Cara Budidaya Flora Kakao Semoga Sukses
Cara Budidaya Tanaman Kakao Agar Sukses - Tanaman Kakao merupakan tumbuhan perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi bila faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.
Sebagai tananam yang dalam budidayanya memerlukan naungan, maka walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum penanaman kakao tetap diharapkan persiapan naungan. Tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan tumbuhan kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Oleh lantaran itu persiapan lahan dan naungan, serta penggunaan tumbuhan yang bernilai hemat sebagai penaung merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao.
b. Syarat tumbuh tumbuhan kakao
Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi hambatan bagi pertumbuhan. Lingkungan alami tumbuhan kakao ialah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan, suhu udara dan sinar matahari menjadi penggalan dari faktor iklim yang menentukan. Demikian juga dengan faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara.
Ditinjau dari wilayah penanamannya kakao ditanam pada daerah-daerah yang berada pada 10o LU hingga dengan 10o LS. Walaupun demikian penyebaran pertanaman kakao secara umum berada diantara 7oLU hingga 18oLS. Hal ini erat kaitannya dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun. Kakao juga masih toleran pada kawasan 20o LU hingga 20o LS.
Dengan demikian Indonesia yang berada pada 5o LU hingga dengan 10o LS masih sesuai untuk pertanaman kakao. Ketinggian tempat Ketinggian tempat di Indonesia yang ideal untuk penanaman kakao ialah tidak lebih tinggi dari 800 m dari permukaan laut.
Curah Hujan
Curah hujan yang berafiliasi dengan pertanaman dan produksi kakao ialah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal ialah daerah-daerah dengan curah hujan 1.100-3.000 mm per tahun.
Curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun tampakya berkaitan erat dengan serangan penyakit wangi buah (blask pods). Daerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per tahun masih sanggup ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air yang hilang karena transpirasi akan lebih besar dari pada air yang diterima tumbuhan dari curah hujan, sehingga tumbuhan harus dipasok dengan air irigasi.
Di tinjau dari tipe iklimnya, kakao sangat ideal ditanam pada daerah-daerah yang tipenya iklim Am (menurut Koppen) atau B (menurut Scmidt dan Fergusson). Di daerah-daerah yang tipe iklimnya C berdasarkan (Scmidt dan Fergusson) kurang baik untuk penanaman kakao lantaran bulan keringnya yang panjang.
Dengan membandingkan curah hujan diatas dengan curah hujan tipe Asia, Ekuator dan Jawa maka secara umum areal penanaman kakao di Indonesia masih potensial untuk dikembangkan. Adanya pola penyebab curah hujan yang tetap akan menimbulkan pola panen yang tetap pula.
Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap kakao erat kaitannya dengan ketersedian air, sinar matahari dan kelembaban. Faktor-faktor tersebut sanggup dikelola melalui pemangkasan, penataan tanaman pelindung dan irigasi. Temperatur sangat besar lengan berkuasa terhadap pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun.
Menurut hasil penelitian, temperatur ideal bagi tumbuhan kakao ialah 300C - 320C (maksimum) dan 180C-210C (minimum). Kakao juga sanggup tumbuh dengan baik pada temperatur minimum 15o C perbulan. Temperatur ideal lainnya dengan distribusi tahunan 16,60C masih baik untuk pertumbuhan kakao asalkan tidak didapati ekspresi dominan hujan yang panjang.
Berdasarkan keadaan iklim di Indonesia temperatur 250-260 C merupakan temperatur rata-rata tahunan tanpa faktor terbatas. Karena itu daerah-daerah tersebut sangat cocok bila ditanami kakao. Temperatur yang lebih rendah 100 C dari yang dituntut tumbuhan kakao akan menimbulkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang.
Temperatur yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan gugur. Pembungaan akan lebih baik bila berlangsung pada temperatur 230 C. Demikian juga tempertur 26oC pada malam hari masih lebih baik pengaruhnya terhadap pembungaan dari pada temperatur 23o-300 C. Temperatur tinggi selama kurun waktu yang panjang besar lengan berkuasa terhadap bobot biji.
Tempertur yang relatif rendah akan mengakibatkan biji kakao banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dibandingkan dengan suhu tinggi. Pada areal tumbuhan yang belum menghasilkan kerusakan tumbuhan sebagi akhir dari temperatur tinggi selama kurun waktu yang panjang ditandai dengan matinya pucuk. Daun kakao masih toleran hingga suhu 50o C untuk jangka waktu yang pendek. Temperatur yang tinggi tersebut mengakibatkan tanda-tanda necrossis pada daun.
Sinar Matahari
Lingkungan hidup alami tumbuhan kakao ialah hutan hujan tropis yang didalam pertumbuhanya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tumbuhan kakao akan menimbulkan lilit batang kecil, daun sempit, dan batang relatif pendek. Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal mungkin dimaksudkan untuk mendapat intersepsi cahaya dan pencapain indeks luas daun optimum.
Kakao tergolong tumbuhan C3 yang bisa berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada dikala penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20 persen dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya didalam fotosintesis setiap daun yang telah membuka tepat berada pada kisaran 3-30 persen cahaya matahari atau pada 15 persen cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang lebih besar bila cahaya matahari yang diterima lebih banyak.
Air dan unsur hara
Air dan hara merupakan faktor penentu bila mana kakao akan ditanam dengan sistem tanpa tumbuhan pelindung sehingga terus menerus mendapat sinar matahari secara penuh.
