Perubahan Perilaku
Menurut Kelley yang dikutif oleh Sadli. “Mengemukakan bahwa proses perubahan perilaku melalui tahap atensi, pemahaman dan penerimaan Teori yang dikemukakannya ialah teori stimulus respon dan penguatan yang menyatakan bahwa proses perubahan perilaku menandakan persamaan dengan proses berguru dan prinsip mempunyai keterampilan ekspresi dan motorik juga sanggup diterapkan dalam mengartikan pembentukan dan perubahan sikap”.
Adapun tahap-tahap perubahan perilaku yang dikemukakan oleh Kelley adalah:
a) Perhatian. Stimulus yang diberikan organism sanggup diterima atau ditolak. Jika ditolak proses selanjutnya terhenti. Sebaliknya apabila stimulus diterima berarti stimulus tersebut efektif dalam menghipnotis organisme.
b) Pengertian. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian, maka proses selanjutnya ialah mengartikan stimulus tersebut. Kemampuan dalam tahap inilah yang sanggup melanjutkan proses berikutnya.
c) Penerimaan. Pada tahap ini individu mendapatkan secara baik apa yang telah diolah sehingga adanya kesediaan untuk merubah sikap.
Selanjutnya Abu Ahmadi mengemukakan wacana imbas atau rangsangan yang sanggup merubah perilaku yaitu:
Setiap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya, ekonomi, politik, agama dan sebagainya, di dalam perubahan perilaku banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan menimbulkan perbedaan perilaku antar individu, lantaran imbas lingkungan yang diterimanya.
Uraian di atas menegaskan bahwa lingkungan sanggup mengubah perilaku seseorang dan menghipnotis perilaku seseorang. Pengaruh lingkungan sanggup berupa masyarakat dan pendidikan beserta erangkatnya yang sekaligus sebagai penanaman nilai. Penulis menyajikan teori-teori yang melandasi perubahan perilaku seseorang diantaranya:
(a) Teori S-O-R di Reinforcement Toeri ini menitikberatkan pada penyebab perilaku yang sanggup mengubahnya dan tergantung pada kualitas rangsangan yang berkomunikasi dengan organisme. Teori ini menganggap perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang bergantung pada kualitas stimulus. Apabila respon ini sesuai dengan stimulus yang direncanakan, berarti perubahan perilaku yang terjadi itu sesuai dengan yang diharapkan.
(b) Teori Konsistensi Teori konsistensi ini telah banyak dikembangkan oleh para andal menyerupai Ferlinger yang dikutip oleh Mar’at menyatakan bahwa: Keadaan cognitif dissonance merupakan keaHBGdaan ketidak seimbangan psikologi yang diliputi oleh ketegangan dari yang berusaha untuk mencapai keseimbangan. ketidakseimbangan ini disebabkan lantaran pada seseorang terdapat dua elemen kognisi yang saling tidak sesuai.
Elemen kognisi ialah pengetahuan, pendapat dan keyakinan. Jika pada diri seseorang terdapat ketidakseimbangan pada elemen kognisi, maka individu berada dalam ketegangan sehingga terjadi ketidakseimbangan. Berpijak dari paparan di atas, teori ini menggambarkan sesuatu perubahan perilaku akan terjadi apabila adanya dissonance yaitu keadaan-keadaan konflik yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan (konflik) disebabkan lantaran ketidaksesuaian pada unsur-unsur kognitifnya. Proses ketidakseimbangan akibanya konflik itu pada karenanya akan disesuaikan. Ada dua kemungkinan untuk penyelesaian itu dan keduanya akan menuju pada keseimbangan. Yang pertama
apabila rangsangan tidak besar lengan berkuasa atau besar lengan berkuasa sedikit pada potensi
kognitifnya yang sudah ada maka proses keseimbangan akan diakhiri dengan penyatuan pendapat dan keyakinan semula. Artinya rangsangan yang diterima tidak atau kurang besar lengan berkuasa pada pendapat atau keyakinan. Yang kedua, apabila rangsangan yang diterimanya itu sudah ada (pengetahuan, pendapat, dan keyakinan) akan berubah fungsi dengan rangsangan yang diterimanya itu.
(c) Teori Fungsi
Menurut teori ini perilaku mempunyai fungsi instrumental sanggup menyesuaikan dan sanggup berfungsi pula dalam menunjukkan pelayanan. Manusia membentuk perilaku positif terhadap objek untuk pemenuhan kebutuhan, dan jikalau objek tidak sanggup memenuhi individu, maka terbentuklah perilaku negatif. Rasionalnya perilaku sanggup pula membentuk kekerabatan sosial.
Teori fungsi di atas menggambarkan bahwa perubahan perilaku sangat tergantung pada individu atau kebutuhan individu terhadap objek. Sikapnya akan positif apabila individu itu merasa butuh terhadap objek itu, atau objek itu akan menunjukkan sesuatu yang ia butuhkan, maka sikapnya akan negatif. Banyak toeri-teori lain yang mencoba menelusuri wacana perubahan sikap, akan tetapi dalam pembahasan ini penulis tidak bermaksud membahas seluruhnya tetapi hanya mengambil beberapa teori saja sebagai bahasan pengantar dari beberapa teori wacana perubahan sikap.
