√ Awas! Tak Semua Kemasan Produk Masakan Kondusif Bagi Kesehatan
Jika ada peribahasa yang menyampaikan jangan menilai sesuatu dari bungkusnya, tampaknya ini tak berlaku di kalangan masyarakat kita. Pasalnya, hampir semua konsumen di Indonesia tertarik melaksanakan pembelian sehabis melihat kemasan produk yang digunakan.
Sayangnya, tidak semua kemasan produk kuliner yang tampilannya menarik sudah niscaya kondusif untuk kesehatan. Sebab, hingga dikala ini tingkat kesadaran produsen akan kualitas kemasan produk masih sangat rendah. Rata-rata pelaku UKM hanya fokus pada harga kemasan yang paling murah, tanpa memperhatikan faktor keamanannnya untuk kesehatan.
“Ini yang jadi problem di Indonesia. Masyarakat belum terbiasa dengan kemasan pangan yang aman. Mereka mengganggap asalkan bersih, cetakannya bagus, harganya murah pribadi diambil,” kata Sekretaris Utama Badan Standardisasi Nasional (BSN) Puji Winarni dalam diskusi SNI di Jakarta, dikutip dari www.jpnn.com.
Bahkan, para pelaku bisnis waralaba kuliner dan minuman yang ada di Indonesia sebagian besar memakai kemasan produk dari materi daur ulang. Padahal, mestinya kemasan daur ulang tidak dipergunakan untuk mengemas produk kuliner alasannya mengandung zat kimia berbahaya.
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="5485024081"
data-ad-format="link">
“Yang menciptakan kami prihatin, perusahaan waralaba yang populer dan populer diseluruh dunia juga memakai kemasan pangan berbahaya. Dampaknya memang tidak pribadi dirasakan dalam waktu pendek, tapi diakumulasi hingga jangka panjang. Apalagi untuk bawah umur akan sangat berbahaya,” tuturJessica Yonaka, selaku Humas dan Hubungan Internasional Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI).
Fakta ini didukung sehabis diperoleh data dari Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), yang menyebutkan bahwa 80 persen kemasan produk kuliner yang beredar di lapangan tidak kondusif untuk kesehatan.
Cara Membedakan Kemasan Makanan yang Aman
Untuk membedakan kemasan makanan yang kondusif dan tidak, bergotong-royong bisa dilakukan secara kasat mata. Biasanya kemasan kuliner yang aman berwarna putih higienis tanpa bercak. Sedangkan kemasan pangan berbahaya, berwarna cokelat atau abu-abu.
“Proses pembuatan kemasan pangan yang kondusif biasanya tidak menjadikan bercak tinta, menyerupai kemasan donut. Sedangkan kemasan berbahaya biasanya lewat proses daur ulang. Kertas maupun karton bekas didaur ulang menjadi kemasan. Bentuknya berbeda tapi warnanya tidak dapat dihilangkan,” ungkap Jessica Yonaka, kepada www.jpnn.com.
BSN sendiri bergotong-royong juga sudah mengeluarkan kriteria kertas dan karton yang memenuhi SNI. Yaitu jenis kertas kemasan primer yang dipakai untuk membungkus produk makanan. Sedangkan kertas kemasan kuliner dibagi dua macam, kertas kemasan gramatur rendah dan tinggi. Yang dimaksud kemasan primer disini yaitu materi yang bersentuhan pribadi dengan pangan.
Untuk kemasan produk kuliner jenis kertas dan karton yang memenuhi SNI adalah lulus uji sesuai persyaratan dengan parameter fisik mencakup gramatur, kekauan, ketahanan ikatan antar lembaran, ketahanan tarik, dan daya serap air. Selain itu produk juga telah lolos uji parameter yang terkait aspek keamanan, kesehatan, dan keselamatan lingkungan (K3L) yaitu kandungan logam berat, kandungan formaldehid, kandungan pentaklorofenol, migrasi total, dan migrasi senyawa ftalat.
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="7037953167">
Karena zat kimia pada kemasan daur ulang cukup berbahaya untuk kesehatan konsumen, sebagai produsen kau wajib tahu wacana pentingnya pemilihan materi kemasan. Jangan hingga alasannya persaingan harga, kau tak memperhatikan kualitas kemasan pada produk makanan.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "√ Awas! Tak Semua Kemasan Produk Masakan Kondusif Bagi Kesehatan"
Posting Komentar