Sosiologi Ekonomi: Definisi Dan Sejarahnya

Sosiologi ekonomi ialah studi sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis korelasi antara ekonomi dan fenomena sosial. Asumsi yang dibangun sosiologi ekonomi dalam melihat fenomena ekonomi ialah tindakan ekonomi sebagai suatu bentuk tindakan sosial, tindakan ekonomi disituasikan secara sosial, dan institusi ekonomi merupakan konstruksi sosial.[1]


Tidak hanya sosiolog, tetapi juga ekonom yang memberi bantuan pada perkembangan studi sosiologi ekonomi.[2] Salah satu bantuan paling signifikan yang dilakukan oleh ekonom tiba dari Joseph Schumpeter melalui karyanya ‘History of Economic Analisys’. Ia memakai institutional framework dalam menganalisis fenomena ekonomi.


Baca juga: Pengertian Ekonomi: Definisi Lengkap Menurut Para Ahli






Sosiologi ekonomi mengalami disparitas


Sosiologi dan ekonomi mengalami disparitas field of study semenjak ekonom klasik dan neoklasik berbagi teori-teori ekonomi tanpa institutional framework. Menurut Schumpeter, kesenjangan antara ekonomi dan sosiologi sudah dimulai semenjak Adam Smith menulis ‘The Wealth of Nations’ yang hingga sekarang menjadi tumpuan teori-teori ekonomi modern. Adalah Karl Marx yang menurutnya, menjadi ekonom paling berhasil menganalisis ekonomi secara sosiologis. Keberhasilan Marx terletak pada analisisnya ihwal konflik struktur antar kelas. Torsten Veblen juga mengkritik ekonomi neoklasik yang bersifat utilitarian, mengasumsikan pemain film ekonomi secara individualistik dan transaksional. Asumsi menyerupai itu, menurutnya, membuat ekonom neoklasik cenderung menjauhkan analisisnya dari realitas historis-empirisis menuju transaksi rasional yang individualistik. Padahal dalam tindakan transaksional, selau melibatkan dua individu atau lebih.[3] Granovetter mengkritik cara pandang neoklasik sebagai berikut:


This view sees the economy as an increasingly separate, differentiated sphere in modern society, with economic transaction defined no longer by the social or kinship obligation of those transacting but by rational calculations of individual gain.[4]


Tradisi sosiologi sendiri, dalam perkembangan studi sosiologi ekonomi mengalami pasang surut. Kontribusi awal paling signifikan mungkin dilakukan oleh Max Weber dalam ‘The Protestan Ethic and The Spirit of Capitalism’. Meskipun masih menuai perdebatan apakah The Protestan Ethic ‘menyebabkan’ kapitalisme, karya Weber dianggap sebagai salah satu sejarah studi sosiologi ekonomi yang menerima banyak perhatian oleh para sosiolog. Kontribusi teori kontemporer dalam sosiologi ekonomi ialah analisis ekonomi dengan pendekatan social embeddedness. Meskipun Weber tidak pernah menyebutkan social embeddednes dalam teori sosiologi ekonomi-nya, beberapa sosiolog menyebut teori Weber sebagai ‘The Hidden Theory of Embeddedness’.[5]


Perkembangan sosiologi ekonomi ihwal social embeddedness dilakukan oleh Karl Polanyi pada 1950. Namun, Polanyi lebih banyak mengkaji aspek political economy dari embeddedness ketimbang social embeddedness itu sendiri. Para pemikir strukturalis di Amerika juga berbagi sosiologi ekonomi yang mendekatkan antara Economy dan Society. Adalah Talcott Parson yang memberi banyak dampak pada sosiolog ekonomi hingga periode 1960-an. Tetapi, analisis pengikutnya yang terlalu bersifat institusionalis tidak diterima oleh para ekonom neoklasik pada waktu itu. Analisis itu juga dianggap oleh Granovetter sebagai cara pandang ‘oversocialized’[6] terhadap fenomena ekonomi.


Studi sosiologi ekonomi sempat mengalai vacuum sekitar tahun 1960-1970.[7] Dalam arti, tidak ada karya intelektual yang memberi dampak signifikan terhadap sosiologi ekonomi. Sosiologi dan ekonomi seakan terpisah satu sama lain dengan segala persoalanya sendiri. Perkembangan sosiologi ekonomi mengalami kebangkitan kembali melaui artikel yang diterbitkan oleh ‘American Journal of Sociology’ pada 1985 “Economic Action and Social Structure: The Problem of Embeddedness“.[8] Perkembangan teoritis tersebut menjadi awal dari studi yang sekarang dikenal sebagai ‘The New Economic Sociology’.[9]


Sosiologi ekonomi ialah studi sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis korelasi antar Sosiologi Ekonomi: Definisi dan Sejarahnya


