeen Indisch dagblad, 04-02-1947).
Sementara BNI terus melaksanakan konsolidasi dan menyusun kebijakan umum di bidang moneter, BRI sudah memperlihatkan kinerja yang baik. Pemerintah meminta perusahaan-perusahaan negara untuk membuka rekening di kawasan dimana terdapat BRI. Pembukaan rekening terutama untuk penyetoran pendapatan perusahaan.
Het nieuws : algemeen dagblad,, 25-02-1947: ‘Menurut laporan resmi oleh komisi kredit Indonesia, lebih dari 16 juta rupiah dipinjamkan kepada pemerintah dan perusahaan swasta di Jawa hingga simpulan Januari tahun ini, dalam bentuk pinjaman yang diberikan oleh aneka macam forum perbankan Indonesia. Jumlah terbesar diberikan oleh BRI (Volksbank) sebesar 9,9 Juta rupiah yang mana sebesar 8 Juta rupiah diberikan kepada lima perusahaan yang digerakkan oleh negara (BUMN) dan sisanya untuk tiga perusahaan swasta. Sementara Bank Negara Indonesia (BNI) meminjamkan sebesar 4 juta rupiah kepada tujuh perusahaan negara’.
Sehubungan dengan diterbitkannya Oeang Republik Indonesia (ORI), Bank Rakjat Indonesia (Volksbank) telah memperlihatkan kepada penduduk baik di wilayah Republik maupun di wilayah pendudukan Belanda untuk menukarkan uangnya dengan ORI. Langkah ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan beredarnya uang palsu (lihat Algemeen Indisch dagblad, 18-06-1947). Dalam aneka macam surat kabar Belanda Bank Rakjat Indonesia masih ditulis sebagai Volksbank [Indonesia]. Dalam kekerabatan ini pemerintah [di Jogjakarta] telah mengangkat Dr. Halim sebagai komisaris pemerintah republik di Batavia yang bertugas untuk memantau dan meningkatkan nilai tukar uang republik.
Mengenai penerbitan ORI di Sumatra (dicetak di Pematang Siantar), Kementerian Keuangan mengumumkan bahwa pemerintah terpaksa menunggu alasannya yaitu kesulitan transportasi dan untuk meningkatkan disana, bagaimanapun, pemerintah Republik telah memasukkan ke dalam aturan di Sumatra untuk menerbitkan uang sendiri yang disebut ORIPS (Oeang Republik Indonesia Propinsi Sumatra). Metode pembayaran ini akan segera ditarik kalau ORI orisinil telah ditransfer dari Jawa (lihat Algemeen Indisch dagblad, 18-06-1947). Sehubungan dengan perihal perbankan di Indonesia Dr. Soemitro [Djojohadikoesomo] telah menerbitkan buku berjudul Soal Bank di Indonesia yang sanggup dibeli di toko-toko buku ibarat Toko Buku Pustaka Rakjat di Batavia (Nieuwe courant, 13-12-1947).
Bank Rakyat Indonesia di Djakarta
Pada kurun perang kemerdekaan Bank Rakjat Indonesia dibuat yakni dengan mengoperasikan paling tidak 70 cabang yang berada di wilayah Republik. Cabang-cabang ini merupakan Volksbank (atau Volkscrediet Bank) pada kurun kolonial Belanda yang ditransformasi menjadi Syomin Ginko pada kurun pendudukan (militer) Jepamg. Kantor pusat Volksbank (atau Volkscrediet Bank) di kurun kolonial Belanda disebut Algemeene Volkscrediet Bank (AVB).
Perselisihan RI dan NICA/Belanda alhasil dibawa ke negosiasi di Den Haag yang disebut Konferensi Meja Bundar (KMB). Salah satu keputusan konferensi itu yaitu Belanda mengakui kedaulatan Indonesia dengan membentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang akan dimulai pada tanggal 27 Desember 1949.