Sumber http://makalahahli.blogspot.com
Adapun tahap-tahap perubahan perilaku yang dikemukakan oleh Kelley adalah:
a) Perhatian. Stimulus yang diberikan organism sanggup diterima atau ditolak. Jika ditolak proses selanjutnya terhenti. Sebaliknya apabila stimulus diterima berarti stimulus tersebut efektif dalam menghipnotis organisme.
b) Pengertian. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian, maka proses selanjutnya ialah mengartikan stimulus tersebut. Kemampuan dalam tahap inilah yang sanggup melanjutkan proses berikutnya.
c) Penerimaan. Pada tahap ini individu mendapatkan secara baik apa yang telah diolah sehingga adanya kesediaan untuk merubah sikap.
Selanjutnya Abu Ahmadi mengemukakan wacana imbas atau rangsangan yang sanggup merubah perilaku yaitu:
Setiap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya, ekonomi, politik, agama dan sebagainya, di dalam perubahan perilaku banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan menimbulkan perbedaan perilaku antar individu, lantaran imbas lingkungan yang diterimanya.
Uraian di atas menegaskan bahwa lingkungan sanggup mengubah perilaku seseorang dan menghipnotis perilaku seseorang. Pengaruh lingkungan sanggup berupa masyarakat dan pendidikan beserta erangkatnya yang sekaligus sebagai penanaman nilai. Penulis menyajikan teori-teori yang melandasi perubahan perilaku seseorang diantaranya:
(a) Teori S-O-R di Reinforcement Toeri ini menitikberatkan pada penyebab perilaku yang sanggup mengubahnya dan tergantung pada kualitas rangsangan yang berkomunikasi dengan organisme. Teori ini menganggap perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang bergantung pada kualitas stimulus. Apabila respon ini sesuai dengan stimulus yang direncanakan, berarti perubahan perilaku yang terjadi itu sesuai dengan yang diharapkan.
(b) Teori Konsistensi Teori konsistensi ini telah banyak dikembangkan oleh para andal menyerupai Ferlinger yang dikutip oleh Mar’at menyatakan bahwa: Keadaan cognitif dissonance merupakan keaHBGdaan ketidak seimbangan psikologi yang diliputi oleh ketegangan dari yang berusaha untuk mencapai keseimbangan. ketidakseimbangan ini disebabkan lantaran pada seseorang terdapat dua elemen kognisi yang saling tidak sesuai.
Elemen kognisi ialah pengetahuan, pendapat dan keyakinan. Jika pada diri seseorang terdapat ketidakseimbangan pada elemen kognisi, maka individu berada dalam ketegangan sehingga terjadi ketidakseimbangan. Berpijak dari paparan di atas, teori ini menggambarkan sesuatu perubahan perilaku akan terjadi apabila adanya dissonance yaitu keadaan-keadaan konflik yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan (konflik) disebabkan lantaran ketidaksesuaian pada unsur-unsur kognitifnya. Proses ketidakseimbangan akibanya konflik itu pada karenanya akan disesuaikan. Ada dua kemungkinan untuk penyelesaian itu dan keduanya akan menuju pada keseimbangan. Yang pertama
apabila rangsangan tidak besar lengan berkuasa atau besar lengan berkuasa sedikit pada potensi
kognitifnya yang sudah ada maka proses keseimbangan akan diakhiri dengan penyatuan pendapat dan keyakinan semula. Artinya rangsangan yang diterima tidak atau kurang besar lengan berkuasa pada pendapat atau keyakinan. Yang kedua, apabila rangsangan yang diterimanya itu sudah ada (pengetahuan, pendapat, dan keyakinan) akan berubah fungsi dengan rangsangan yang diterimanya itu.
(c) Teori Fungsi
Menurut teori ini perilaku mempunyai fungsi instrumental sanggup menyesuaikan dan sanggup berfungsi pula dalam menunjukkan pelayanan. Manusia membentuk perilaku positif terhadap objek untuk pemenuhan kebutuhan, dan jikalau objek tidak sanggup memenuhi individu, maka terbentuklah perilaku negatif. Rasionalnya perilaku sanggup pula membentuk kekerabatan sosial.
Teori fungsi di atas menggambarkan bahwa perubahan perilaku sangat tergantung pada individu atau kebutuhan individu terhadap objek. Sikapnya akan positif apabila individu itu merasa butuh terhadap objek itu, atau objek itu akan menunjukkan sesuatu yang ia butuhkan, maka sikapnya akan negatif. Banyak toeri-teori lain yang mencoba menelusuri wacana perubahan sikap, akan tetapi dalam pembahasan ini penulis tidak bermaksud membahas seluruhnya tetapi hanya mengambil beberapa teori saja sebagai bahasan pengantar dari beberapa teori wacana perubahan sikap.
0 Response to "Perubahan Perilaku"
Posting Komentar