Sejarah Kota Ambon (5): A. Th. Manusama, Penulis Populer Mangangkat Nama Tokoh Multatuli; Sutan Casajangan Di Ambon 1918
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini
Selain JH Wattimena, satu lagi tokoh penting dari Ambon yang namanya tidak tercatat dalam Sejarah Ambon ialah A. Th. Manusama. JH Wattimena cukup banyak meninggal jejak dalam pendidikan, A. Th. Manusama, sebaliknya justru banyak meninggalkan banyak tulisan. Dari tulisan-tulisanya, A. Th. Manusama ialah seorang nasionalis (lambat laun berseberangan dengan pemerintah Hindia Belanda).
Selain JH Wattimena, satu lagi tokoh penting dari Ambon yang namanya tidak tercatat dalam Sejarah Ambon ialah A. Th. Manusama. JH Wattimena cukup banyak meninggal jejak dalam pendidikan, A. Th. Manusama, sebaliknya justru banyak meninggalkan banyak tulisan. Dari tulisan-tulisanya, A. Th. Manusama ialah seorang nasionalis (lambat laun berseberangan dengan pemerintah Hindia Belanda).
Bataviaasch nieuwsblad, 11-11-1916 |
.
Pada masa ini nama A. Th. Manusama hanya dikaitkan dengan roman Njai Dasima. Kiprah A. Th. Manusama tidak hanya itu, A. Th. Manusama ialah seorang tokoh masa lampau yang mempunyai bobot tersendiri. Siapa A. Th. Manusama? Sulit menemukannya. Untuk itu, artikel ini akan mendeskripsikannya. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
A. Th. Manusama Mengangkat Nama Multatuli (1916)
Tidak ada orang pribumi yang membericarakan Multatuli, tiba-tiba A. Th. Manusama menulis ihwal keberadaan Multatuli di Ambon. A. Th. Manusama menulis artikel di surat kabar Bataviaasch nieuwsblad, 11-11-1916 dengan judul Multatuli op Ambon. A. Th. Manusama menulis, Multatuli sebagai hakim yang adil. Para orang renta di Ambon menyebut Edward Douwes Dekker menyebutnya sebagai Toean Magistraat Dekker daripada sekadar Toean Asisten Residen. A. Th. Manusama mencatat, di dalam peradilan, Edward Douwes Dekker tidak sanggup dibeli, pejabat yang higienis dan tidak sanggup dipengaruhi oleh kaum borjuis.
Edward Douwes Dekker diangkat sebagai Asisten Residen di Ambon pada tahun 1851. Asisten Residen (biasanya) ialah ketua pengadilan penduduk pribumi (Landraad). Namun tidak usang di Ambon, Asisten Residen Edward Douwes Dekker jatuh sakit dan kembali ke Belanda dengan status cuti sakit. Pada tahun 1860 Edward Douwes Dekker menulis novel berjudul Max Havelaar dengan nama samaran Multatuli. Novel ini menjadi gempar di Belanda dan di Hindia Belanda. Novel ini menyorot kekejaman dan ketidakadilan oleh orang-orang Belanda di Hindia terhadap penduduk. Nama Multatuli inilah yang lalu ditulis A. Th. Manusama untuk menggambarkan sosok Asisten Residen Edward Douwes Dekker di Ambon dalam memori kolektif penduduk Ambon sebagai Toean Magistraat Dekker. Edward Douwes Dekker meninggal di Jerman, 1887.
Namun apa yang membawa A. Th. Manusama mengangkat nama Multatuli ke permukaan tidak begitu dijelaskan. Uraiannya dalam artikel, seakan menceritakan ada perkara yang fundamental di Ambon yang tengah terjadi. Suatu perkara yang penyelesaiannya (boleh jadi) hanya sanggup dilakukan dengan memanggil kembali figur Multatuli di Ambon yang telah semenjak usang menjadi memori kolektif penduduk di Ambon. A. Th. Manusama menjadi ‘penyambung lidah’ penduduk Ambon.
Tunggu deskripsi lengkapnya
0 Response to "Sejarah Kota Ambon (5): A. Th. Manusama, Penulis Populer Mangangkat Nama Tokoh Multatuli; Sutan Casajangan Di Ambon 1918"
Posting Komentar