Mengenal Zaman Prasejarah/Praaksara
Prasejarah/Prakasara merupakan suatu kurun waktu yang terpanjang dalam sejarah umat manusia, yaitu semenjak hadirnya insan di bumi hingga ditemukannya pengetahuan wacana goresan pena atau karakter yang menandai kurun sejarah. Penelitian di bidang prasejarah berupaya menjelaskan kehidupan insan purba melalui penginggalan-penginggalan mereka. Peninggalan tersebut mencakup sisa-sisa tulang belulang insan maupun benda-benda (artefak) yang berah dibuat, dipakai, atau dibuang oleh mereka. Bedan-benda alam ibarat batu, tulang binatang (ekofak), cangkang kerang, atau arang sisa pembakaran juga dipelajari untuk mengetahui bentuk interaksi antar insan purba dengan alam sekitarnya.
Pembabakan masa prasejarah Indonesia telah dimulai semenjak 1920an oleh beberapa penliti ajaib ibarat P.V. van Stein Callefels, A.N.J. Van Der Hoop, dan H.R. Van Heekern. Oleh para ahli, pembabakan masa prasejarah Indonesia didasarkan pada penemuan-penemuan alat-alat yang digunakan insan prasejarah (teknologi) dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pada umumnya, alat-alat yang ditemukan terbuat dari kerikil dan logam. Oleh sebab itu, para hali arkeologi dan paleontologi membagi masa prasejarah Indonesia ke dalam dua zaman, yaitu zaman kerikil dan zaman logam. Pada pembahasan kali ini menghadirkan klarifikasi kehidupan insan prasejarah pada zaman kerikil (paleolitikum, mesolitikum, neolitikum, dan megalitikum) dan zaman logam. Semoga bermanfaat. Check this out!!!
Mengenal Zaman Prasejarah/Praaksara |
Berdasarkan peralatan yang digunakan oleh insan purba, setidaknya terdapat lima tahap pekembangan insan purba. Lima tahap perkembangan tahap tersebut merupakan pembagian zaman prasejarah atau saman praaksara.
A. Zaman Paleolitikum (Zaman Batu Tua)
Pada masa ini kehidupan insan prasejarah yang mempunyai corak berburu dan meramu. Berburu yakni kegiatan insan purba untuk memperoleh materi makanan dengan cara emmburu binatang, memasang perangkap, dan menjeratnya. Meramu yakni kegiatan untuk mendapatkan materi makanan dengan cara mengumpulkan tumbuh-tumbuhan eksklusif dari alam.
Tahap berburu dan meramu tingkat awal berlangsung semenjak 2 juta hingga 10.000 tahun yang lalu. Tahap ini berlangsung pada zaman pleistosen. Manusia yang hidup pada zaman itu yakni Homo erectus dan Homo sapiens. Untuk mendapatkan makanan pada masa itu insan purba hanya tinggal mengambilnya dari alam. Caranya dengan berburu dan mengumpulkan materi makanan dari tumbuh-tumbuhan. Olehkarena itu biasanya mereka memiliih tempat yang berupa padang rumput dengan semak belukar dan hutan kecil disekitarnya atau akrab dengan sumber air, sungai, danau, dan rawa.
Pada tahap berburu dan meramu tingakt awal ini, Homo erectus dan Homo wajakensis biasanya tinggal di dalam gua-gua. Gua yakni tempat yang relatif kondusif dan sudah dalam kondisi siap pakai. Gua-gua itu biasanya mereka guankana sebagai tempat istirahat sementara ketika harus mencari makan dan berpindah tempat. Kehidupan insan purba dalam gua biasanya membentuk kelompok kecil terdiri atas 20-30 orang.
