Emile Durkheim: Penggagas Sosiologi Modern

Emile Durkheim menjadi salah satu figur kunci dalam sejarah perkembangan sosiologi sebagai ilmu sosial modern. Salah satu bantuan penting Emile Durkheim yaitu dedikasinya dalam memformulasikan sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmiah sehigga sanggup diterima di ranah akademik. Emile Durkheim selama kariernya mengidentifikasikan dirinya sebagai sosiolog profesional di lingkungan universitas. Perkembangan sosiologi modern, terutama dalam aspek metodologi banyak disumbangkan olehnya.







Lahir di Perancis pada 15 April 1858, Emile Durkheim merupakan anak seorang rabi yang taat. Semasa kecil sepertinya Durkheim diarahkan untuk mengikuti jejak ayahnya, sekaligus meneruskan kakeknya dan kakek buyutnya yang juga merupakan seorang rabi. Namun sehabis lulus sekolah, Durkheim merasa tak tertarik, ia meninggalkan keyakinan agamanya dan lebih menentukan menjadi seorang yang humanis dan rasional. Agama lebih banyak dijadikan sebagai objek kajiannya selama karir profesionalnya sebagai akademisi.


Durkehim dikenal sebagai murid cerdas, namun awalnya mengalami kesulitan ketika berusaha masuk ke salah satu sekolah tinggi paling prestisius di Perancis Ecole Normale Superieur. Pada akhirnya, Durkheim diterima di sekolah elit tersebut. Ia berguru filsafat, sejarah, psikologi dan politik dari guru-gurunya yang inspiratif, menyerupai Henri Bergson dan Maurice Blondel. Setelah selesai studi, Durkheim mengawali kariernya dengan menjadi pengajar filsafat di tingkat sekolah menengah pertama. Pada 1887, Emile Durkheim ditunjuk sebagai pengajar ilmu sosial dan pendidikan di University of Bourdieux, dimana ia mengenalkan mata kuliah gres berjulukan ”sosiologi”.


Baca juga: Sejarah Perkembangan Sosiologi







Gelar doktoral dalam bidang sosiologi diperoleh Durkheim dari Universitas Sorbonne di Paris. Desertasinya berjudul ”The Division Labour in Society”, dipublikasi dan kuat secara luas. Durkheim lalu ditujuk untuk menempati dingklik di departemen ”Pendidikan” Universitas Sorbonne pada 1902. Sebelas tahun kemudian, jabatannya di Sorbonne berkembang menjadi pengajar di departemen ”Pendidikan dan Sosiologi”. Perubahan nama ini penting dicatat alasannya yaitu menandai awal proses institusionalisasi disiplin sosiologi di universitas.


Emile Durkheim menjadi salah satu figur kunci dalam sejarah perkembangan sosiologi sebagai Emile Durkheim: Pencetus Sosiologi ModernBerkarier di Sorbonne barangkali menjadi salah satu periode paling gemilang dalam hidupnya. Hal ini dilihat dari pencapaian publikasi yang berhasil mengangkat namanya. Publikasi penting Emile Durkheim mencakup buku-buku yang masih kuat sampai ketika ini, seperti: The Division Labour in Society, The Rules of Sociological Method, dan Suicide. Masterpiece lain yang juga tak kalah kuat berjudul The Elementary Forms of the Religious Life. Durkheim merupakan salah satu sosiolog awal yang melaksanakan studi sosiologis dengan metode saintifik atau ilmiah berdasarkan standar ilmu pengetahuan modern. Kontribusi ini menciptakan dirinya dijuluki sebagai penggerak sosiologi modern.


Salah satu konsep penting yang dikenalkan Email Durkheim dalam studi-studinya yaitu ”fakta sosial”. Menurut Durkheim, sosiologi mempunyai kemampuan untuk menganalisis dunia sosial secara ilmiah dengan cara menginvestigasi fakta sosial. Fakta sosial yaitu tanda-tanda sosial yang eksis di luar diri manusia. Beberapa tanda-tanda sosial yang diteliti oleh Durkheim diantaranya; spesialisasi dan pembagian kerja dalam masyarakat, fenomena bunuh diri, dan ritual keagamaan. Dalam The Division Labour in Society, Emile Durkheim beropini bahwa masyarakat berkembang dari relasi sosial yang sederhana menjadi relasi yang kompleks dan rumit. Durkheim menyebut evolusi tersebut sebagai perubahan sosial dari solidaritas mekanik ke organik.


Baca juga Gejala Sosial: Definisi dan Contohnya







Dalam The Rules of Sociological Method, Durkheim menegaskan kembali bahwa sosiologi sebagai ilmu sosial modern yaitu studi perihal fakta sosial sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Sedangkan studinya mengenai bunuh diri berjudul Suicide mengungkapkan bahwa tingkat bunuh diri seseorang berbeda-beda tiap negara dan kelompok agama tergantung pada seberapa kuat integrasi moral dan solidaritas sosial yang dimiliki. Temuan Durkheim dalam studinya perihal bunuh diri juga banyak menuai kontroversi, diantaranya klaim bahwa menikah ternyata menyengsarakan bagi wanita apabila tidak menghasilkan anak. Klaim tersebut dinilai berdasarkan angka bunuh diri yang relatif tinggi dikalangan wanita yang menikah namun tidak punya anak. Selain itu, klaim lain menyampaikan bahwa bunuh diri ternyata lebih banyak dipicu oleh ledakan ekonomi dibanding revolusi politik dan perang.


Dalam The Elementary Forms of Religious Life, Durkheim meneliti perihal agama totemik dikalangan masyarakat Aborigin dan Amerika. Temuannya memperlihatkan bahwa totem yang berupa konsep, simbol, dan keyakian yang ”sakral” sebagai sebuah representasi kolektif berfungsi memperlihatkan identitas dan solidaritas kolektif antar anggotanya. Bentuk dasar ritual keagamaan, berdasarkan Durkheim yaitu ikatan solidaritas sosial yang didasari oleh representasi kolektif yang ”sakral” dalam keimanan dan ritual yang berjulukan totem.







Konsep fakta sosial yang dikenalkan Durkheim banyak mensugesti beberapa kaum intelektual setelahnya. Misalnya, Claude Levi-Straus memakai fakta sosial sebagai dasar pengembangan analisis struktural dalam mengkaji fenomena sosial. Eksistensi fakta sosial sebagai entitas di luar diri individu dilihat sebagai salah satu faktor determinan yang menentukan sikap sosial individu. Argumen ini menciptakan Emile Durkehim mendapatkan label sebagai teoritisi fungsionalisme struktural dalam ilmu sosial.


Baca juga: Teori Struktural Fungsional



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Emile Durkheim: Penggagas Sosiologi Modern"

Posting Komentar