4 Jenis Arsitektur Masjid Di Seluruh Dunia
Sejak era ke-7, masjid telah dibangun di seluruh dunia. Meskipun ada banyak jenis arsitektur masjid yang berkembang, berdasarkan khanacademy.org ada setidaknya 4 bentuk masjid yang umum, 3 diantaranya ialah jenis masjid konvensional. Berikut Jenis arsitektur masjid :
Tempat ibadah pertama bagi umat Islam, rumah Nabi Muhammad, mengilhami jenis masjid paling awal yang dikategorikan sebagai masjid hypostyle. Jenis ini menyebar luas ke seluruh wilayah Islam di Dunia.
Masjid Agung Kairouan, Tunisia, ialah pola dasar dari masjid hypostyle. Masjid ini dibangun pada era kesembilan oleh Ziyadat Allah, penguasa ketiga dinasti Aghlabid, cabang dari Kekaisaran Abbasiyah. Ini ialah masjid kerikil besar berbentuk persegi panjang dengan aula hypostyle (didukung oleh kolom) dan halaman dalam yang besar.
Menara tiga tingkat dalam gaya yang dikenal sebagai menara lonceng Suriah, dan mungkin awalnya didasarkan pada bentuk mercusuar Romawi kuno. Interior masjid menampilkan barisan kolom yang telah menjadikannya tipe hypostyle.
Masjid ini dibangun di atas bekas situs Bizantium, para arsitek memakai kembali material-material yang lebih tua, ibarat kolom dan sekaligus penegasan besar lengan berkuasa keberadaan Islam. Banyak masjid awal ibarat ini memakai materi arsitektur yang lebih bau tanah (disebut spolia), dengan cara simbolis yang serupa.
Di sebelah kanan mihrab masjid ialah maqsura, area khusus yang disediakan untuk penguasa, tetapi tidak semua. Maqsura masjid ini ialah pola yang ada paling awal, dan minbarnya (mimbar) ialah minbar tanggal paling awal yang diketahui oleh para peneliti. Keduanya diukir dari kayu jati yang diimpor dari Asia Tenggara. Kayu berharga ini dikirim dari Thailand ke Baghdad di mana ia dipahat, lalu dibawa kembali dari Irak ke Tunisia, ini merupakan pola luar biasa dari perdagangan global pada era pertengahan.
Gaya masjid hypostyle dipakai secara luas di negara-negara Islam sebelum pengenalan planning masjid four-iwan di era kedua belas (lihat bab selanjutnya). Barisan kolom pada masjid hypostyle yang dipakai di masjid yang berbeda untuk imbas yang besar. Salah satu pola paling populer ialah Masjid Agung Cordoba, yang memakai lengkungan dua tingkat dua warna yang menekankan imbas optik yang mengesankan dari aula hypostyle.
Sama ibarat aula hypostyle yang mendefinisikan banyak arsitektur masjid pada periode awal Islam, era ke-11 menawarkan munculnya bentuk gres yaitu masjid empat-iwan. Iwan ialah ruang berkubah yang terbuka di satu sisi halaman. Iwan berkembang di Iran pra-Islam yang di dipakai dalam arsitektur monumental dan kekaisaran. Tipologi ini sangat terkait dengan arsitektur Persia, iwan terus dipakai dalam arsitektur monumental di era Islam.
Di Iran pada era ke-11, masjid hypostyle mulai dikonversi menjadi masjid empat-iwan, yang ibarat namanya, menggabungkan empat iwan dalam skema arsitektur masjid.
Masjid Agung Isfahan mencerminkan perkembangan yang lebih luas ini. Masjid ini memulai hidupnya sebagai masjid hypostyle, tetapi dimodifikasi oleh Seljuqs Iran sehabis penaklukan mereka atas kota Isfahan pada era ke-11.