Naungan
Pembibitan kakao membutuhkan naungan, lantaran benih kakao akan lebih lambat pertumbuhannya pada pencahayaan sinar matahari penuh. Penanaman kakao tanpa pelindung dikala ini ulet diteliti dan diamati lantaran berafiliasi dengan biaya penanaman maupun pemeliharaan. Penanaman dilakukan dipagi hari pada ekspresi dominan hujan tenyata lebih baik hasilnya kalau sore/malam harinya hujan turun dibandingkan dengan bila hujan yang turun 2 hari kemudian. Dengan demikian, air dan hara memang merupak faktor penentu bila mana cahaya matahari dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi pertanaman kakao.
Tanah
Kakao sanggup tumbuh pada banyak sekali jenis tanah, asalkan persyaratan kimia dan fisik yang berperan dalam pertumbuhan dan produksi tumbuhan kakao terpenuhi. Kemasaman tanah, kadar zat organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sementara faktor fisiknya ialah kedalaman efektif, tinggi permukan air tanah, drainse, struktur dan konsesntensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao.
Sifat kimia
Tanaman kakao sanggup tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai kemasaman pH 6-7.5 tidak lebih tinggi dari 8, serta tidak lebih rendah dari 8. Bahan organik tanah Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah setebal 0-15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1.75 persen unsur karbon yang sanggup menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur.
Untuk meningkatkan kadar zat organik sanggup dipergunakan serasah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao. 900 kg kulit buah kakao menawarkan hara 28 gram urea, 9 kg P, 56.6 kg Mo dan 8 Kg kiserit. Sebaiknya tanah-tanah yang hendak ditanam kakao paling tidak juga mengandung kalsium lebih besar dari 8 me per 100 gram pola tanah da kalsium lebih besar dari 0.24 me per 100 gram pada kedalaman 0-15 cm.
Sifat fisik
Tekstur tanah yang baik untuk tumbuhan kakao ialah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40 persen fraksi liat, 50 persen pasir dan 10-20 persen debu. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat sanggup membuat gerakan air dan udara didalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar.
Tanah tipe latasol yang mempunyai fraksi liat yang tinggi ternyata sangat kurang menguntungkan bagi tumbuhan kakao, sedangkan tanah regosol dengan lempung berliat walaupun mengandung kerikil masih baik bagi tumbuhan kakao. Tanah yang baik drainasenya dengan struktur lempung berliat serta lapisan atas yang kaya akan baha organik cocok sekali bila ditanami kakao. Dengan demikian, tanah-tanah pantai berstekstur liat masih baik ditanami kakao. Dari hasil penelitian sanggup diketahui bahwa pupuk nitrogen yang diberikan pada tanah demikian akan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tumbuhan kakao.
Kedalaman tanah
Di samping faktor fisik diatas, kakao juga menginginkan solum tanah minimal 90 cm. Walaupun ketebalan solum tidak selaulu medukung pertumbuhan, tetapi solum tanah setebal itu sanggup dijadikan aliran umum untuk mendukung pertumbuhan kakao. Kedalaman efektif terutama ditentukan oleh sifat tanah, apakah bisa membuat kondisi yang menjadikan akar bebas berkembang. Karena itu, kedakaman efektif sanggup berkaitan juga dengan air tanah yang mempengaruhi aerasi dalam rangka pertumbuhan dan serapan hara. Untuk itu kedalaman air tanah yang yang disarankan minimal 3m.
Faktor kemiringan lahan sangat memilih kedalaman air tanah. Semakin miring suatu areal, semakin dalam pula air tanah yang dikandungnya. Pembuatan teras pada lahan yang kemiringanya 8 persen dan 25 persen, masing-masing dengan lebar 1m dan 1.5 m. Sedangkan lahan yang kemiringannaya lebih dari 40 persen sebaiknya tidak ditanamai kakao. Di samping faktor terbatasnya air tanah, hal itu juga didasarkan atas kecenderungan yang tinggi tererosi.
Kriteria tanah
Tanah yang digunakan untuk pertanaman kakao sanggup dikelompokkan manjadi 4 kelompok berdasarkan sifat fisik dan kimianya. Keempat kelompok tersebut adalah:
- tanah-tanah yang sesuai
- cukup sesuai
- kurang sesuai
- tidak sesuai
Dengan memutuskan sebaran tingkat pembatas sifat fisik dan kimia tanah, penerapan kriteria tanah tersebut sanggup dijadikan aliran umum bagi rencana penanaman suatu areal apakah sesuai atau tidak bagi pertanaman kakao.
c. Pohon Pelindung
Penanaman pohon pelindung sebelum penanaman kakao bertujuan mengurangi intesnsitas sinar matahari langsung. Bukan berarti bahwa pohon pelindung tidak menimbulkan dilema yang menyangkut biaya, sanitasi kebun, kemungkinan serangan hama dan penyakit, atau kompetisi hara dan air.
Karena itu, jumlah pemeliharaan untuk meniadakan pohhon pelidung pada areal penanaman kakao dikala ini sedang dilakukan. Penanaman pohon kakao secara rapat atau pengurangan pohon pelindung secara bertahap, misalnya, merupakan upaya meniadakan pohon pelindung itu.
Manfaat Pohon Pelindung
Melindungi daun Pohon pelindung sangat besar lengan berkuasa pada terhadap kadar gula pada batang dan cabang kakao. Pengaruh itu mengisyaratkan perlunya pohon pelindung pada areal penanaman yang sebagai faktor yang secara tidak eksklusif mempengaruhi proses fisiologis. Ditinjau dari kemampuan menyerap sinar matahari sebagai sumber energi, kakao masuk kedalam tumbuhan C3, yaitu tumbuhan yang bisa berfotosintesis pada suhu daun rendah. Tanaman yang tergolong C3 membutuhkan temperatur optimum 10-25oC. Dengan demikian dengan adanya pohon pelidung terutama akan mempengaruhi kemampuan daun kakao melaksanakan proses fisiologis.
