√ Budaya Zaman Perundagian
Versi materi olah Marwan S
Masa perundagian merupakan masa perubahan besar dalam hasil-hasil kebudayaan. Pada masa perundagian ini, insan Indonesia telah banyak membuat hasil-hasil kebudayaan, terutama yang berwujud benda atau alatalat dengan teknologi tinggi. Pada masa perundagian ini, orang-orang Indonesia menyebarkan teknologi yang tinggi dalam mengolah sumber daya alam. Masa perundagian yang dibagi ke dalam tiga zaman yaitu zaman tembaga, zaman perunggu dan zaman besi. Tetapi telah kita ketahui bahwa di Asia Tenggara, khususnya Indonesia tidak dikenal adanya zaman tembaga. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya artefak-artefak yang dibentuk dari tembaga.
Masa perundagian dibagi menjadi zaman perunggu dan zaman besi. Pada zaman perunggu, orang-orang Indonesia banyak menghasilkan benda atau alat-alat yang memakai teknologi tinggi. Berkembangnya teknologi pada zaman perunggu ini lantaran ditemukannnya penemuan-penemuan gres berupa teknik peleburan, pencampuran, penempaan dan pencetakan jenis-jenis logam. Di Indonesia zaman logam tersebut dikenal dengan zaman perunggu. Kepandaian untuk memakai barang-barang logam harus dikuti dengan kepandaian teknis perihal cara-cara pengerjaan bahan-bahan logam tersebut.
Perkembangan kebudayaan perunggu di Indonesia agak kemudian. Hal ini terbukti dengan adanya hasil penelitian arkeologis, bahwa penggunaan logam itu gres berkembang pada beberapa kala sebelum masehi. Menurut Von Heine Gudern pendukung kebudayaan perunggu tiba ke Indonesia kurang lebih 500 tahun Sebelum Masehi. Sebagai nenek moyang bangsa Indonesia yang disebut Dentero Melayu atau Melayu Muda dan sebelumnya bangsa proto Melayu atau Melayu bau tanah zaman Neolithikum.
Benda-benda perunggu itu ditemukan di Indonesia mengatakan adanya persamaan dengan inovasi di Dongson, yakni mengenai bentuk dan ragam hiasnya. Dari kesamaan tersebut lalu menyebabkan dugaan, bahwa dalam hal pengembangan budaya perunggu di Indonesia terdapat hubungan dengan di Dongson (Vietnam). Hal ini didukung oleh pendapat bahwa kebudayaanperunggu berasal dari daratan Asia yang disebut kebudayaan Dongson. Pada masa ini seni kerajinan muncul dalam bentuk perhiasan, benda-benda upacara, dan benda-benda keperluan sehari-hari. Bahan yang dipakai untuk kerajinan itu yaitu batu, kulit, kerang, tanah liat, perunggu, besi, emas, dan kaca. Dari bahan-bahan yang berbeda itu, mengatakan adanya perbedaan tingkat teknologi pembuatannya dan tingkat keterampilan pembuatannya. Semula teknologi pembuatan alat-alat keperluan sehari-hari tersebut dilakukan dengan cara pengurangan. Kemudian berkembang dengan teknologi penambahan dan percampuran, contohnya dalam pembuatan gerabah dan teknik tuang logam.
Jenis pelengkap yang dikenal pada masa itu yaitu gelang, bandul kalung, dan manik-manik. Adapun benda-benda upacara berupa nekara, kapak perunggu, senjata besi, dan gerabah. Tentu saja benda-benda itu tidak hanya mempunyai fungsi estetis dan religius saja. Akan tetapi, juga sanggup berfungsi praktis, mirip untuk alat tukar dan alat bantu kegiatan insan sehari-hari.
Nekara sebagai hasil dari seni kerajinan, mempunyai bentuk unik dengan contoh hias yang kompleks. Bentuk nekara umumnya tersusun dalam tiga bagian. Bagian atas terdiri dari bidang pukul datar dan pecahan pundak dengan pegangan. Bagian tengah merupakan merupakan silinder dan pecahan bawah berbentuk melebar. Pola hias yang terdapat di nekara ini pada umumnya berbentuk contoh hiasgeometrik dengan beberapa variasinya, contohnya contoh hias tersusun, contoh hias lilin, dan contoh hias topeng. Nekara perunggu yang berukuran kecil dan ramping disebut moko atau mako.