Untuk mendukung kehidupannya, insan purba memakai dan membuat bermacam-macam peralatan yang terbuat dari materi batu, kayu, tanduk, dan tulang ikan. Artekfak dan fosilnya sebagian besar masih bisa ditemukan kecuali peralatan yang terbuat dari kayu. Teknik pembuatan alat masih sederhana sehingga menghasilkan alat-alat yang bernafsu sebab tidak dihaluksan. Jenis peralatan yang digunakan pada zaman ini yakni sebagai berikut:
1. Alat Budaya Pacitan
Alat budaya Pacitan merupakan peralatan insan yang ditemukan di Pacitan (Jawa Timur). Alat budaya Pacitan terdiri dari dua jenis peralatan kerikil yaitu kapak perimbas (chopper) dan kapak genggam (hand adze). Kapak perimbas digunakan untuk merimbas kayu, pemecah tulang dan sebagai senjata. Sedangkan kapak genggam digunakan untuk menggali, memotong dan menguliti. Alat-alat budaya Pacitan juga ditemukan di mengembangkan tempat di Indonesia, di antaranya di Sukabumi, Kebumen, Sragen, Lampung, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Sumbawa, dan Flores.
2. Alat Budaya Ngandong
Alat budaya Ngandong dibentuk dari tanduk, tulang, dan duri ikan. Alat budaya ini terdiri atas sudip, mata tombak, dan belati/penusuk. Alat-alat ini ditemukan di Ngandong, Blora (Jawa Tengah).
B. Zaman Mesolitikum (Zaman Batu Tengah)
Corak kehidupan masyarakat pada masa ini masih didominasi oleh corak hidup berburu dan meramu. Setelah ribuan tahun berburu dan meramu (dari 1.900.00-4.500 tahun yang lalu) insan mulai mempunyai kepandaian dalam mengolah tanah dengan menanam keladi. Jika masa berburu meramu tingkat awal didukung oleh Homo erectus dan Homo wajakensis, budaya pada masa ini didukung oleh insan Australomelanesid (dan sedikit jenis Mongoloid yang khusus menempati wilayah Sulawesi Selatan). Kemampuannya dalam berburu juga telah mingkat. Alat-alat yang digunakan antara lain perangkap, jerat, mata panah, dan busur.
Manusia purba yang hidup pada zaman ini masih tinggal di gua-gua alam serta gua payung (abis sous roche) yang letaknya tidak jauh dari sumber air, danau, atau sungai yang kaya ikan, siput, dan kerang. Mereka juga tinggal di tepi pantai/muara sungai membangun pemukiman berupa rumah panggung. Dugaan tersebut disimpulkan dari temuan bukit remis (kyokken modinger) di Naggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Mereka juga sudah mulai mengenal kepercayaan wacana hidup setelah mati dan kesenian.
Alat bantu yang digunakan pada zaman ini masih memakai materi batu, kayu, dan tulang. Teknik pembuatannya sudah dikerjakan lebih lanjut, yaitu sedikit diperhalus. Jenis alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Alat Budaya Kyokkenmodinger
Kyokkenmodinger berasal dari kata kyokken yang berarti dapur dan modding yang berarti sampah. Artinya, segala sisa makanan (terutama kulit kerang, siput, dan remis) yang dibuang. Pada 'garis pantai prasejarah di kawasa timur Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, ditemukan timbunan/bukit remis yang diduga sebagai timbunan makanan dari insan Australomelansed yang tinggal di rumah panggung. Pada timbunan kulit kareng tersebut ditemukan fosil Australomelanesid, serta beberapa perlatan yang digunakannya ibarat kapak sumatra/pebble yang digunakan untuk memotong, menggali, dan menguliti; dan kerikil pipisan/batu giling yang digunakan untuk menggiling obat-obatan atau zat perwarna untuk hematit atau lukisan.
2. Alat Budaya Abris Sous Roche
Alat-alat budaya yang ditemukan dalam Abris Sous Roche yakni serpihan bilah berupa pisau dan guradi dari batu. Alat ini banyak ditemukan di gua-gua Sulawesi Selatan, Flores, dan Timor. Alat-alat tulang berupa belati, sudip, mata kail, dan penusuk ditemukan di Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan.
C. Zaman Neolitikum (Zaman Batu Muda)
Masa Pleistosen berakhir berganti dengan masa holosen. Hal itu ditandai dengan naiknya permukaan maritim sehingga darat menyempit dan iklim menjadi lebih panas (kering). Seiring dengan pertambahan insan purba di bumi, wilayah perburuannya pun bertambah sempit. Berburu sudah tidak sanggup lagi digunakan sebagai mata pencaharian pokok. Oleh sebab itu, mereka berusaha untuk menghasilkan materi makanan sendiri. Usahanya yaitu dengan membudidayakan tumbuhan dan berternak. Pada masa ini berarti insan purba sudah mengalami peningkatan yaitu dari pengumpul makanan (food gatherer) menjadi penghasil makanan (food producer).