Seperti masjid hypostyle, tata letaknya diatur di sekitar halaman terbuka yang besar. Namun pada masjid empat-iwan, setiap dinding halaman diselingi dengan aula berkubah monumental yang disebut iwan. Jenis masjid ini yang menyebar luas di era ke-12 dan telah mempertahankan popularitasnya sampai dikala ini.
Dalam jenis masjid ini, qibla iwan, yang menghadap ke Mekah, seringkali merupakan yang terbesar dan paling dihiasi, ibarat di Masjid Agung Isfahan. Di sini, dua menara masjid juga mengapit kiblat iwan yang mewah. Penguasa Safawi memperbaiki tembok-tembok ini dengan ubin gres di era ke-16.
Meskipun gaya ini berasal dari Iran, Jenis masjid empat-iwan akan menjadi planning gres untuk masjid di seluruh kata Islam, dipakai secara luas dari India ke Kairo dan mengganti masjid hypostyle di banyak tempat.
Sementara masjid planning empat-iwan dipakai untuk masjid-masjid di seluruh dunia, Kekaisaran Ottoman ialah salah satu dari sedikit daerah di mana jenis masjid empat-iwan tidak mendominasi. Kekaisaran Ottoman didirikan pada 1299.
Hingga berganti nama menjadi Istanbul, kota ini masih mempunyai warisan budaya dan arsitektur yang sepenuhnya berbeda dari Iran. Arsitek Ottoman sangat dipengaruhi oleh Hagia Sophia di Istanbul, yang menampilkan kubah utama yang monumental dan tinggi di atas nave yang besar.
Banyak masjid Ottoman pada selesai era ke-15 dan awal era ke-16 merujuk kubah Hagia Sophia; namun, gres sehabis karya hebat Mimar Sinan, arsitek kubah masjid Utsmani bersaing dan sanggup dibilang melampaui Hagia Sophia. Sinan bereksperimen dengan planning sentra di serangkaian masjid di Istanbul, mencapai apa yang dianggapnya mahakarya di Masjid Selim II, di Edirne, Turki. Dibangun untuk Selim II, putra Suleyman selama zaman keemasan Kekaisaran Ottoman, itu dianggap sebagai mahakarya terbesar arsitektur Ottoman. Ini merupakan puncak dari eksperimen selama bertahun-tahun dengan masjid Ottoman yang direncanakan secara terpusat.
Arsitektur masjid kontemporer sering mewakili perpaduan gaya yang luar biasa, menggambar dari tradisi arsitektur yang bermacam-macam untuk membuat sesuatu yang dikenal sebagai "Arsitektur Islami," yang memenuhi semua persyaratan arsitektur masjid komunal dan bergaya kontemporer.
Di Pakistan, Masjid Raja Faisal, 1986 memadukan arsitektur kontemporer dengan acuan visual ke bentuk-bentuk tradisional. Bangunan ini sangat modern, namun bermain dengan bentuk struktur tenda perantau Badui. Masjid besar ini juga menggabungkan menara pensil tipis yang dipengaruhi Ottoman ke dalam desain modernnya.
Menara di Kudus, Indonesia, misalnya, mencerminkan adanya efek arsitektur Hindu. Masjid Djingarey Berre Timbuktu, di Mali, juga menanggapi tradisi pra-Islam di daerahnya sendiri, memakai gaya Afrika Barat yang unik dan memakai tanah sebagai materi bangunan utama.
Sebuah masjid awal di Xian, Cina, memakai gaya arsitektur Cina yang sangat jelas, tetapi juga memasukkan unsur-unsur Islam yang lebih khas, ibarat kotak dan mihrab melengkung bergaya Islam.
Demikian mengenai 4 Jenis Arsitektur Masjid yang berkembang di seluruh dunia, agar bermanfaat dan sanggup menambah wawasan mengenai Arsitektur Islam.
01. Masjid hypostyle
Sahn and minaret, Great Mosque of Kairouan, Tunisia, c. 836-75 (photo: Andrew Watson, CC BY-SA 2.0) |
Tempat ibadah pertama bagi umat Islam, rumah Nabi Muhammad, mengilhami jenis masjid paling awal yang dikategorikan sebagai masjid hypostyle. Jenis ini menyebar luas ke seluruh wilayah Islam di Dunia.
