Pedosfer (Lapisan Tanah): Pengertian & Faktor Terbentuknya
Pedosfer yaitu lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat berlangsungnya proses pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan sebagai lapisan tanah yang menempati potongan paling atas dari litosfer. Nah pada kesempatan kali ini akan mencoba menghadirkan sebuah pembahasan geografi perihal Pedosfer (lapisan tanah) yang meliputi pengertian pedosfer, faktor terbentunknya tanah, warna tanaha, dan jenis-jenis tanah di Indonesia. Semoga bermanfaat. Check this out!!!
A. Pengertian Pedosfer
Tanah (soil) yaitu suatu wujud alam yang terbentuk dari gabungan hasil pelapukan batuan, materi anorganik, materi organik, air, dan udara yang menempati potongan paling atas dari litosfer. Sedangkan berdasarkan Sitanala Arsyad (1989), tanah yaitu suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, dan gas yang mempunyai sifat serta sikap yang dinamis. Ilmu yang mempelajari tanah disebut Pedologi, sedangkan ilmu yang secara khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut Pedogenesa.
B. Faktor-faktor Pembentuk Tanah
Pada dasarnya tanah berasal dari batuan atau zat anorganik yang mengalami pelapukan. Berubahnya batuan menjadi butir-butir tanah disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah utama, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan kuat terhadap proses pelapukan materi induk. Jika suhu tinggi, proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan kuat terhadap kekuatan pengikisan dan pembersihan tanah, sedangkan penyucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme (Vegetasi dan Jasad Renik)
Organisme sangat kuat terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
A. Pengertian Pedosfer
Tanah (soil) yaitu suatu wujud alam yang terbentuk dari gabungan hasil pelapukan batuan, materi anorganik, materi organik, air, dan udara yang menempati potongan paling atas dari litosfer. Sedangkan berdasarkan Sitanala Arsyad (1989), tanah yaitu suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, dan gas yang mempunyai sifat serta sikap yang dinamis. Ilmu yang mempelajari tanah disebut Pedologi, sedangkan ilmu yang secara khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut Pedogenesa.
B. Faktor-faktor Pembentuk Tanah
Pada dasarnya tanah berasal dari batuan atau zat anorganik yang mengalami pelapukan. Berubahnya batuan menjadi butir-butir tanah disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah utama, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan kuat terhadap proses pelapukan materi induk. Jika suhu tinggi, proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan kuat terhadap kekuatan pengikisan dan pembersihan tanah, sedangkan penyucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme (Vegetasi dan Jasad Renik)
Organisme sangat kuat terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
- Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik yaitu pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia menyerupai kerikil kapur yang larut oleh air.
- Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan rantingranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan dukungan jasad renik/ mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
- Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat kasatmata terjadi di tempat beriklim sedang menyerupai di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan sanggup membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam lantaran banyak kandungan materi organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
- Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tumbuhan kuat terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tumbuhan cemara akan memberi unsur-unsur kimia menyerupai Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, kesannya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi materi induk, lalu akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu tempat akan memengaruhi pembentukan tanah, antara lain sebagai berikut.
- Tebal atau tipisnya lapisan tanah. Daerah dengan topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya menjadi lebih tipis lantaran tererosi, sedangkan tempat yang datar lapisan tanahnya tebal lantaran terjadi proses sedimentasi.
- Sistem drainase atau pengaliran. Daerah yang drainasenya buruk sering tergenang air. Keadaan ini akan menyebabkan tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akhir pelapukan dan pembersihan yang terus-menerus. Oleh lantaran itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk menyerupai kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
C. Warna Tanah
Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Faktor penyebab adanya perbedaan warna permukaan tanah pada umumnya terjadi lantaran perbedaan kandungan materi organik. Semakin tinggi kandungan materi organik, berarti semakin gelap warna tanah.
Warna tanah disusun oleh tiga jenis variabel, yaitu sebagai berikut.
Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Faktor penyebab adanya perbedaan warna permukaan tanah pada umumnya terjadi lantaran perbedaan kandungan materi organik. Semakin tinggi kandungan materi organik, berarti semakin gelap warna tanah.
Warna tanah disusun oleh tiga jenis variabel, yaitu sebagai berikut.
- Hue, memperlihatkan warna spektrum yang paling mayoritas sesuai dengan panjang gelombangnya.
- Value, memperlihatkan gelap terangnya warna sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan.
- Chroma, memperlihatkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum.
Warna tanah sanggup ditentukan dengan membandingkan warna baku pada buku Munsell Soil Colour Chart dengan warna tanah. Warna tanah akan berbeda apabila tanah dalam keadaan basah, lembap, atau kering. Di dalam penentuan warna tanah perlu dicatat bagaimana kondisi tanah tersebut apakah dalam keadaan basah, lembap, atau kering.
