Sosiologi Sastra: Pengertian Dan Teorinya

Sosiologi sastra merupakan suatu jenis pendekatan sosiologis pada studi karya sastra. Artikel pada blog ini akan mengulas ihwal apa itu sosiologi sastra dan beberapa pendekatan atau teori sosiologi yang bisa dipakai dalam studi sastra.


Rujukan utama goresan pena ini yaitu bantuan artikel yang ditulis oleh sosiolog Sarah M. Corse berjudul ”Literature and Society” dalam ”Encyclopedia of Sociology” editan Borgatta dan Montgomery. Mari kita simak terlebih dahulu ulasan singkat mengenai pengertian sosiologi sastra.






Pengertian sosiologi sastra


Sosiologi sastra merupakan suatu jenis pendekatan sosiologis pada studi karya sastra Sosiologi Sastra: Pengertian dan TeorinyaMengutip sosiolog Wendy Griswold, Sarah menuliskan bahwa sosiologi sastra menyerupai amoeba, tak mempunyai struktur yang terperinci dalam analisisnya. Secara historis, sosiologi sastra telah menjadi area studi yang cukup terpinggirkan dalam disiplin sosiologi.


Secara umum, sosiologi sastra bisa didefinisikan sebagai studi ihwal kekerabatan antara karya sastra dan masyarakat. Hubungan ini bisa dua arah, yakni bagaimana konteks sosial memengaruhi penulis sastra dalam membangun imajinasinya dan bagaimana implikasi karyanya terhadap kehidupan sosial secara luas.


Pendekatan sosiologi mengindikasikan bahwa sastra tidak lagi bersifat otonom sebagai produk imajiner seorang penulis. Melainkan ada kaitan erat, kekerabatan saling memengaruhi dan timbal balik antara sastra dan masyarakat.


Mengkaji kekerabatan antara sastra dan masyarakat gotong royong bukan fenomena baru. Bukan pula fenomena yang usang vakum. Dari dulu sampai sekarang, banyak intelektual dan filosof masih membaca karya plato ”The Republic”, misalnya, sebagai sebuah karya sastra yang tak lekang zaman.


Sarah M. Corse menuliskan perkembangan sosiologi sastra


”Peningkatan minat studi pada sosiologi sastra dipengaruhi oleh peningkatan studi budaya dan metodologi dalam disiplin sosiologi. Sosiologi telah memperluas batasan metodologisnya dalam rangka membuat resistensi terhadap dominasi positivisme dan peningkatan pandangan alternatif dalam postmodernisme.”


Baca juga Postmodernisme: Definisi Sosiologis






Apa saja pendekatan atau teori sosiologi yang bisa dipakai dalam studi sastra?


Dalam tradisinya, ada beberapa teori sosiologi sastra yang umum digunakan. Berikut ini akan saya paparkan banyak sekali pendekatan yang mapan dalam sosiologi sastra.


Teori refleksi


Sebagaimana yang telah disebutkan diawal, sastra dan masyarakat mempunyai kaitan yang erat. Perspektif klasik sosiologi sastra yaitu meletakkan sastra sebagai isu ihwal masyarakat. Pada level tertentu, sastra bisa dilihat sebagai sumber wangsit tindakan sosial. Pendekatan yang menyampaikan bahwa sastra sanggup dibaca sebagai isu ihwal nilai dan sikap sosial disebut pendekatan refleksi atau teori refleksi.


Teori budaya tinggi/budaya populer


Teori ini menekankan pada pembagian karya sastra menurut selera pembacanya. Beberapa karya sastra digolongkan sebagai budaya tinggi, sisanya budaya populer atau budaya selera rendah. Kaum elit mengonsumsi karya seni tinggi termasuk karya sastra tinggi, sedangkan massa yang jumlahnya banyak mengonsumsi sastra populer. The Frankfurt School, anutan sosiologi bermahzab kritis menguatkan adanya pembagian ini. Menurutnya, budaya massa, dalam hal ini karya sastra populer, mempunyai kekuatan destruktif yang ditujukan pada audiens yang pasif, diproduksi oleh industri budaya kapitalis. Konsumsi sastra terkenal oleh massa merupakan pengalihan pada harapan revolusioner dan emansipatoris.






Teori Produksi Budaya


Teori ini merupakan pendekatan yang bisa dibilang terbaru dibanding kedua pendekatan lainnya yang sudah disebutkan tadi. Inspirasi teori produksi budaya dalam melihat karya sastra tiba dari subdisiplin sosiologi budaya. Dilihat dengan memakai lensa teori ini, karya sastra merupakan objek kultural yang diproduksi untuk membentuk kultur tertentu atau mengorganisir masyarakat atau institusi sosial tertentu. Sastra, dengan demikian, bukan saja produk budaya, tetapi juga memproduksi kultur tertentu dalam kehidupan sosial.


Ketiga pendekatan diatas merupakan tiga teori besar sosiologi yang jamak dipakai dalam studi sastra. Sosiologi sastra merupakan salah satu subdisiplin dalam sosiologi yang makin meningkat popularitasnya. Produksi karya sastra juga terus meningkat, meskipun perspektif komparatif menilai kualitasnya patut dipertanyakan.


Hubungan antara sastra dan masyarakat








Karya sastra mempunyai implikasi sosial yang luas. Sosiologi berusaha memahami semua aspek yang kuat pada kehidupan masyarakat atau bisa disebut implikasi sosialnya. Pertanyaan yang bisa diajukan, misalnya, mengapa suatu karya sastra begitu kuat dibanding yang lain? Mengapa beberapa karya sastra banyak dibaca dan dicetak berulang? Apa yang memilih suatu karya sastra benar-benar dianggap ”sastra” sehingga hanya kalangan tertentu saja yang membaca. Karya sastra tertentu bisa memberi status ”intelek” bagi pembacanya. Dengan demikian terperinci bahwa suatu karya sastra tampak mempunyai otoritas lebih ketimbang yang lain.


Kita ambil teladan salah satu karya sastra terbesar yang berpengaruh, yaitu buku-buku goresan pena Pramoedya Ananta Toer. Kaum intelektual Indonesia bisa dianggap belum ”kiri” apabila belum membaca karya Pram. Buku-buku pram mempunyai dampak besar pada diskursus intelektual kiri. Pengaruhnya tidak hanya di Indonesia bahkan mancanegara. Contoh ini menawarkan adanya kaitan, kekerabatan dan dampak antara sastra dengan diskursus intelektual dan implikasinya pada masyarakat secara luas.


Baca juga Sosiologi Komunikasi



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Sosiologi Sastra: Pengertian Dan Teorinya"

Posting Komentar