Menciptakan Iklim Mikro
Disamping itu, pohon pelidung terutama pada areal yang belum menghasilkan memainkan peranan penting pula dalam membuat iklim mikro yang lembab.
Menghindari pembersihan hara
Pohon pelidung juga berperan dalam memperbaiki unsur tanah, mengembalikan hara tercuci, dan menahan terpaan angin terutama pada kakao yang belum menghasilkan.
Memperbaiki Struktur tanah
Peranannya sebagai memperbaiki struktur tanah dikarenakan sistem perakaran pohon pelindung umunya dalam. Pengembalian hara yang tercuci bisa terjagi lantaran adanya guguran daun tumbuhan pelindung yang akan melapuk membentuk senyawa organik.
Kerugian Pohon pelindung
Tetapi mirip disebut di atas pohon pelindung juga sanggup menawarkan imbas yang merugikan.
Kerugian itu berkaitan dengan perbandingan biaya penanaman dan pemeliharaan dengan peranannya sebagai peningkatan produksi, terutama bagi tumbuhan yang menghasilkan. Hasil dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa tanpa pohon pelindung kakao akan menghasilkan buah lebih banyak dari pada kakao yang ada pohon pelindungnya.
Kakao tanpa pohon pelindung yang diberi pupuk menghasilkan biji kering yang lebih tinggi dari pada kakao yang dibei pohon pelindung atau tanpa pupuk. Hasil penelitian itu mengindikasikan bahwa kakao yang telah menghasilkan pada hakikatnya bisa membuat iklim mikro sesuai dengan kebutuhanya. Tajuk yang saling bertemu akan membatasi intensitas matahari eksklusif kesebagian besar daun.
Kerugian lainya dari adanya pohon pelindung ialah timbulnya persaingan dalam mendapat air dan hara antara tumbuhan pelindung dengan kakao tersebut. Persaingan dalam mendapat air dan hara akan sangat tajam terutama pada pohon pelindung yang ditanam lebih rapat dengan kakao yang gres ditanam dilapangan. Kerugian bisa juga timbul mengingat pohon pelindung punya kemungkinan menjadi inang hama Helopeltis sp, mirip tumbuhan pelindung Accasia decurens dan Albissia chinensis.
Jenis pohon pelindung
Pada arel penanaman kakao ada dua jenis pohon pelindung, yaitu:
- Pohon pelindung sementara
- Pohon pelindung tetap.
Pohon pelidung sementara berfungsi bagi tumbuhan yang telah mulai menghasilkan. Untuk memutuskan pohon pelindung yang hendak ditanam maka hal-hal yang berkaitan dengan morfologi daun, letak kedududkan daun, ukuran tipe daun, tipe percabangan maupun ketahan akan hama penyakit, serta sifatnya di dalam absorpsi air dan hara patut diperhatikan.
Bila memungkinkan, pohon pelindung sebaiknya juga dimanfaatkan segi ekonomisnya seghingga areal penanaman kakao dan pohon pelindungnya mempunyai nilai tambah. Pemilihan pohon pelindung kakao dengan kriteria:
- Mudah dan cepat tumbuhnya, percabangan dan daunnya menawarkan proteksi yang baik
- Tidak mengalami masa gugur daun pada ekspresi dominan tertentu
- Mampu tumbuh dengan baik pada tanah-tanah kurang subur dan tidak bersaing dalam hal kebutuhan akan air dan hara
- Tidak gampang terjangkit hama dan penyakit
- Tidak menjadi inang hama dan penyakit
- Tahan akan angin, dan gampang memusnahkannya, bila sewaktu-waktu tidak digunakan lagi
Pohon pelindung sementara yang umum digunakan ialah:
- Maghonia macrophylla
- Albizzi falcata
- Ceiba petranda.
Pada areal penanaman kakao, singkong, dan pisang sering juga digunakan sebagai pohon pelindung sementara. Akan tetapi keduanya mempunyai persaingan akan hara dan air yang sangat tinggi. Saat ini pohon pelindung yang sering gunakan ialah hasil okulasi antara Leucaene glauca sebagai batang bawah dan Leucaene glabrata sebagai batang atas. Hasil okulasi ini tidak menghasilkan biji sehingga tidak mengotori kebun. Pohon okulasi itu dikenal dengan L2, L19 dan L21.
Kekhawatiran penanaman pohon pelindung jenis lamtaro akhir-akhir ini berkaitan dengan ditemukannya hama kutu loncat (Heteropsylla sp) pada habitat tumbuhan tersebut. Serangannya sanggup menimbulkan pohon pelindung gundul sehingga kehilangan fungsinya.
Bikultur & Penjarangan Pohon Pelindung
Penanaman kakao pada areal tumbuhan perkebunan non kakao sering dilakukan. Hal ini berdasarkan atas pemanfaatan tumbuhan perkebunan non kakao tersebut sebagai pohon pelindung bagi kakao. Penanaman kakao diantara barisan kelapa sawit pada awal pertumbuhannya menawarkan hasil yang baik, tetapi masa berbunga dan pertumbuhan selanjutnya menjadi tertekan.
Penanam kakao secara bikultur sebaiknya pada areal tumbuhan kelapa. Kelapa ditanam berjarak 9m x 9m (123 pohon per ha) atau 10.5 m x 10.5m (91 pohon per ha), sedangkan, kakao ditanam di antara dua baris kelapa dengan jarak tanam 3m x 3m (650 pohon per ha).