Pada awal legalisasi Belanda terhadap kedaulatan Indonesia (baca: RIS) banyak hal yang harus dikonsolidasikan, salah satunya yaitu bidang perbankan. Pemerintah RIS dengan Perdana Menteri Mohamad Hatta dengan kabinetnya mulai bekerja. Sehubungan dengan keberadaan Bank Rakjat Indonesia (BRI) selama perang di Jogjakarta, Pemerintah RIS di Djakarta membentuk Bank Rakjat Republiek Indonesia Serikat atau disingkat BARRIS (lihat Nieuwe courant, 31-01-1950). Bank BARRIS ini disebut mengacu kepada Algemeene Volkscrediet Bank (AVB) yang sudah eksis di kurun kolonoal Belanda. Bank BARRIS ini mulai beroperasi pada tanggal 21 Januari 1950 (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 01-02-1950).
Disebutkan dalam pengumumannya, Bank BARRIS memberi kemungkinan kepada mereka jang pernah bekerdja pada bank-bank rakjat (volkscredietwezen) baik pegawai, pimpinan maupun pegawai lain-lainnja untuk dipekerdjakan pada bank BARRIS di seluruh Indonesia. Jang bersangkutan dan djuga para non-coöperator diminta selekas mungkin mengajukan lamaran (dengan surat atau tiba sendiri) dengan Kantor Besar Bank Rakjat Indonesia Serikat di Djalan Rijswijk No. 8 Djakarta atau tjabang-tjabangnja. Tertanda. Direksi Bank Rakjat Indonesia Serikat.
Sementara itu di pihak Republik Indonesia di Jogjakarta Bank Rakjat Indonesia (BRI) tetap eksis (bank yang telah dibuat pada tahun 1946). BRI membuka cabang gres di Poerwokerto pada tanggal 1 Februari dan akan membuka cabang di Probolinggo dan Tjilatjap.
De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 14-02-1950: ‘BRI dibuka. Bank Rakjat Indonesia secara resmi dibuka di Poerwokerto pada 1 Februari dibawah kepemimpinan Tjiptoadinegoro. Juga di Poerbolinggo dan Tjilatjap, BRI akan dibuka dalam waktu bersahabat ini’. Tiga cabang BRI ini berada di wilayah Republik Indonesia. Sebagaimana diketahui RIS yaitu adonan Republik Indonesia dan negara-negara federal (negara boneka bentukan Belanda).
Setelah pembukaan Bank BARRIs muncul pertemuan yang diadakan di Soerabaja yang dihadiri oleh perwakilan staf Volkscrediet Bank di Jawa Timur dan Madoera. Hasil pertemuan menetapkan sebuah resolusi yang mensyaratkan biar kepemimpinan Volkscrediet Bank (Bank BARRIS) ditetapkan berada dibawah administrasi Bank Rakjat Indonesia. di Djokjakarta. Disebutkan resolusi akan diberitahukan kepada Menteri Kesejahteraan.(lihat De vrije pers : ochtendbulletin, 01-02-1950).
Akhirnya diketahui dari pemberitaan Algemene Volkscredletbank akan dimasukkan ke dalam administrasi Bank Rakjat Indonesia (RI) mulai tanggal 1 April 1950. Keputusan diumumkan hari ini. Presiden Bank Rakjat Indonesia (RI), Mr. M. Harso Adi juga menjadi Presiden Algemene Volkscredletbank (lihat Nieuwe courant, 30-03-1950).
Dalam kekerabatan sejarah Bank BRI, sanggup dihubungkan dengan sejarah pembentukan Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Indonesia (BI). Khusus untuk Bank BNI pembentukannya gres dimulai pada tahun 1946 (sesuai rencana pemerintah RI di Jogjakarta). Tepatnya Bank BNI didirikan semenjak tanggal 5 Juli 1946. Sedangkan BI merupakan kelanjutan bank Javasche Bank (Java Bank). Bank Java sendiri didirikan pada tahun 1928. Namun tahun kelahiran BI disebutkan pada tanggal 1 Juli 1953 (setelah akuisisi Bank Java dan ditransfomasi menjadi Bank Indonesia. Lantas mengapa Bank Indonesia tidak mengacu pendiriannya pada tahun 1928? Itu satu hal, hal lain yaitu perihal tahun pendirian Bank BRI.
