Jiwa Insan Dalam Psikologi

Berbicara insan dalam perspektif psikologi  secara pribadi kita akan membicarakan insan berdasarkan konsep Barat. Karena bagaimanapun gagasan muncul dan berkembangnya psikologi dimulai di sana. Manusia dalam beling mata barat dipandang sebagai makhluk yang mendasari kajian filsafat merujuk pada paham antroposentris yaitu pandangan yang menempatkan insan pusat segala pengalaman dan relasi-relasinya dan penentu utama masalah-masalah yang menyangkut insan dan kemanusiaan. Berbeda dengan kajian insan berdasarkan tasawuf yang bercorak  anthropo religio sentries. Meskipun insan diakui mempunyai kehendak bebas namun insan tetap makhluk yang mempunyai dimensi rohaniah dari Tuhan.

Dimensi-Dimensi Kemanusiaan 

Sebelum membicarakan insan berdasarkan teori-teori konseling, maka penting bagi kita mengetahui secara singkat dimensi-dimensi kemanusiaan yang memegang peranan penting dalam acara konseling. Dimensi-dimensi kemanusiaan tersebut adalah:

a.  Dimensi Individual

Manusia diciptakan oleh Tuhan mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Kepribadian yaitu suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikophisik individu yang memilih tingkah laris dan pikiran yang unik terhadap lingkungan. Para sosiolog membagi tipe kepribadian insan berdasarkan konstitusi psikis, fisik bahkan hingga berdasarkan kebudayaan. Pengetahuan yang baik wacana kepribadian penting artinya dalam acara konseling alasannya yaitu hal inilah yang harus dipahami lebih dahulu oleh konselor sebagai langkah awal pemberian bantuan.

Teori konseling Trait and Factor memperlihatkan kawasan istimewa bagi dimensi individualitas ini. Kepribadian sseorang merupakan suatu sistem sifat dan faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya ibarat kecakapan, minat dan sikap. Tugas konseling ini yaitu membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam acara untuk mencapai kemajuan tujuan hidup dan karir.

"jiwa manusia" dalam psikologi

b.  Dimensi Sosial

Manusia yaitu makhluk sosial yang dalam hidupnya senantiasa menjalin interaksi dengan orang lain. Dimensi sosial ini akan nampak terlihat terperinci dalam teori konseling behavioristik yang menganggap sikap insan sebagai hasil mencar ilmu dari lingkungan dimana ia tinggal. Konseling individual Adler juga memperlihatkan dimensi ini dengan berasumsi bahwa insan yaitu makhluk yang dikuasai oleh  inferiority complex  sehingga ia selalu berkompetisi dalam melaksanakan interaksi sosial untuk mencapai keunggulan.

c.  Dimensi Kesusilaan

Manusia dalam berbagi dimensi individual dan dimensi sosial memerlukan norma dan adat yang mengatur bagaimana semoga kedua dimensi berjalan seimbang. Dimensi kesusilaan ini merupakan pemersatu, sehingga dimensi individual dan sosial sanggup bertemu dalam satu kesatuan yang penuh makna apabila ketiga dimensi ini berkembang secara optimal insan sanggup mencapai taraf kebudayaan tinggi dan menguasai teknologi tercanggih sekalipun.

Selain itu, dimensi kesusilaan baik secara pribadi atau tidak pribadi juga menerima perhatian dari beberapa teori konseling. Teori individual contohnya mengakui bahwa kecemasan yang melanda seseorang terjadi apabila dalam konsentrasi mencapai  superioritas pribadi tidak memperhatikan kebutuhan orang lain. Atau dalam psikoanalisa Freud, insan sanggup mengalami keemasan neurotik, yaitu kecemasan alasannya yaitu tidak terkendalinya naluri yang mengakibatkan ia melaksanakan tindakan yang melanggar hukum.

d.  Dimensi Keagamaan

Selain sebagai makhluk dan sosial, insan juga makhluk religius. Pengembangan tiga dimensi terdahulu belum menyentuh kebutuhan insan akan nilai-nilai agama yang dibutuhkan bagi kehidupan di alam abadi kelak. Kehidupan insan yang lengkap yaitu kehidupan yang bisa menjangkau dua bentuk kehidupan, yaitu kini dan mendatang. Kajian konseling barat pada mulanya belum bisa menjangkau dimensi terdalam insan yaitu spiritualitas atau keagamaan. Meskipun Victor Frankl penggerak logoterapi berhasil mengungkap dimensi ini, namun tidak mengandung konotasi ketuhanan, tetapi lebih pada kualitas khas insani.

Dalam perkembangannya dimensi keberagamaan menerima kawasan penting bagi konselor dengan munculnya Spiritual Wellness In Counseling.

Dengan memperhatikan keempat dimensi di atas insan diperlukan bisa mencapai derajat keutuhan sesuai dengan penciptaan sebagai makhluk yang indah, tidak saja menguasai teknologi tetapi juga memahami dan mengamalkan fatwa agamanya. Manusia seutuhnya digambarkan oleh Prayitno dan Erman Amti ibarat limas  yang akan semakin tinggi dan mulia jikalau mempunyai derajat keagamaan yang tinggi pula, sementara insan yang hanya berbagi ketiga dimensi digambarkan hanya ibarat bidang datar yang tak akan pernah memilki ketinggian.



Sumber http://makalahahli.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Jiwa Insan Dalam Psikologi"

Posting Komentar