Penanaman kakao di antara tumbuhan kelapa tersebut dilakukan sehabis tumbuhan kelapa berumur 5 tahun. Sistem bikultur lainnya bagi kakao sanggup juga diterapakan pada areal tumbuhan karet, kapuk atau kopi. Penanaman demikian memerlukan pemeliharaan yang lebih intensif lagi lantaran menyangkut pengelolaan dua tumbuhan sekaligus yang sama-sama menawarkan laba ekonomi.
Penjarang pohon pelindung pada areal tumbuhan kakao yang telah menghasilkan sanggup dilakukan sebagai salah satu perjuangan mengurangi kerugian atau biaya yang telah ditimbulkan pohon pelindung. Yang penting diperhatikan dalam melaksanakan penjarangan pohon pelindung ialah jenis tumbuhan pelindung, umur tumbuhan kakao, faktor tanah, dan iklim.
Jadwal Pekerjaan
Pembersihan untuk penanaman kakao memerlukan kegiatan pekerjaan yang mantap, lantaran pekerjaan ini menyangkut pula penanaman pohon pelindung tetap dan pohon pelindung sementara yang harus ditanam terlebih dahulu. Jadwal pekerjaan pembersihan areal hendaknya dengan memeperhitungkan keadaan musim, sehingga baik pembakaran kayu-kayu maupun pembibitan tumbuhan pohon pelindung tetap, pembibitan kakao, ataupun penanamannya dilapangan tidak sia-sia.
Pembakaran sisa-sisa kayu pada ekspresi dominan hujan atau penanaman pohon kakao pada ekspresi dominan kemarau ialah salah satu pola kekeliruan kegiatan pekerjaan. Pohon pelindung hendaknya ditanam 12-18 bulan sebelum penanaman kakao dilapangan. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa kakao harus sudah dibibitkan 4-6 bulan sebelumnya. Waktu di atas didasarkan pada asumsi waktu yang dibutuhkan pohon pelindung tetap dan pohon pelindung sementara untuk tumbuh sehingga sanggup berfungsi dengan baik.
d. Pedoman Budidaya
Pembersihan Areal
Pembersihan areal dilaksanakan mulai dari tahap survai/pengukuran hingga tahap pengendalian ilalang. Pelaksanaan survai/ pengukuran biasanya berlangsung selama satu bulan. Pada tahap ini, pelaksanaan pekerjaan mencakup pemetaan topografi, penyebaran jenis tanah, serta penetapan batas areal yang akan ditanami. Hasil survai akan sangat penting artinya untuk tahapan pekerjaan lain, bahkan dalam hal penanaman dan pemeliharaan kakao.
Tahap selanjutnya dari pembersihan areal ialah tebas/babat. Pelaksanaan pekerjaan pada tahap ini ialah dengan membersihkan semak belukar dan kayu-kayu kecil sedapat mungkin ditebas rata dengan permukaan tanah, usang pekerjaan ini ialah 2-3 bulan gres kemudian dilanjutkan dengan tahap tebang.
Tahap berikut ini dilaksanakan selama 3-4 bulan, dan merupakan tahap yang paling usang dari semua tahap pembersihan areal. Bila semua pohon telah tumbang tumbangan itu biarkan selama 1-1,5 bulan semoga daun kayu mengering. Areal yang telah bebas dari semak belukar, kayu-kayu kecil, dan pohon besar, apalagi bila gres dibakar, biasanya cepat sekali menumbuhkan ilalang. Seperti diketahui, ilalang merupakan gulma utama dari areal pertanian. Karena itu, pengendaliannya harus dilaksanakan sesegera mungkin, sehingga sedapat mungkin areal telah bebas dari ilalang dikala penanaman pohon pelindung.
Pengendalian ilalang sanggup dilakukan secara manual, kimiawi, maupun mekanis dengan mempertimbanhkan luas areal, ketersedian tenaga kerja, waktu, cuaca, penyaluran materi dan biaya. Tahap pengendalian ilalang ini sanggup dilasanakan selama 2-3 bulan.
Persiapan areal
Pembersihan areal sering juga diakhiri dengan tahap pengolahan tanah. Pengolaan tanah biasanya dilaksanakan secara mekenis. Pengolahan tanah selain dinilai mahal, juga sanggup mempercepat pengikisan lapisan tanah atas.
Penanaman tumbuhan epilog tanah
Untuk mempertahankan lapisan atas tanah dan menambah kesuburan tanah, pembersihan areal terkadang diikuti dengan tahap penanaman tumbuhan epilog tanah. Tanaman epilog tanah biasanya ialah jenis kacangkacangan antara lain Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides, Puerarai j4vanica atau Pologonium caeruleum.
Biji sanggup ditanam berdasarkan cara larikan atau tugal, bergantung pada ketersediaan biji dan tenaga kerja. Jarak tanam kacang-kacangan biasanya diadaptasi dengan jarak tanam kakao yang hendak ditanam. Jika jarak tanam kakao 3 x 3 m maka terdapat 3 baris kacang-kacangan diantara barisan kakao. Bila jarak tanam kakao 4.2 x 2.5 maka akan terdapat dua barisan kacangan dengan jarak 1.2 m. Biji ditanam dengan mempergunakan tugal.
Jarak tanam
Jarak tanam yang ideal bagi kakao ialah jarak yang sesuai dengan perkembangan penggalan tajuk tumbuhan serta cukup tersedianya ruang bagi perkembangan akar. Pemilihan jarak tanam erat kaitannya dengan sifat pertumbuhan tanaman, sumber materi tanam, dan kesuburan tanah. Kakao dengan materi tumbuhan Sca 6 contohnya membutuhkan ruang pertumbuhan tajuk yang lebih kecil dibandingkan dengan klon lainnya.