Masjid Agung Kairouan, Tunisia, ialah pola dasar dari masjid hypostyle. Masjid ini dibangun pada era kesembilan oleh Ziyadat Allah, penguasa ketiga dinasti Aghlabid, cabang dari Kekaisaran Abbasiyah. Ini ialah masjid kerikil besar berbentuk persegi panjang dengan aula hypostyle (didukung oleh kolom) dan halaman dalam yang besar.
Menara tiga tingkat dalam gaya yang dikenal sebagai menara lonceng Suriah, dan mungkin awalnya didasarkan pada bentuk mercusuar Romawi kuno. Interior masjid menampilkan barisan kolom yang telah menjadikannya tipe hypostyle.
Masjid ini dibangun di atas bekas situs Bizantium, para arsitek memakai kembali material-material yang lebih tua, ibarat kolom dan sekaligus penegasan besar lengan berkuasa keberadaan Islam. Banyak masjid awal ibarat ini memakai materi arsitektur yang lebih bau tanah (disebut spolia), dengan cara simbolis yang serupa.
Di sebelah kanan mihrab masjid ialah maqsura, area khusus yang disediakan untuk penguasa, tetapi tidak semua. Maqsura masjid ini ialah pola yang ada paling awal, dan minbarnya (mimbar) ialah minbar tanggal paling awal yang diketahui oleh para peneliti. Keduanya diukir dari kayu jati yang diimpor dari Asia Tenggara. Kayu berharga ini dikirim dari Thailand ke Baghdad di mana ia dipahat, lalu dibawa kembali dari Irak ke Tunisia, ini merupakan pola luar biasa dari perdagangan global pada era pertengahan.
Gaya masjid hypostyle dipakai secara luas di negara-negara Islam sebelum pengenalan planning masjid four-iwan di era kedua belas (lihat bab selanjutnya). Barisan kolom pada masjid hypostyle yang dipakai di masjid yang berbeda untuk imbas yang besar. Salah satu pola paling populer ialah Masjid Agung Cordoba, yang memakai lengkungan dua tingkat dua warna yang menekankan imbas optik yang mengesankan dari aula hypostyle.
02. Masjid Four-Iwan (4 Menara)
Great Mosque of Isfahan, Iran, 11th - 17th centuries, looking toward the south (qibla) iwan (photo: reibai, CC BY 2.0) |
Sama ibarat aula hypostyle yang mendefinisikan banyak arsitektur masjid pada periode awal Islam, era ke-11 menawarkan munculnya bentuk gres yaitu masjid empat-iwan. Iwan ialah ruang berkubah yang terbuka di satu sisi halaman. Iwan berkembang di Iran pra-Islam yang di dipakai dalam arsitektur monumental dan kekaisaran. Tipologi ini sangat terkait dengan arsitektur Persia, iwan terus dipakai dalam arsitektur monumental di era Islam.
Di Iran pada era ke-11, masjid hypostyle mulai dikonversi menjadi masjid empat-iwan, yang ibarat namanya, menggabungkan empat iwan dalam skema arsitektur masjid.
Masjid Agung Isfahan mencerminkan perkembangan yang lebih luas ini. Masjid ini memulai hidupnya sebagai masjid hypostyle, tetapi dimodifikasi oleh Seljuqs Iran sehabis penaklukan mereka atas kota Isfahan pada era ke-11.
Seperti masjid hypostyle, tata letaknya diatur di sekitar halaman terbuka yang besar. Namun pada masjid empat-iwan, setiap dinding halaman diselingi dengan aula berkubah monumental yang disebut iwan. Jenis masjid ini yang menyebar luas di era ke-12 dan telah mempertahankan popularitasnya sampai dikala ini.
