Mereka Telah Memantapkan Diri Dalam Satu Tujuan

STUDI KASUS MANAJEMEN - MANAJERIAL IMPLICATORS

WHEN YOUR STAR PERFORMER CAN’T MANAGE
    
   Vic, seorang CEO dari perusahaan barang-barang olahraga dalam kasus fiksi ini, sangat menyukai angka-angka. Untuk beberapa tahun sekarang, mereka telah memantapkan diri dalam satu tujuan: Naik. Tapi ada duduk kasus yang terjadi. Tersembunyi dari pandangan publik industri dari snowboard yang paling hambar hingga skate paling panas -  disanalah terdapat sebuah departemen pengembangan produk yang mungkin saja siap untuk membawa kehancuran ibarat menghancurkan sebuah fiberglass murahan.
   Ada satu alasan khusus yang menjadi penyebab ributnya pembicaraan orang-orang yang dengan terencana terus menggerogoti Vic, dan namanya yaitu Linus Carver, ketua pengembangan produk perusahaan,  seorang jenius penggila kerja yang bertanggung jawab atas semua duduk kasus yang terjadi. Dia mengelola semuanya dan telah berhasil mengasingkan beberapa karyawannya, termasuk bagi dua karyawan muda generasi X yang dibawanya masuk. Vic telah terbebani semua hal mulai dari pencurian ide-ide hingga jatuhnya inisiatif tim yang masih tersisa.
   Dari jabatannya sebagai CEO, Vic selalu memperlihatkan pemfokusan kata Tim. Dan beliau bahkan telah melakukan  beberapa  cara untuk mengendalikan sikap Carver – langkah terbarunya yaitu memperlihatkan rekomendasi kepada karyawan bintangnya itu untuk mendapat pelatihan. Tapi vic selalu mengetahui siapa yang beliau hadapi. Singkatnya, beliau sangat bingung.
 
QUESTION:
    
   Bagaimana Vic sanggup menjaga keutuhan tim pengembangan produk dan penjualannya tetap kuat?
 
ANSWER:
    
   Sebagai seorang manajer tertinggi, mempunyai bawahan yang juga seorang manajer yang harus diawasi dan dikontrol tidak jauh berbeda dari mengontrol karyawan sendiri. Manajer pun mempunyai banyak kepribadian, mulai dari yang karismatik, paternialistis, militeristik, dminator, populistis, administratif hingga demokratis. Nah, untuk menghadapi manajer yang dominator, merasa paling benar dan tidak menghargai pendapat bawahan serta bisanya mengkritik, merevisi, kemudian menyampaikan semua inspirasi asli darinya, maka pendekatannya dilakukan kepada manajer serta karyawan. Untuk manajer, ibarat biasa, melalui pendekatan formal (coaching) dan informal (nasehat). Sedangkan khusus pada karyawan yaitu dengan cara mengubah mindset mereka. Sadarkan mereka wacana alasan yang menciptakan manajernya berbuat demikian. Alasan-alasan itu antara lain, karyawan mungkin terlalu banyak bertanya. Karyawan jenis ini justru akan semakin menciptakan dirinya terlihat ndeso dan tidak sanggup apa-apa. Yang kedua, karyawan yang lebih suka membawa duduk kasus daripada solusi. Maksudnya, karyawan jenis ini sebelum mencari solusi untuk duduk kasus yang dihadapinya, beliau justru pribadi membawanya pada sang manajer. Yang ketiga, karyawan yang terlalu menentukan minta maaf daripada berusaha untuk bekerja lebih baik atau memperbaiki kesalahannya. Yang keempat, karyawan yang terlalu emosional dan membesar-besarkan duduk kasus sehingga manajer semakin tidak respek padanya. Yang kelima, karyawan yang bekerja apa adanya. Artinya, jikalau ingin disorot oleh manajer, lakukanlah lebih dari apa yang biasa dilakukan. Yang keenam, minta dan berilah feedback atau umpan balik, puji-pujian sederhana atau masukan-masukan akan menjaga relasi antar karyawan dan manajer. Yang ketujuh, karyawan yang terlalu banyak mengeluh, sehingga merusak suasana lingkungan kerja, dan yang terakhir yaitu karyawan yang pasif. Maksudnya, jadilah karyawan yang proaktif, dan ikutlah bertanggungjawab atas ide-ide yang disampaikan. Jadi, jikalau alasan-alasan tersebut sanggup dihindari, maka baik karyawan ataupun manajer tidak akan mempunyai alasan untuk tidak bekerja dengan bahagia hati.

Sumber http://dasarekonomi.blogspot.com/

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Mereka Telah Memantapkan Diri Dalam Satu Tujuan"

Posting Komentar