Dengan kata lain jarak tanam tergantung dari luasan tajuk yang akan dibuat tanaman. Masing-masing klon kakao berbeda dalam bentuk tajuknya. Pada tanah dengan kandungan hara (kesuburan) yang rendah maka jarak tanam yang digunakan lebih lebar, sedangkan pada tanah yang subur jarak tanamnya sanggup dirapatkan.
Tabel 16. Jarak tanam dan jumlah pohon per hektar
Pola Tanam
Kakao sanggup ditanam dibarisan kelapa, kelapa sawit, atau juga karet sebagai tumbuhan intercropping. Kakao juga sanggup ditanam diantara barisan pisang atau singkong yang berfungsi sebagi pohon pelindung sementara. Pola tanam yang diterapkan pada areal demikian umumnya menyesuaikan pola tanam terdahulu.
Untuk mendapat areal penanaman kakao yang sebaik-baiknya dianjurkan untuk memutuskan pola tanam terlebih dahulu. Pola tanam erat kaitannya dengan:
- keoptimuman jumlah pohon per ha
- keoptimuman pohon pelindung
- meminimumkan kerugian yang timbul pada nilai kesuburan tanah.
Ada 3 pola yang dinjurkan adalah:
- Pola tanam kakao segi empat, pohon pelindung segi empat.
- Pola tanam kakao berpagar ganda, pohon pelindung segi tiga.
- Pola tanam kakao berpagar ganda, pohon pelindung segi empat.
Pola Tanam Segi empat
Pada pola tanam segi empat pohon pelindung segi empat tidak terdapat jarak antar dua barisan pohon kakao. Seluruh areal ditanami berdasarkan jarak tanam yang ditetapkan. Pohon pelindung berada tepat berada pertemuan diagonal empat pohon kakao. Pada pola tanam segi empat pohon pelindung segi tiga juga sama. Perbedaannya terletak pada letak pohon pelindung diantara dua gawangan dan dua barisan yang membentuk segi tiga sama sisi.
Pola berpagar ganda
Pada pola tanam berpagar ganda, beberapa berisan pohon kakao dipisahkan dua kali jarak tanam yang telah ditetapkan dengan beberapa barisan pohon kakao berikutnya. Dengan demikian terdapat ruang di antara barisan kakao yang bisa dimanfaatkan sebagai jalan untuk pemeliharaan. Sedangkan pohon pelindung segi tiga dan segi empat sama polanya dengan pola pohon pelindung terdahulu.
Penanaman dan pemeliharaan
Bila jarak tanam dan pola tanam telah ditetapkan dan keadaan pohon pelindung tetap telah memenuhi syarat sebagi penaung,dan bibit dalam polybag telah berumur 4-6 bulan dan tidak dalam keadaab flush, maka penanaman sudah sanggup dilaksanakan. Rencana penanaman hendaknya diiringi pula dengan rencana pemeliharaan sehingga bibit yang ditanam tumbuh dengan baik untuk jangka waktu yang cukup lama.
Penanaman
Dua ahad sebelum penanaman. Lebih dahulu disiapkan lubang tanah berukuran 40cm x 40cm x40cm atau 60cm x 60cm, bergantung pada ukuran polybag. Lubang kemudian ditaburi 1 kg pupuk Agrophos dan ditutupi lagi dengan serasah. Pemberian pupuk tersebut dimaksudkan untuk menyediakan hara bagi bibit yang akan ditanam beberapa ahad kemudian.
Berikan pupuk sangkar yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang. Bibit yang hendak ditanam sebaiknya tidak terlalu sering dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain. Untuk itu diharapkan tempat pengumpulan polybag, contohnya untuk setiap 50 lubang disediakan suatu tempat pengumpulan bibit.
Dengan menyangga polybag ke lubang penanama maka mutu bibit akan jauh lebih terjamin. Teknik penanamannya ialah dengan terlebih dahulu memasukkan polybag ke dalam lubang tanam, sehabis itu dengan memakai pisau tajam polybag disayat dari penggalan bawh ke arah atas. Polybag yang terkoyak sanggup dengan gampang ditarik dan lubang ditutup kembali dengan tanah galian. Pemadatannya dilaksanakan dengan pertolongan kaki. Tetapi disekitar batang dipermukaan tanah haruslah lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penggenangan air disekitar batang yang sanggup mengakibatkan pembusukan.
Bibit yang gres ditanam dilapangan peka akan sinar matahari. Bila tersedia tenaga dan materi yang cukup, bibit sanggup diberi naungan sementara dengan menancapkan pelepah kelapa sawit atau kelapa
di sebelah timur dan barat.
Pemangkasan
Selama masa tumbuhan belum menghasilkan pemeliharaan ditunjukkan kepada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatig yang baik. Disamping itu, pemangkasan pohoh pelindung tetap juga dilaksanakan semoga percabangan dan dedaunnya tumbuh tinggi dan baik. Sedangkan pohon pelindung sementara dipangkas dan akibatnya dimusnahkan sejalan dengan pertumbuhan kakao. Pohon pelindung sementara yang dibiarkan akan membatasi pertumbuhan kakao, lantaran menghalangi sinar matahari serta menimbulkan persaingan denagn tumbuhan utama dalm mendapat air dan hara.
Pemangkasan pohon pelindung sementara
Pohon pelindung sementara harus dipangkas semoga tidak menutupi tumbuhan kakao. Caranya ialah dengan merumpisnya dengan memakai pisau tebang tajam. Pohon pelindung sementara harus tidak lebih tinggi dari 1,5 m semoga tumbuhan kakao mendapat sinar matahari yang sesuai dengan pertumbuhannya. Sisa pemangkasan diletakkan di pinggiran tumbuhan kakao semoga sanggup menekan pertumbuan gulma dan menjadi sumber hara.