Dalam jenis masjid ini, qibla iwan, yang menghadap ke Mekah, seringkali merupakan yang terbesar dan paling dihiasi, ibarat di Masjid Agung Isfahan. Di sini, dua menara masjid juga mengapit kiblat iwan yang mewah. Penguasa Safawi memperbaiki tembok-tembok ini dengan ubin gres di era ke-16.
Meskipun gaya ini berasal dari Iran, Jenis masjid empat-iwan akan menjadi planning gres untuk masjid di seluruh kata Islam, dipakai secara luas dari India ke Kairo dan mengganti masjid hypostyle di banyak tempat.
03. Masjid Kubah Terpusat
Anthemius of Tralles and Isidore of Miletus, Hagia Sophia, 537, Istanbul |
Sementara masjid planning empat-iwan dipakai untuk masjid-masjid di seluruh dunia, Kekaisaran Ottoman ialah salah satu dari sedikit daerah di mana jenis masjid empat-iwan tidak mendominasi. Kekaisaran Ottoman didirikan pada 1299.
Hingga berganti nama menjadi Istanbul, kota ini masih mempunyai warisan budaya dan arsitektur yang sepenuhnya berbeda dari Iran. Arsitek Ottoman sangat dipengaruhi oleh Hagia Sophia di Istanbul, yang menampilkan kubah utama yang monumental dan tinggi di atas nave yang besar.
Banyak masjid Ottoman pada selesai era ke-15 dan awal era ke-16 merujuk kubah Hagia Sophia; namun, gres sehabis karya hebat Mimar Sinan, arsitek kubah masjid Utsmani bersaing dan sanggup dibilang melampaui Hagia Sophia. Sinan bereksperimen dengan planning sentra di serangkaian masjid di Istanbul, mencapai apa yang dianggapnya mahakarya di Masjid Selim II, di Edirne, Turki. Dibangun untuk Selim II, putra Suleyman selama zaman keemasan Kekaisaran Ottoman, itu dianggap sebagai mahakarya terbesar arsitektur Ottoman. Ini merupakan puncak dari eksperimen selama bertahun-tahun dengan masjid Ottoman yang direncanakan secara terpusat.
04. Masjid Contemporer
Shah Faisal Masjid, Islamabad, 1986 (photo: Fraz.khalid1, CC0 1.0) |
Arsitektur masjid kontemporer sering mewakili perpaduan gaya yang luar biasa, menggambar dari tradisi arsitektur yang bermacam-macam untuk membuat sesuatu yang dikenal sebagai "Arsitektur Islami," yang memenuhi semua persyaratan arsitektur masjid komunal dan bergaya kontemporer.
Di Pakistan, Masjid Raja Faisal, 1986 memadukan arsitektur kontemporer dengan acuan visual ke bentuk-bentuk tradisional. Bangunan ini sangat modern, namun bermain dengan bentuk struktur tenda perantau Badui. Masjid besar ini juga menggabungkan menara pensil tipis yang dipengaruhi Ottoman ke dalam desain modernnya.
Menara di Kudus, Indonesia, misalnya, mencerminkan adanya efek arsitektur Hindu. Masjid Djingarey Berre Timbuktu, di Mali, juga menanggapi tradisi pra-Islam di daerahnya sendiri, memakai gaya Afrika Barat yang unik dan memakai tanah sebagai materi bangunan utama.
Sebuah masjid awal di Xian, Cina, memakai gaya arsitektur Cina yang sangat jelas, tetapi juga memasukkan unsur-unsur Islam yang lebih khas, ibarat kotak dan mihrab melengkung bergaya Islam.
Demikian mengenai 4 Jenis Arsitektur Masjid yang berkembang di seluruh dunia, agar bermanfaat dan sanggup menambah wawasan mengenai Arsitektur Islam.
Referensi :
- https://www.khanacademy.org/humanities/art-islam/beginners-guide-islamic-art/a/common-types-of-mosque-architecture
0 Response to "4 Jenis Arsitektur Masjid Di Seluruh Dunia"
Posting Komentar