Teori keterlekatan sosial


Social embeddedness dalam ‘The New Economic Sociology’ merupakan pendekatan sosiologi ekonomi yang melihat tindakan pemain film ekonomi dalam kerangka struktur sosial. Namun, Granovetter lebih banyak menganalisis structure of social relation atau network terhadap fenomena ekonomi. Dalam artikel tersebut, Granovetter mendiskusikan setidaknya ada 3 hal terkait problem dari embeddedness:


Pertama, Konsepsi ‘undersocialized’ dan ‘oversocialized’ sebagai tindakan pemain film ekonomi. Menurutnya, ekonom klasik dan neoklasik cenderung mengasumsikan pemain film ekonomi dalam konsepsi ‘undersocialized’ yaitu, otonomi individu dalam tindakan ekonomi. Aktor ekonomi yang otonom melepaskan diri dari konteks sosial, kultural, dan politik. Tindakanya dilakukan ke arah yang bersifat individualistik. Sedangkan ekonom reformis atau juga sebagian dari sosiolog struktural parsonian cenderung terjebak pada konsepsi ‘oversocialized’ yaitu, menempatkan individu dalam ruang-ruang determinasi kultural. Aktor ekonomi berada dalam struktur yang mengatur segala keputusan yang ia buat. Inilah titik kesenjangan antara sosiologi dan ekonomi yang pernah terjadi selama beberapa dekade.


Baik ‘under-‘ maupun ‘oversocialized’ berdasarkan Granovetter mempunyai kesamaan tertentu, yaitu penolakan terhadap struktur korelasi sosial dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi.[10] Konsepsi ‘undersocialized’ banyak merujuk pada pedoman Adam Smith ihwal pasar bebas yang kompetitif. Menurutnya, dalam pasar yang kompetitif, tidak ada produsen atau pun konsumen yang saling mempengaruhi permintaan, penawaran, harga, dan komponen lain lantaran pasar yang ideal telah men-supply pembeli dan penjual dengan gosip yang sempurna. Pasar yang ideal, berdasarkan Adam Smith sanggup mengatur dirinya sendiri.[11] Sehingga struktur ekonomi yang paling baik ialah membentuk dirinya sendiri tanpa adanya intervensi. Pada prinsipnya, pernyataan tersebut telah mengeliminasi struktur korelasi sosial dalam ekonomi.


Baca juga Struktur Sosial: Pengertian dan Jenisnya







Dalam ekonomi klasik dan neoklasik, kalau pemain film ekonomi mempunyai korelasi sosial, maka sanggup mengancam terwujudnya pasar yang kompetitif. Oleh lantaran itu, ekonom klasik dan neoklasik mensyaratkan bahwa pemain film harus otonom. Dalam istilah lain disebut, pemain film mengalami atomisasi sehingga lahirlah apa yang berdasarkan para sosiolog disebut Homo Economicus.[12]


Bantahan yang radikal tiba dari sosiolog strukturalis, terutama mereka yang menerima dampak dari pedoman Talcott Parson. Strukturalis terutama kalangan Parsonian berasumsi bahwa tindakan ekonomi selalu berada dalam struktur sosial sehingga sangat dipengaruhi oleh determinasi yang sifatnya non-ekonomi. Aktor bertindak bisa atas nama tradisi atau budaya atau apa saja yang disebut sebagai kewajiban, keadilan, penghormatan, dan lain sebagainya. Pengaruh sosial selalu berkontribusi pada proses produksi, distribusi, dan konsumsi.


James Duesenberry memberi kesimpulan sendiri mengenai perdebatan ini. Menurutnya ekonomi ialah ihwal bagaimana orang-orang membuat keputusan. Sedangkan sosiologi ialah ihwal bagaimana orang-orang tidak punya keputusan untuk dibuat.[13] Bagi Granovetter, konsepsi ‘under-‘ dan ‘oversocialized’ tampak sebagai sesuatu yang contrast. Padahal keduanya sama-sama mengeliminasi struktur korelasi sosial.


Dalam teori social embeddedness, Granovetter berargumen bahwa pemain film ekonomi harus dihindari dari proses atomisasi lantaran membuat pemain film keluar dari konteks sosial. Hal ini untuk mencegah konsepsi ‘undersocialized’. Tidak pula pemain film ditempatkan dalam ruang-ruang determinasi kultural yang menjadikan ‘oversocialized’. Namun, pemain film ditempatkan pada struktur korelasi sosial dalam sebuah sistem yang sedang berjalan.[14]


Kedua, Granovetter mendiskusikan embeddedness dalam problem trust dan distrust. Fenomena trust dan distrust dalam ekonomi tidak bisa dijelaskan apabila pemain film ekonomi diasumsikan sebagai ‘under-‘ dan ‘oversocialized’ lantaran pada masyarakat tertentu, proses ekonomi terstruktur dalam hubungan-hubungan non-pasar, seperti: keluarga, komunitas, atau pun birokrasi. Hubungan-hubungan non-pasar tersebut sanggup menjelaskan mengapa trust atau distrust muncul atau menghilang.[15] Argumentasi dalam teori sosial embeddedness menekankan pada korelasi sosial yang kongrit.[16] Trust ialah elemen yang dibangun diatas korelasi sosial yang kongrit bukan ‘self-interested’ sebagaimana argumen para ekonom modern ketika ini.