Sesuai dengan umur kakao, pohon pelindung sementara dipangkas semakin rendah. Bila percabangan kakao telah tumbuh kearah samping dan dedaunnya sudak cukup lebat, pohon pelindung sementara biasanya tidak tumbuh lagi. Pohon pelindung sementara yang masih hidup harus dimusnahkan, kecuali yang tumbuh di pinggiran jalan utama kebun, yang kelak berfungsi sebagai pagar bagi kakao.
Pemangkasan pohon pelindung tetap
Pohon pelidung tetap dipangkas semoga sanggup berfungsi dalam jangka waktu yang lama. Pemangkasan dilakukan terhadap cabang-cabang yang tumbuh rendah dan lemah. Dengan pemangkasan diharapakan paling tidak cabang terendah pohon pelindung akan berjarak lebih 1 m dari tajuk tumbuhan kakao. Mengingat pohon pelindung tetap sanggup diperbanyak dengan cara vegetatif, maka cabang yang dipangkas sanggup digunakan sebagai bibit stek batang untuk areal tertentu yang pohon pelindung nya telah mati.
Disamping itu pemeliharaan juga dilaksanakan dengan memusnahkan pohon pelindung sementara sejauh 50 cm dari batang pohon pelindung tetap. Dengan demikian pertumbuhannya tidak terhalang dan penyebaran tajuk juga merata. Untuk pohon pelindung tetap yang mempunyai dua cabang utama semenjak awal pertumbuhan sehingga dibiarkan tumbuh hingga satu tahun. Setelah itu satu cabang harus dipotong semoga tidak menawarkan naungan yang terlalu gelap bagi kakao.
Pemangkasan kakao
Bagi tumbuhan kakao, pemangkasan ialah suatu perjuangan meningkatkan produksi dam memepertahankan umur hemat tanaman. Secara umum, pemangkasan bertujuan untuk:
Pada tumbuhan kakao yang belum menghasilkan (TBM), sehabis umur 8 bulan perlu dilaksanakan pemangkasan. Pemangkasan demikian disebut pemangkasan bentuk. Sekali dua ahad tunas-tunas air dipangkas dengan cara memotong tepat dipangkal batang utama atau cabang primer yang tumbuh. Sebanyak 5-6 cabang dikurangi sehinnga hanya tinggal 3-4 cabang saja. Cabang yang dibutuhkan ialah cabang yang simetris terhadap batang utama, kukuh, dan sehat. Tanaman yang cabang-cabang primernya terbuka, sehingga jorket eksklusif terkena sinar matahari, sebaiknya diikat melingkar semoga pertumbuhannya membentuk sudut lebih kecil terhadap batang utama atau tajuk menjadi lebih ramping.
Kadang-kadang dilakukan juga pemangkasan terhadap cabang primer yang tumbuhnya lebih dari 150 cm. Hal ini bertujuan untuk merangsang tumbuhanya cabang-cabang sekunder. Untuk bibit vegetatif, pemangkasan TMB dilaksanakan semoga cabang yang tumbuh tidak rendah. Pemangkasan bentuk dilaksanakan dalam selang waktu dua bulan sekali selama masa TBM.
Bentuk pemangkasan yang bertujuan untuk menggantikan cabang yang patah lantaran angin atau tertimpa cabang pohon pelindung tetap sanggup juga dimasukkan ke dalam pelaksanaan pemangkasan pemeliharaan. Oleh sebagian perkebunan, pemangkasan tersebut dinamakan pemangkasan rehabilitasi yang dilaksanakan dengan memelihara chupon pada ketinggian 25 cm dari jorket.
Pemangkasan Produksi
Bentuk pemangkasan yang lain ialah pemangkasan produksi. Pada pemangkasan ini cabangcabang yang tidak produktif, tumbuh kearah dalam, menggantung, atau cabang kering, menambah kelembapan, dan sanggup mengurangi intensitas matahari bagi daun.
Pemangkasan Pemeliharaan
Di samping pemangkasan bentuk, dikenal juga pemangkasan pemeliharaan yang lebih mengutamakan keseimbangan cabang primer. Chupon harus dipangkas dalam selang waktu dua ahad sekali. Karena bila dibiarkan tumbuh akan menyerap hara sematamata dan menjadi inang beberapa hama. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan cara memotong cabang-cabang sekunder dan tersier yang tumbuhnya kurang dari 40 cm dari pangkal cabang primer ataupun sekunder.
Cabang-cabang demikian bila dibiarkan tumbuh akan membesar sehingga semakin menyulitkan ketetapan pemangkasan. Disamping itu pemangkasan semakin sukar dilaksanakan dan semakin merugikan tumbuhan kakao tersebut.
Pengendalian Hama & Penyakit
Hama
Pola berpagar ganda
Pada pola tanam berpagar ganda, beberapa berisan pohon kakao dipisahkan dua kali jarak tanam yang telah ditetapkan dengan beberapa barisan pohon kakao berikutnya. Dengan demikian terdapat ruang di antara barisan kakao yang bisa dimanfaatkan sebagai jalan untuk pemeliharaan. Sedangkan pohon pelindung segi tiga dan segi empat sama polanya dengan pola pohon pelindung terdahulu.
Penanaman dan pemeliharaan
Bila jarak tanam dan pola tanam telah ditetapkan dan keadaan pohon pelindung tetap telah memenuhi syarat sebagi penaung,dan bibit dalam polybag telah berumur 4-6 bulan dan tidak dalam keadaab flush, maka penanaman sudah sanggup dilaksanakan. Rencana penanaman hendaknya diiringi pula dengan rencana pemeliharaan sehingga bibit yang ditanam tumbuh dengan baik untuk jangka waktu yang cukup lama.