D. Jenis-jensi Tanah di Indonesia
Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanah akan menghasilkan tanah dengan sifat-sifat yang berbeda. Berdasarkan pada faktor pembentuk dan sifat tanah inilah, beberapa mahir mengklasifikasikan tanah dengan pembagian terstruktur mengenai yang berbeda. Jenis tanah yang terdapat di Indonesia bermacam-macam, antara lain sebagai berikut. (Lihat lebih lengkap tentang: Jenis-jenis Tanah)
1. Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.
2. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari materi induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan berair lekat, pH bermacammacam, dan kesuburannya berkisar antara sedang hingga tinggi. Penyebarannya di tempat dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai, dan tempat cekungan (depresi).
3. Regosol
Tanah ini merupakan endapan debu vulkanik gres yang mempunyai butir kasar. Penyebaran terutama pada tempat lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di tempat Sumatra potongan timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
4. Andosol/Tanah Gambut
Jenis tanah ini berasal dari materi induk organik, menyerupai dari hutan rawa atau rumput rawa. Ciri dan sifat: tidak terjadi diferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 meter, warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4.0), dan kandungan unsur hara rendah.
5. Latosol
Latosol tersebar di tempat beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api lalu mengalami proses pelapukan lanjut.
6. Grumosol
Tanah ini merupakan tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur granular di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila berair sangat lekat dan plastis. Namun, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, kejenuhan basa, permeabilitas lambat, dan peka erosi. Penyebarannya di tempat iklim subhumid, dengan curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.
7. Podsol
Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di tempat beriklim basah, topografi pegunungan, contohnya di tempat Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat. Kesuburan tanah rendah.
8. Andosol
Jenis tanah ini merupakan jenis tanah dengan kandungan mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak cokelat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya penyerapan sedang, kelembapan tinggi, permeabilitas sedang, serta peka terhadap erosi.
Semoga artikel Geografi tersebut di atas perihal Pedosfer (Lapisan Tanah) sanggup bermanfaat bagi sobat semua. Artikel tersebut di atas dirasa masih jauh dari kata sempurna, untuk itu tugas sobat dalam memperlihatkan donasi baik berupa kritik dan saran akan sangat berharga. Jangan lupa like dan share ke teman-teman yang lain ya. Terima kasih ^^ Maju Terus Pendidikan Indonesia ^^
Sumber http://www.zonasiswa.com
D. Jenis-jensi Tanah di Indonesia
Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanah akan menghasilkan tanah dengan sifat-sifat yang berbeda. Berdasarkan pada faktor pembentuk dan sifat tanah inilah, beberapa mahir mengklasifikasikan tanah dengan pembagian terstruktur mengenai yang berbeda. Jenis tanah yang terdapat di Indonesia bermacam-macam, antara lain sebagai berikut. (Lihat lebih lengkap tentang: Jenis-jenis Tanah)
1. Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.
2. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari materi induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan berair lekat, pH bermacammacam, dan kesuburannya berkisar antara sedang hingga tinggi. Penyebarannya di tempat dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai, dan tempat cekungan (depresi).
3. Regosol
Tanah ini merupakan endapan debu vulkanik gres yang mempunyai butir kasar. Penyebaran terutama pada tempat lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di tempat Sumatra potongan timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
4. Andosol/Tanah Gambut
Jenis tanah ini berasal dari materi induk organik, menyerupai dari hutan rawa atau rumput rawa. Ciri dan sifat: tidak terjadi diferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 meter, warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4.0), dan kandungan unsur hara rendah.
5. Latosol
Latosol tersebar di tempat beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api lalu mengalami proses pelapukan lanjut.
6. Grumosol
Tanah ini merupakan tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur granular di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila berair sangat lekat dan plastis. Namun, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, kejenuhan basa, permeabilitas lambat, dan peka erosi. Penyebarannya di tempat iklim subhumid, dengan curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.
7. Podsol
Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di tempat beriklim basah, topografi pegunungan, contohnya di tempat Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat. Kesuburan tanah rendah.
8. Andosol
Jenis tanah ini merupakan jenis tanah dengan kandungan mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak cokelat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya penyerapan sedang, kelembapan tinggi, permeabilitas sedang, serta peka terhadap erosi.
Semoga artikel Geografi tersebut di atas perihal Pedosfer (Lapisan Tanah) sanggup bermanfaat bagi sobat semua. Artikel tersebut di atas dirasa masih jauh dari kata sempurna, untuk itu tugas sobat dalam memperlihatkan donasi baik berupa kritik dan saran akan sangat berharga. Jangan lupa like dan share ke teman-teman yang lain ya. Terima kasih ^^ Maju Terus Pendidikan Indonesia ^^
0 Response to "Pedosfer (Lapisan Tanah): Pengertian & Faktor Terbentuknya"
Posting Komentar