Max Weber: “Arsitek” Ilmu Sosial Modern
Max Weber dikenal sebagai salah satu intelektual sosial paling besar lengan berkuasa masa 20. Meskipun dianggap sebagai tokoh besar sosiologi, donasi keilmuan Max Weber menjangkau aneka macam disiplin ilmu sosial lainnya, mencakup ilmu hukum, ekonomi, budaya, politik, sejarah dan agama. Saking luasnya efek Weber dalam pengembangan ilmu sosial, tak jarang pembaca mengalami kesulitan memahaminya secara komprehensif. Pembaca karya Weber biasanya akan fokus pada tema tertentu saja untuk sanggup mendalami pemikirannya.
Lahir di Jerman pada 1864, Max Weber yaitu seorang anak dengan latar belakang keluarga yang cukup mapan. Ayahnya seorang politisi dan ibunya bekerja di pemerintahan. Ketika kuliah, Max Weber mengambil jurusan aturan di University of Heidelberg, dilanjutkan dengan studi sejarah dikala sudah berfrofesi sebagai pengacara. Gelar doktoralnya ia peroleh di bidang legal history pada 1889. Lima tahun kemudian, Weber dianugrahi gelar profesor di bidang Ekonomi dari University of Heidelberg. Kariernya sebagai profesor ekonomi berlangsung selama 6 tahun sebelum tetapkan resign sebab menderita depresi.
Bebas kiprah dari universitas justru memberi banyak waktu untuk melaksanakan riset dan mempublikasi beberapa karya ilmiah. Di luar kampus, Weber juga aktif berpolitik. Sebagai contoh, Max Weber tercatat pernah menjadi anggota tim perundingan Perjanjian Versailles sehabis Perang Dunia I. Weber juga pernah terdaftar sebagai anggota komisi pembuat konstitusi Republik Weimar. Lima belas tahun sehabis vakum di kampus, Weber kembali mengajar di Universitas Vienna dan kemudian di Munchen. Di kedua kawasan itu, Weber menjabat sebagai kepala Departemen Sosiologi. Weber dikenal sebagai salah satu bapak sosiologi yang pemikirannya banyak dikutip dan diikuti, sampai membentuk pemikiran yang dikenal dengan ”Sosiologi Weberian”.
Baca juga: Tokoh Sosiologi Klasik
Sebagaimana yang sudah disinggung di awal, cukup sulit memahami satu tema pokok yang paling representatif dari karya Weber. Menjadi kiprah pasukan Weberian untuk menemukan sintesis ide-ide Max Weber yang begitu menyebar. Tak dimungkiri, luasnya cakupan ”tema Weberian” sedikit atau banyak dipengaruhi oleh luasnya latar belakang studi yang didalaminya. Sebagaian intelektual yang studi perihal pemikiran Max Weber menentukan fokus pada karya besarnya berjudul Economy and Society, dimana ia mengenalkan konsepsinya mengenai hubungan antara sosiologi dan ekonomi.
Sebagaian yang lain fokus pada hubungan antara etika dan perkembangan kapitalisme di Barat, termasuk juga etika ekonomi dalam efek agama di Cina, India dan Judaisme kuno. Dalam Science as a Vocation dan Politics as a Vocation, Weber banyak mengulas pandangan personalnya perihal metodologi dan budaya.
Dari donasi di beberapa ”sub-disiplin” yang kelihatannya tak berkaitan erat, kita menerima beberapa konsep, ilham atau teori yang masih banyak menerima kawasan dalam diskusi ilmu sosial hari ini. Misalnya saja, teori perihal birokrasi. Birokrasi berdasarkan Weber merupakan produk rasionalisasi yang memuncak di peradaban modern melalui dominasi aturan-aturan aturan untuk proses administrasi. Tipe ideal berokrasi mengatakan hubungan antarmanusia yang hierarkis, impersonal dan fungsional. Sistem tindakan, dilihat dari pendekatan teori birokrasi, dipandu oleh peraturan tertulis, dilakukan oleh petugas yang memenuhi kriteria khusus melalui pembinaan dan pengejaran karir serta melihat tindakannya sebagai kiprah untuk memenuhi protokol administratif.
Baca juga: Tokoh Sosiologi Modern
Tipe ideal itu sendiri merupakan abstraksi teoritis yang rasional. Suatu versi yang dibesar-besarkan dari realitas sosial. Tipe ideal sanggup dipakai untuk membantu menjelaskan makna simbolik yang diproduksi oleh bintang film melalui tindakan. Birokrasi sebagai wujud rasionalisasi dan tipe ideal sebagai konstruksi aneh pemikiran banyak diadopsi sebagai landasan teoritis dalam studi ilmu-ilmu sosial modern, ibarat ilmu hukum, politik, manajemen dan kebijakan publik. Kontribusi teoritis yang cukup luas ini melahirkan sebutan Max Weber sebagai ”arsitek” teori-teori ilmu sosial modern.
Selain teori birokrasi dan konsep tipe ideal, Weber juga menghasilkan donasi yang krusial dalam bidang metodologi ilmu sosial, khususnya sosiologi. Berbeda dengan dua raksasa lain; Karl Marx dan Emile Durkheim, Weber mempunyai formulasi metodologi sendiri untuk memahami dunia sosial. Formulasi tersebut tidak berhubungan dengan pendekatan yang sudah eksis sebelumnya, ibarat pendekatan konflik dan struktural. Menurut Max Weber, dunia sosial hanya sanggup diketahui melalui pemahaman interpretatif atas makna subjektif tindakan sosial yang dilakukan oleh aktor. Weber membuka diskusi dengan menyatakan bahwa objektivitas dalam ilmu sosial hanya sanggup diperoleh dengan mengrinterpretasi makna simbolik dari tindakan-tindakan yang subjektif. Dengan demikian, objektivitas dibuat oleh interrelasi makna subjektif yang sanggup diperoleh melalui proses yang disebut interpretative understanding (verstehen).
Baca juga: Tokoh Sosiologi Indonesia
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "Max Weber: “Arsitek” Ilmu Sosial Modern"
Posting Komentar