Memasuki tahun 1500 SM Kepulauan Nusantara mendapatkan kedatangan migrasi jenis insan Malayan mongolid atau juga melayu austronesia yang berasal dari tempat Yunan (Cina Selatan). Mereka mendominasi wilayah pecahan barat Indonesia, sedangkan Australomelanesid tergesar ke arah timur. Bangsa Melayu austronesia tiba dengan membawa kepandaian bercocok tanam di ladang dan berternak. Untuk mendukung acara berladang dan berternak, insan pada zaman ini sudah terampil membuat alat-alat ibarat gerabah, anyaman, pakaian, dan bahkan perahu.
D. Zaman Megalitikum (Zaman Batu Besar)
Berdasarkan hasil temuan arkeologis, zaman megalitikum diperkirakan berkembang semenjak zaman neolitikum (batu muda) hingga zaman logam. Ciri terpenting pada zaman ini yakni insan pendukungnya telah membuat bangunan-bangunan besar yang terbuat dari batu. Bangunan-bangunan yang berkaitan dengan sistem kepercayaan mereka di antaranya menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, arca batu,
Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang berarti batu. Pada zaman ini, insan prasejarah bisa membangun beberapa jenis bangunan yang terbuat dari kerikil besar. Misalnya, untuk menghormati para nenek moyang, insan pada zaman ini mendirikan menhir yang berupa tiang atau tuga. Mereka juga membuat dolmen atau meja kerikil sebagai tempat menaruh sesajen untuk arwah nenek moyang. Mereka juga mendirikan sarkofagus (tempat menyimpan mayat) yang terbuat dari batu.
E. Zaman Logam
Setelah melewati tahapan zaman kerikil terakhir, yaitu zaman kerikil besar (megalithikum) sampailah insan prasejarah Indonesia pada zaman logam. Alat-alat yang terbuat dari kerikil dianggap tidak efektif lagi untuk menunjang kehidupan sehari-sehari dan secara sedikit demi sedikit ditinggalkan. Mereka memerlukan alat yang lebih berpengaruh yang sanggup digunakan berkali-kali. Kemampuan mereka dalam membuat peralatan dari logam tidak timbul begitu saja, tetapi sebagai hasil dari proses berguru beribu-rib tahun.
Biji logam bahwasanya sudah dikenal pada masa perundagian oleh insan prasejarah. Mereka sudah lebih berpengalaman sehingga sanggup mengenali biji logam yang dijumpai meleleh dipermukaan tanah. Biji logam yang ditemukan terutama berasal dari tembaga. Kemudian mereka membuat alat-alat yang diharapkan dari materi biji logam yang ditemukan. Teknologi logam kuno yang terdapat di Indonesia dipengaruhi oleh Vietnam. Hasil teknologi ini dikenal dengan Budaya Dong Son.
Corak kehidupan masyarakat pada zaman ini banyak dipengaruhi oleh pendatang Melayu austronesia yang berasal dari Dong Son (sekarang Vietnam). Kedatangan mereka membawa teknologi gres ibarat pertanian berair yaitu bersawah dan teknologi metalurgi/pengecoran logam. Beberapa peralatan yang ditemukan sebagai peninggalan insan prasejarah pada zaman ini yakni nekara (genderang perunggu untuk memanggil roh leluhur), kapak corong yang digunakan untuk memotong kayu, arca perunggu, ember perunggu, perhiasan, dan senjata.
BACA JUGA: Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia
BACA JUGA: Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia
Terima kasih sudah berkenan berkunjung dan membaca artikel sejarah di atas wacana Zaman Prasejarah/Praaksara, biar bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan teman-teman sekalian wacana sejarah Indonesia dan dunia. Apabila ada suatu kesalahan dari artikel di atas, baik dari segi penulisan maupun isi, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Jangna lupa like dan share juga ya ke teman-teman lainnya. ^^Maju Terus Pendidikan Indonesia^^
Sumber http://www.zonasiswa.com
0 Response to "Mengenal Zaman Prasejarah/Praaksara"
Posting Komentar