Penanaman
Dua ahad sebelum penanaman. Lebih dahulu disiapkan lubang tanah berukuran 40cm x 40cm x40cm atau 60cm x 60cm, bergantung pada ukuran polybag. Lubang kemudian ditaburi 1 kg pupuk Agrophos dan ditutupi lagi dengan serasah. Pemberian pupuk tersebut dimaksudkan untuk menyediakan hara bagi bibit yang akan ditanam beberapa ahad kemudian.
Berikan pupuk sangkar yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang. Bibit yang hendak ditanam sebaiknya tidak terlalu sering dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain. Untuk itu diharapkan tempat pengumpulan polybag, contohnya untuk setiap 50 lubang disediakan suatu tempat pengumpulan bibit.
Dengan menyangga polybag ke lubang penanama maka mutu bibit akan jauh lebih terjamin. Teknik penanamannya ialah dengan terlebih dahulu memasukkan polybag ke dalam lubang tanam, sehabis itu dengan memakai pisau tajam polybag disayat dari penggalan bawh ke arah atas. Polybag yang terkoyak sanggup dengan gampang ditarik dan lubang ditutup kembali dengan tanah galian. Pemadatannya dilaksanakan dengan pertolongan kaki. Tetapi disekitar batang dipermukaan tanah haruslah lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penggenangan air disekitar batang yang sanggup mengakibatkan pembusukan.
Bibit yang gres ditanam dilapangan peka akan sinar matahari. Bila tersedia tenaga dan materi yang cukup, bibit sanggup diberi naungan sementara dengan menancapkan pelepah kelapa sawit atau kelapa
di sebelah timur dan barat.
Pemangkasan
Selama masa tumbuhan belum menghasilkan pemeliharaan ditunjukkan kepada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatig yang baik. Disamping itu, pemangkasan pohoh pelindung tetap juga dilaksanakan semoga percabangan dan dedaunnya tumbuh tinggi dan baik. Sedangkan pohon pelindung sementara dipangkas dan akibatnya dimusnahkan sejalan dengan pertumbuhan kakao. Pohon pelindung sementara yang dibiarkan akan membatasi pertumbuhan kakao, lantaran menghalangi sinar matahari serta menimbulkan persaingan denagn tumbuhan utama dalm mendapat air dan hara.
Pemangkasan pohon pelindung sementara
Pohon pelindung sementara harus dipangkas semoga tidak menutupi tumbuhan kakao. Caranya ialah dengan merumpisnya dengan memakai pisau tebang tajam. Pohon pelindung sementara harus tidak lebih tinggi dari 1,5 m semoga tumbuhan kakao mendapat sinar matahari yang sesuai dengan pertumbuhannya. Sisa pemangkasan diletakkan di pinggiran tumbuhan kakao semoga sanggup menekan pertumbuan gulma dan menjadi sumber hara.
Sesuai dengan umur kakao, pohon pelindung sementara dipangkas semakin rendah. Bila percabangan kakao telah tumbuh kearah samping dan dedaunnya sudak cukup lebat, pohon pelindung sementara biasanya tidak tumbuh lagi. Pohon pelindung sementara yang masih hidup harus dimusnahkan, kecuali yang tumbuh di pinggiran jalan utama kebun, yang kelak berfungsi sebagai pagar bagi kakao.
Pemangkasan pohon pelindung tetap
Pohon pelidung tetap dipangkas semoga sanggup berfungsi dalam jangka waktu yang lama. Pemangkasan dilakukan terhadap cabang-cabang yang tumbuh rendah dan lemah. Dengan pemangkasan diharapakan paling tidak cabang terendah pohon pelindung akan berjarak lebih 1 m dari tajuk tumbuhan kakao. Mengingat pohon pelindung tetap sanggup diperbanyak dengan cara vegetatif, maka cabang yang dipangkas sanggup digunakan sebagai bibit stek batang untuk areal tertentu yang pohon pelindung nya telah mati.
Disamping itu pemeliharaan juga dilaksanakan dengan memusnahkan pohon pelindung sementara sejauh 50 cm dari batang pohon pelindung tetap. Dengan demikian pertumbuhannya tidak terhalang dan penyebaran tajuk juga merata. Untuk pohon pelindung tetap yang mempunyai dua cabang utama semenjak awal pertumbuhan sehingga dibiarkan tumbuh hingga satu tahun. Setelah itu satu cabang harus dipotong semoga tidak menawarkan naungan yang terlalu gelap bagi kakao.
Pemangkasan kakao
Bagi tumbuhan kakao, pemangkasan ialah suatu perjuangan meningkatkan produksi dam memepertahankan umur hemat tanaman. Secara umum, pemangkasan bertujuan untuk:
- Mendapatkan pertumbuhan tajuk yang seimbang dan kukuh.
- Mengurangi kelembapan sehingga kondusif dari serangan hama dan penyakit.
- Memudahkan pelaksanaan panen dan pemeliharaan.
- Mendapatkan produksi yang tinggi.
Pada tumbuhan kakao yang belum menghasilkan (TBM), sehabis umur 8 bulan perlu dilaksanakan pemangkasan. Pemangkasan demikian disebut pemangkasan bentuk. Sekali dua ahad tunas-tunas air dipangkas dengan cara memotong tepat dipangkal batang utama atau cabang primer yang tumbuh. Sebanyak 5-6 cabang dikurangi sehinnga hanya tinggal 3-4 cabang saja. Cabang yang dibutuhkan ialah cabang yang simetris terhadap batang utama, kukuh, dan sehat. Tanaman yang cabang-cabang primernya terbuka, sehingga jorket eksklusif terkena sinar matahari, sebaiknya diikat melingkar semoga pertumbuhannya membentuk sudut lebih kecil terhadap batang utama atau tajuk menjadi lebih ramping.
