√ Nyalakan Bisnis Lilin Hias Meski Desa Keramas Sempat Dihempas Krisis
Aroma bisnis lilin hias pernah melejit di wilayah Keramas, Gianyar beberapa tahun silam. Banyak penduduk yang tertarik menggeluti dan berkecimpung mengais rezeki dari perjuangan lilin hias dengan aroma wangi, mengharap nyala bisnis dari perjuangan ini. Namun sayang tak semuanya bisa langgeng, alasannya ialah sebagian besar perajin lilin hias di Desa Keramas justru tersungkur dan tidak bisa bangun lagi ketika ada krisis menghadang.
Namun tidak demikian dengan Komang Yatik, pemilik perjuangan Bali Ayu ini tetap bertahan memproduksi beraneka jenis lilin hias semenjak tahun 1998 di wilayah Desa Keramas, Gianyar – Bali. Bisnis lilin hias ini dirintis ketika Yatik gres berusia 20 tahun. Kala itu ia terinspirasi memulai perjuangan sesudah mengenal beberapa orang wisatawan absurd yang sangat berminat dengan aneka macam kreasi bagus lilin hias Bali.
“Usaha ini bermodalkan Rp 10 juta. Sebagian besar untuk membeli materi baku, alasannya ialah harus didatangkan dari luar Bali,” kata Yatik.
Lilin Hias Bentuk Bunga Paling Diminati
Setelah materi baku didapatkan, maka aneka macam kreasi lilin pun diciptakan. Jenis-jenis lilin hias yang Ia produksi menyerupai bunga kamboja, mawar, teratai, atau kembang sepatu. Aroma lilin pun bervariasi, mulai dari buah-buahan menyerupai stroberi, apel, dan citrus, hingga aroma bunga-bungaan (mawar, lavender, hingga melati), termasuk bacin rempah-rempahan menyerupai cinnamon, cedarwood, sandalwood, atau bacin rumput alang-alang yang menyegarkan. Semua lilin hias ini dikemas bagus dan siap dipasarkan ke konsumen.
Kemasan lilin ada yang dibungkus plastik dengan ikatan pita di atasnya. Atau diwadahi gelas, sehingga bisa dipakai sebagai cendera mata program ulang tahun atau pernikahan. Sebagai pemanis, kadang ada tambahan ornamen bunga kering semoga tampilan lilin makin menarik.
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="5485024081"
data-ad-format="link">
Dikatakan Yatik, bisnis kerajinan lilin Bali tergolong tidak sulit memasarkan alasannya ialah sudah mempunyai merek sendiri di kalangan wisatawan lokal maupun mancanegara. Lilin ini bisa dipakai sebagai hiasan atau pengharum ruangan, aromaterapi ketika yoga, dan yang tidak kalah populer, lilin ini menjadi salah satu buah tangan favorit khas Bali.
“Harga lilin ini variasi. Ada yang kecil-kecil, harga Rp 500 per pieces. Hingga maksimal ada yang harganya Rp 100 ribu/pieces. Sampai ketika ini yang banyak diminati yang bentuk dan aromanya frangipani atau kamboja. Mungkin mengingatkan pada Pulau Bali, yang memang banyak ditumbuhi pohon kamboja,” katanya.
Tetap Mampu Bertahan di Tengah Lesunya Ekonomi Bali
Yatik melanjutkan, hingga kini, konsumen yang membeli lilin khusus buatan Bali Ayu ialah orang-orang asing, alasannya ialah dipasarkan di pusat art shop di Tegallalang. Di Tegallalang Yatik mempunyai art shop, sehingga tidak lagi mengandalkan titip jual kepada sejumlah pemilik perjuangan kerajinan.
Mengingat letak art shop yang strategis, sehingga peminat luar negeri pun bisa melihat aneka macam kreasi lilin Bali Ayu dengan leluasa, sehingga banyak yang berminat. Malah, sebagian ialah ‘buyer’ absurd yang membeli dalam jumlah banyak untuk diperdagangkan kembali di negaranya masing-masing.
“Omzet ya bisalah Rp 20 juta. Kalau ramai bisa lebih sedikit, tapi yang niscaya semoga perjuangan ini bisa terus eksis saja, alasannya ialah menjadi referensi hidup 20-an karyawan. Karena di Keramas sendiri, tidak sedikit perajin lilin yang sudah gulung tikar,” katanya seraya menambahkan, penyebab gulung tikar, salah satunya kelesuan ekonomi dunia dan imbas meledaknya bom Bali beberapa waktu lalu.
Menurut dia, hingga sekarang usahanya bisa berjalan dikarenakan telah mempunyai sejumlah pelanggan, mengingat bisnisnya sudah dijalani usang semenjak tahun 1998. Di samping itu, tugas mempunyai art shop sendiri, menjadi urat nadi penjualan produk Bali Ayu. Belakangan, beberapa pemilik perjuangan di sejumlah pasar seni pun banyak memesan kerajinan lilin Bali Ayu, mengingat sudah dikenali mutu produknya.
“Saya juga telah mengembangkan sabun spa dan beberapa produk spa lain. Sabun-sabun Bali Ayu pun ternyata diterima pasar, menyerupai halnya bisnis lilin hias ini. Meski sudah banyak produk sabun dan lilin buatan perajin Bali, tapi saya tetap yakin setiap orang mempunyai rezeki sendiri-sendiri asal tidak mau berpangku tangan saja,” katanya.
Tim Liputan BisnisUKM
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="7037953167">
(/Vivi)
Kontributor BisnisUKM.com Wilayah Bali
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "√ Nyalakan Bisnis Lilin Hias Meski Desa Keramas Sempat Dihempas Krisis"
Posting Komentar