Benda-benda perunggu lainnya yang termasuk dalam seni kerajinan yaitu kapak perunggu. Bentuk kapak ini bermcam-macam, mirip jenis ekor burung seriti, jenis pahat bertangkai, dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, Selayar, Bali, flores, Maluku, Timor-Timur hingga Irian Jaya. Di antara semua temuan kapak itu terdapat kapak yang mempunyai contoh hias yang sangat indah. Pola hias yang terdapat dalam kapak yang ditemukan di Pulau Roti, berbentuk topeng dengan tutup kepala yang ibarat kipas. Begitu juga kapak jenis candrasa yang ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur mempunyai contoh hias geometrik pilin, garis-garis, dan contoh tangga.
Benda-benda perunggu itu ditemukan di Indonesia mengatakan adanya persamaan dengan inovasi di Dongson, yakni mengenai bentuk dan ragam hiasnya. Dari kesamaan tersebut lalu menyebabkan dugaan, bahwa dalam hal pengembangan budaya perunggu di Indonesia terdapat hubungan dengan di Dongson (Vietnam). Hal ini didukung oleh pendapat bahwa kebudayaan perunggu berasal dari daratan Asia yang disebut kebudayaan Dongson.
Pada masa perundagian telah banyak hasil-hasil kebudayaan yang bernilai tinggi. Hasil-hasil kebudayaan yang terdapat pada masa ini berwujud pandangan gres atau gagasan, norma-norma atau peraturan, dan acara sosial maupun wujud kebendaan. Berbagai hasil-hasil kebudayaan yang diwujudkan ke dalam tiga bentuk tersebut sanggup kita temukan. Dari keseluruhan hasil-hasil kebudayaan pada masa perundagian, sebagaian besar hasil-hasil tersebut berwujud benda-benda berupa alat-alat. Sedikit sekali hasil kebudayaan pada masa ini yang berwujud norma dan peraturan.
Banyaknya hasil-hasil kebudayaan masyarakat pada masa perundagian berwujud benda yang terdiri dari banyak sekali macam alat-alat disebabkan lantaran pada masa perundagian ini insan telah mengenal teknologi yang lebih bersifat modern dan mempunyai keahlian untuk membuat alat-alat tersebut. Pada masa perundagian kemahiran membuat alat-alat semakin berkembang sebagai akhir terjadinya golongan-golongan dalam masyarakat yang bertugas secara khusus membuat alat-alat. Pada masa perundagian, teknologi pembuatan benda-benda makin meningkat, terutama sehabis ditemukannya adonan antara timah dan tembaga yang mengahasilkan logam perunggu.
Di Indonesia penggunaan logam perunggu mulai dipakai beberapa kala sebelum masehi. Berdasarkan temuan-temuan arkeologik, Indonesia hanya mengenal alat-alat yang dibentuk dari perunggu dan besi. Benda-benda perunggu yang ditemukan di Indonesia mengambarkan persamaan dengan temuan-temuan di Dongson (Vietnam), baik bentuk maupun contoh hiasannya. Hal ini menyebabkan dugaan perihal adanya hubungan budaya yang berkembang di Dongson dengan di Indonesia.
Suatu kemahiran gres pada masa perundagian yaitu kepandaian menuangkan logam. Teknik melebur logam merupakan teknik yang tinggi, lantaran pengetahuan semacam itu belum dikenal dalam masa sebelumnya. Logam harus dipanaskan sehingga mencapai titik lebur, lalu gres dicetak menajadi majemuk jenis pekakas atau benda lain yang diperlukan. Teknik pembuatan benda-benda perunggu ada dua macam, yaitu dengan cetakan setangkup (bivalve) dan cetak lilin (a cire perdue). Cetakan setangkup, yaitu cara menuangkan dengan membuat cetakan dari batu. Teknik ini dilakukan untuk benda-benda yang tidak mempunyai bagianbagianyang menonjol.
Sumber http://www.ssbelajar.net/
0 Response to "√ Budaya Zaman Perundagian"
Posting Komentar