Kadang-kadang dilakukan juga pemangkasan terhadap cabang primer yang tumbuhnya lebih dari 150 cm. Hal ini bertujuan untuk merangsang tumbuhanya cabang-cabang sekunder. Untuk bibit vegetatif, pemangkasan TMB dilaksanakan semoga cabang yang tumbuh tidak rendah. Pemangkasan bentuk dilaksanakan dalam selang waktu dua bulan sekali selama masa TBM.
Bentuk pemangkasan yang bertujuan untuk menggantikan cabang yang patah lantaran angin atau tertimpa cabang pohon pelindung tetap sanggup juga dimasukkan ke dalam pelaksanaan pemangkasan pemeliharaan. Oleh sebagian perkebunan, pemangkasan tersebut dinamakan pemangkasan rehabilitasi yang dilaksanakan dengan memelihara chupon pada ketinggian 25 cm dari jorket.
Pemangkasan Produksi
Bentuk pemangkasan yang lain ialah pemangkasan produksi. Pada pemangkasan ini cabangcabang yang tidak produktif, tumbuh kearah dalam, menggantung, atau cabang kering, menambah kelembapan, dan sanggup mengurangi intensitas matahari bagi daun.
Pemangkasan Pemeliharaan
Di samping pemangkasan bentuk, dikenal juga pemangkasan pemeliharaan yang lebih mengutamakan keseimbangan cabang primer. Chupon harus dipangkas dalam selang waktu dua ahad sekali. Karena bila dibiarkan tumbuh akan menyerap hara sematamata dan menjadi inang beberapa hama. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan cara memotong cabang-cabang sekunder dan tersier yang tumbuhnya kurang dari 40 cm dari pangkal cabang primer ataupun sekunder.
Cabang-cabang demikian bila dibiarkan tumbuh akan membesar sehingga semakin menyulitkan ketetapan pemangkasan. Disamping itu pemangkasan semakin sukar dilaksanakan dan semakin merugikan tumbuhan kakao tersebut.
Pengendalian Hama & Penyakit
Hama
- Ulat Kilan (Hyposidea infixaria; Famili: Geometridae), menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat menimbulkan daun muda tinggal urat daunnya saja. Pengendalian dengan Pestona takaran 5-10cc/liter.
- Ulat Jaran/Kuda (Dasychira inclusa, Familia: Limanthriidae). Ulat ini ada bulu-bulu gatal pada penggalan dorsalnya mirip bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman. Pengendalian: dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan Carcelia spp, atau dengan materi kimia.
- Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge). Serangan dilakukan silih berganti lantaran kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup yang merupakan sentra kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta.
- Kutu-kutuan (Pseudococcus lilacinus). Kutu berwarna putih. Simbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan Infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya perusakan ke penggalan buah yang masih kecil, buah terhambat dan akibatnya mengering kemudian mati. Pengendalian: Tanaman terjangkit dipangkas kemudian dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, benalu Coccophagus pseudococci atau mempergunakan materi kimia.
- Helopeltis antonii, Hama ini menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda, bila tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun muda. Serangga sampaumur berwarna hitam, sedang dadanya merah, penggalan mirip tanduk tampak lurus. Ciri serangan: Kulit buah ada bercak-bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta buruk bentuknya dan buah kecil kering kemudian mati. Pengendalian: Pengendalian dilakukan dengan materi kimia dan sanitasi lahan, dan pembuangan buah yang terserang.
- Kakao Mot (Ngengat Buah), Acrocercops cranerella (Famili; Lithocolletidae). Buah muda terjangkit hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak sanggup mengembang dan lengket. Pengendalian: Sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang penggalan bawahnya tetap terbuka (k0nd0misasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana (BVR) dengan cara disemprotkan.
- Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora). Gejala serangan: Dari ujung buah atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan eksklusif mati. Pengendalian: Membuang buah terjangkit dan dibakar, pemangkasan teratur.
- Jamur Upas (Upasia salmonicolor), Penyakit ini menyerang batang dan cabang. Pengendaliannya: Kerok dan olesi batang atau cabang terjangkit dengan pestisida nabati atau kimia, pemangkasan teratur, serangan yang berkelanjutan dipotong kemudian dibakar.
Panen
Saat petik persiapkan rorak-rorak dan koordinasi pemetikan. Pemetikan dilakukan terhadap buah yang masak tetapi jangan terlalu masak. Potong tangkai buah dengan menyisakan 1/3 penggalan tangkai buah. Pemetikan hingga pangkal buah akan merusak alas bunga sehingga pembentukan bunga terganggu dan bila hal ini dilakukan terus menerus, maka produksi buah akan menurun.
Buah yang dipetik umur 5,5 - 6 bulan dari berbunga, warna kuning atau merah. Buah yang telah dipetik dimasukkan dalam karung dan dikumpulkan erat rorak. Pemetikan dilakukan pada pagi hari dan pemecahan siang hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada kerikil hingga pecah. Kemudian biji dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung, sedang kulit dimasukkan dalam rorak yang tersedia.
Pengolahan Hasil
Fermentasi
Tahap awal pengolahan biji kakao. Bertujuan mempermudah menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh biji, merubah warna biji dan mendapat aroma dan cita rasa yang enak.
Pengeringan
Pengeringan biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan semoga tidak terjangkit jamur dengan sinar matahari eksklusif (7-9 hari) atau dengan kompor pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6%.
Sortasi
Untuk mendapat ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan. Syarat mutu biji kakao ialah tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air maksimal 7%, serangan hama penyakit maksimal 3 % dan bebas kotoran.
0 Response to "Cara Budidaya Flora Kakao Semoga Sukses"
Posting Komentar