√ Pelaku Perjuangan Masakan Ingin Kemasan Produk Apik Tapi Terkendala Modal


 perjuangan kuliner kemasan hingga ketika ini masih menghadapi banyak hambatan √ Pelaku Usaha Makanan Ingin Kemasan Produk Apik Tapi Terkendala ModalMeski terus berkembang, perjuangan kuliner kemasan hingga ketika ini masih menghadapi banyak kendala. Selain permasalahan modal, problem lain terkait proses sertifikasi oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) juga menjadi hambatan pengusaha kuliner untuk naik kelas menciptakan kemasan produk.





Kondisi ini mengemuka dalam pembukaan Puncak Acara Bulan Teknologi 2017 BPTBA Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia (LIPI) di Taman Pintar, Kota Yogyakarta.


“Pelaku perjuangan kuliner tradisional yang menginginkan produknya dikemas supaya tahan usang biasanya tidak mempunyai persyaratan utama sebagai tubuh usaha, menyerupai SIUP dan IMB. Ini memang perlu solusi cepat dari semua pihak,” kata Kepala Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam BPTBA LIPI Hardi Julendra.


Saat ini, BPTBA LIPI hanya membantu tahap penelitian dan proses memasak semoga kuliner tradisional bisa bertahan lebih dari satu tahun ketika dikemas kalengan sehingga bisa dibawa ke mana saja.

style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="5485024081"
data-ad-format="link">



Sejak 2009, BPTBA LIPI telah berhubungan dengan 30 UKM dan melahirkan 42 produk kuliner kemasan tradisional nusantara. Makanan tradisional yang telah dikemas kalengan antara lain gudeg, rawon, brongkos, mangut lele, rendang, keumamah (ikan kayu Aceh), tempe bacem, tempe kari, dan oseng-oseng mercon.


“Satu referensi kesuksesan pengemasan kuliner tradisional yang sudah dikenal hingga luar negeri ialah gudeg kaleng Bu Tjitro,” ujarnya.


LIPI melihat pengemasan kuliner tradisional mendorong keragaman konsumsi pangan di banyak sekali kawasan dan bisa memperkuat identitas masakan Indonesia.


Deputi Bidang Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fadjar Hutomo menyampaikan bisnis rintisan pengemasan kuliner tradisional punya pasar besar di Indonesia dan perlu segera digarap.


“Peluang besar ini didasarkan jumlah kuliner tradisional di Indonesia yang ratusan dan sebagian besar bisa dikemas hingga tahan usang dan menarik,” ujar Fadjar.


Melihat besarnya pasar ini, Bekraf melalui bidang penemuan dan kreativitas produk memberi dukungan kepada para pengusaha kuliner tradisional yang ingin mengemas kuliner terutama dalam hal desain dan tampilan.


Sayangnya, kata Fadjar, kalangan UKM kuliner tradisional kesulitan mengakses dukungan modal untuk memulai perjuangan rintisan atau start up. Akibatnya, hingga kini pelaku perjuangan kuliner tradisional yang memasarkan produknya dalam kemasan masih sangat sedikit.


“Pemodalan pada perjuangan rintisan inilah yang kini kami sedang pikirkan untuk mencari solusi bersama,” lanjut Fadjar.

style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="7037953167">



Puncak Bulan Teknologi BPTBA LIPI 2017 dilaksanakan pada 8-10 September di Taman Pintar Yogyakarta. Selama program digelar sejumlah acara menyerupai bazar kuliner tradisional, lokakarya desain kemasan makanan,  unjuk bincang, lomba anak- anak, dan donor darah.


SUMBER




Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "√ Pelaku Perjuangan Masakan Ingin Kemasan Produk Apik Tapi Terkendala Modal"

Posting Komentar