Dengan demikian kita kembali ke pertanyaan awal perihal sejarah BRI yang sebenarnya. Kapan lahirnya BRI dan siapa pendirinya. Setelah menelusuri semua dokumen dan data sejarah yang dideskripsikan di atas, kita akan dengan gampang memilih semenjak kapan BRI lahir dan siapa pendirinya. Dengan perkiraan bahwa bank BRI yang kini yaitu bank BARRIS, maka bank BRI yaitu kelanjutan dari bank Algemeene Volkscrediet Bank (AVB) di kurun kolonial Belanda. Dari bank AVB ini ditarik garis lurus ke masa lampau maka nama De Wolff van Westerrode akan menjadi tokoh tak terpisahkan dari kelahiran Bank BRI.
De Wolff van Westerrode sanggup dikatakan sebagai pendiri Algemeene Volkscrediet Bank (AVB). Bank AVB dalam hal ini terperinci bukan Poerwokertosche Hulp-,Spaar-en Landbouwcrediet- Bank yang dibuat van Westerrode sendiri. Dan juga bukan oleh E. Sieburgh dengan inisiatifnya membentuk Poerwokertosche Hulp-en Spaarbank. Tentu saja bukan dengan nama yang sering dikaitkan pendiri Bank BRI Raden Bei Aria Wirjaatmadja (baca: Wirja Atmadja).
De Wolff van Westerrode yaitu orang yang secara sadar mempelajari dan mempraktekkan bank kredit pertanian yang juga disebut bank untuk pribumi (bank rakyat alias Volksbank). Kebetulan introduksi bank ala van Westerrode sempurna berada di Poerwokerto. Model bank ala van Westerrode inilah kemudian yang diadopsi Pemerintah Hindia Belanda dengan melaksanakan percobaan di aneka macam tempat di Jawa yang kemudian menjadi pemicu pembentukan bank kredit untuk penduduk pribumi secara nasional. Sejumlah bank percobaan di Jawa dan Madoera termasuk yang di Poerwokerto semakin diperkuat pemerintah yang kemudian menjadi cabang bank pemerintah yang mana di Jawa dan Madoera disebut Afdeelingbank dan di Sumatra disebut Volksbank. Manajemen Afdeelingbank dan Volksbank berada di dalam satu pengawasan di pusat yang disebut Algemeene Volkscrediet Bank (AVB).
Oleh alasannya yaitu Bank BRI merupakan adonan Bank BRI dan Bank BARRIS (Algemeene Volkscrediet Bank), maka Bank BRI tidak otomatis dihubungkan dengan Poerwokertosche Hulp-Spaar-en Landbouwcrediet- Bank (De Wolff van Westerrode) apalagi Poerwokertosche Hulp-en Spaarbank (E. Sieburgh dan Wirja Atmadja). Jika Bank Indonesia mengacu pada pembentukan Bank Indonesia tahun 1953, maka dasar yang dipakai Bank BRI yang mengacu pada tahun 1893 terperinci bertentangan dengan cara berpikir Bank Indonesia. Jika mengacu pada pendirian Bank Indonesia, yang paling masuk akan tahun kelahiran Bank BRI yaitu pada tahun 1946 ketika pendirian Bank BRI atau pada tahun 1950 pada ketika pendirian Bank BARRIS. Dengan demikian penentuan sejarah berdirinya Bank BRI tidak dengan caranya sendiri apalagi dengan fakta sejarah yang tidak berdasar. Bank Indonesia sendiri dalam hal ini tidak mengacu pada pendirian Bank Java pada tahun 1928. Lantas mengapa Banl BRI harus merujuk pada nama Poerwokertosche Hulp-en Spaarbank dan nama Wirja Atmadja? Disinilah duduk permasalahan tahun kelahiran Bank BRI.
0 Response to "Sejarah Menjadi Indonesia (22): Sejarah Bri Sebenarnya? Sieburgh, Wirja Atmadja Dan Poerwokertosche Hulp-En Spaarbank"
Posting Komentar