Amanat Pembina Upacara, Membangun Karakter

Assalamualaikum ww
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, alasannya ialah berkat kuasaNyalah kita bisa berkumpul untuk mengadakan upacara bendera pagi ini.
Yang aku hormati, bapak kepala sekolah, bapak/ ibu wakil kepala sekolah,bapak/ ibu rekan guru, dan bapak / ibu staf/ pegawai, serta anak didik kami yang aku banggakan.

Sebelum aku memberikan amanat saya, izinkan aku terlebih dahulu memberi apresiasi terhadap petugas pengerek bendera pagi ini.Secara umum, petugas hari ini bagus. Terimakasih. Kalian sudah menawarkan yang terbaik untuk upacara kita pagi ini. Walaupun masih ada sedikit kekurangan tadi, tapi jangan berkecil hati, niscaya masih ada kesempatan untuk memperbaikinya.

Baiklah, adapun amanat aku pagi ini berjudul "Membangun Karakter"
 
Anak-anak kami yang kami banggakan..!

Jika melihat fenomena yang terjadi pada generasi muda bangsa Indonesia dikala ini kondisinya sangat memprihatinkan. Banyak generasi muda yang terlibat tindak kriminalitas, gampang mengalah pada keadaan dan bersifat manja.
Untuk membangun huruf generasi muda semoga menjadi lebih baik tidak ada salahnya kalau kita bercermin kepada bangsa Jepang. Ada 10 resep yang menciptakan Bangsa Jepang menjadi negara yang maju dan sukses, yaitu :

1. KERJA KERAS
Sudah menjadi diam-diam umum bahwa bangsa Jepang ialah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang ialah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika yaitu 1957 jam/tahun. Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah kendaraan beroda empat dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk menciptakan kendaraan beroda empat yang bernilai sama. Di kampus, professor juga biasa pulang malam (tepatnya pagi), menciptakan mahasiswa nggak yummy pulang duluan. Fenomena Karoshi (mati alasannya ialah kerja keras) mungkin hanya ada di Jepang.

2. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. “Mengundurkan diri” ialah hal biasa bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat dilema korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Orang Jepang secara otomatis akan membentuk antrian dalam setiap keadaan pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk menggunakan toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka aib terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi akad umum.

3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup ekonomis dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam aneka macam bidang kehidupan. Banyak keluarga Jepang yang tidak mempunyai mobil, bukan alasannya ialah tidak mampu, tapi alasannya ialah lebih ekonomis menggunakan bus dan kereta untuk bepergian. Professor Jepang juga terbiasa naik sepeda bau tanah ke kampus, bareng dengan mahasiswa-mahasiswanya.

4. LOYALITAS
Loyalitas menciptakan sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan hingga pensiun. Kota Hofu mungkin sebuah pola nyata. Hofu dulunya ialah kota industri yang sangat tertinggal. Loyalitas penduduk untuk tetap bertahan (tidak pergi ke luar kota) dan punya komitmen bersama untuk bekerja keras siang dan malam risikonya mengubah Hofu menjadi kota makmur dan modern. Bahkan dikala ini kota industri terbaik dengan produksi kendaraan mencapai 160.000 per tahun.

5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Teknik perakitan kendaraan roda empat bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa membuatkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.


6. PANTANG MENYERAH
Sejarah pertanda bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak menciptakan Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Rentetan peristiwa terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen).

7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda tiba ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik belum dewasa maupun cukup umur sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. 

8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga ibarat itu, mengerjakan kiprah mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok.

9. MANDIRI
Sejak usia dini belum dewasa dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak aku yang paling gede sempat mencicipi masuk Taman Kanak-kanak (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas Sekolah Menengan Atas dan masuk dingklik kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang bau tanah yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak menciptakan bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya wanita yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai dikala ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai dikala ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat usulan dari orang lain. Kaprikornus kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena ”hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang. Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras alasannya ialah masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapat pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.


Sumber http://indrabayang.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Amanat Pembina Upacara, Membangun Karakter"

Posting Komentar