Baca juga: Prinsip Ekonomi dan Penerapannya







Ketiga, problem antara market dan hierarki. Problem ini merupakan kritik Granovetter atas gagasan Oliver Williamson. Menurut Williamson, bisnis berkembang dipengaruhi oleh hierarki dalam oganisasi atau perusahaan. Eksekutif dalam satu perusahaan bertemu untuk mengadakan korelasi dan kontak. Relasi sosial yang hierarkis ini membuat order dalam kehidupan ekonomi. Pada risikonya bisnis berkembang. Namun, Granovetter memandang korelasi sosial antar perusahaan di semua level lebih penting ketimbang prosedur otoritas dalam perusahaan. Relasi di semua level sanggup membuat suppliers dan pembeli baru. Pada level tertentu, embeddedness dalam korelasi sosial sanggup menghadirkan trust dan solidaritas. Jaringan sosial yang berdiri diatas modal sosial tersebut pada risikonya bisa berbagi ekonomi dalam hal pasar kerja, entrepreneurship, dan perusahaan.[17]


Embeddedness atau keterlekatan bagi Granovetter lebih ditekankan pada fungsi network atau korelasi sosial. Sebenarnya ada bantuan teori lain yang mendukung gagasan embeddedness dari Granovetter ini. Richard Swedberg menyimpulkan bahwa setidaknya ada 3 bantuan teoritis yang menjadi fondasi dari social embeddedness, yaitu Networks Theory, Organization Theory, Cultural Sociology.[18]


Network theory Granovetter banyak menuai kritik terutama lantaran mereduksi aspek budaya dalam sosiologi ekonomi. Sosiologi budaya baik dalam aspek simbol maupun cultural meaning berdasarkan para pengkajinya, semestinya dilibatkan lantaran mengandung dampak signifikan pada networks yang dikembangkan. Teori organisasi juga berperan dalam menjelaskan hubungan-hubungan ekonomi, contohnya menjelaskan korelasi antara korporasi dengan lingkungan disekitarnya. Teori ini juga menganalisis interplay antara organisasi ekonomi dan organisasi non ekonomi dalam sosiologi ekonomi.


Baca juga Paradigma Sosiologi






Referensi


[1] Granovetter yang dikutip kembali oleh Swedberg, Richard. 2000. Entrepreneurship: The Social Science View, USA, Oxford University Press., hal, 27


[2] Swedberg, Richard. 1991. Major Traditions of Economic Sociology, Annual Review of Sociology, Vol. 17, hal 251


[3] ibid., hal 253-257


[4] Granovetter, Mark. 1985. Economic Action and Social Structure: The Problem of Embeddedness, American Journal of Sociology, Vol. 91, Issue 3, hal 482


[5] Mengenai The Hidden Theory of Embeddedness, baca Carlo Trigilia dalam International Encyclopedia of Economic Sociology, hal, 192-204


[6] op.cit., hal 483-487


[7] Swedberg, Richard. 1991. Major Traditions of Economic Sociology, Annual Review of Sociology, Vol. 17, hal 266


[8] oleh Mark Grannovetter didiskusikan di American Sociological Association pada 1985, diterbitkan oleh American Journal of Sociology pada tahun yang sama.


[9] Atau disebut juga New Sociology of Economic Life, para ekonom menyebutnya New Institutional Economics


[10] Granovetter, Mark. 1985. Economic Action and Social Structure: The Problem of Embeddedness, American Journal of Sociology, Vol. 91, Issue 3, hal 481


[11] Adam Smith dikutip kembali oleh Trigilia, Carlo. 2002. Economic Sociology: State, Market, in Modern Capitalism, UK, Blackwell Publishers, hal 19-23


[12] Istilah ‘Homo Economicus’ dipopulerkan oleh Sosiolog Inggris, John Stuart Mill, didefinisikan sebagai makhluk ekonomi yang bertindak atas dasar aspek untung-rugi secara materi.


[13] Duesenberry, James dalam Granovetter, Mark. 1985. Economic Action and Social Structure: The Problem of Embeddedness, American Journal of Sociology, Vol. 91, Issue 3, hal 485


[14] Granovetter, Mark. 1985. Economic Action and Social Structure: The Problem of Embeddedness, American Journal of Sociology, Vol. 91, Issue 3, hal 487


[15] Granovetter, Mark dalam Haryanto, Sindung. 2011, Sosiologi Ekonomi, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, hal, 43


[16] op.cit., hal 493


[17] ibid., hal 493-504


[18] Swedberg, Richard. 2003. Principles of Economic Sociology, United Kingdom, Princeton University Press, hal, 37-41



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Sosiologi Ekonomi: Definisi Dan Sejarahnya"

Posting Komentar