√ Kebangkitan Tanah “Surga Kopi” Penuh Nestapa

Kebangkitan Tanah Surga Kopi Penuh Nestapa √ Kebangkitan Tanah “Surga Kopi” Penuh Nestapa

Kebangkitan tanah nirwana kopi penuh nestapa


Anda pernah berkunjung ke Bengkulu?. Tahukah anda Bengkulu mempunyai pusat – pusat budidaya kopi, menyerupai Rejang Lebong, Curup dan Kepahiang yang ketiga daerahnya berdekatan dengan Gunung Kaba. Kawasan di sekitar Gunung Kaba merupakan lahan pertanian yang subur serta mempunyai tinggi dataran yang cocok untuk budidaya kopi. Wilayah -wilayah tersebut menerima julukan sebagai “surga kopi”. Hal tersebut tak lain alasannya yaitu jumlah produksi kopinya yang luar biasa.


Bengkulu ternyata termasuk lima besar produsen kopi senusantara. Ini fakta yang cukup mengejutkan. Hal ini menandakan potensi kopi di provinsi ini begitu besar. Tak heran ia populer sebagai provinsi di “segitiga emas robusta”– selain Lampung dan Sumatera Selatan.


Nestapa di “Surga Kopi”


Bengkulu punya area penanaman kopi hampir sekitar 92 ribu hektar. Hampir seluruhnya tersebar disekitar Gunung Kaba. Terdapat hampir sekitar 63 ribu kepala keluarga yang menggantungkan hidupnya sebagai petani kopi.


Julukan sebagai surga kopi tidak serta – merta membuat petani benar – benar merasa di surga yang sarat dengan kebahagiaan. Justru sebaliknya!. Rata-rata tingkat produksi kopi robusta masih tergolong rendah, yaitu hanya sekitar 2 ton per hektar per tahun.

style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="5485024081"
data-ad-format="link">



Teknologi, cara budidaya yang benar, proses pascapanen, jalan masuk pasar, yaitu hal-hal penting yang belum dipahami sebagian besar para petani kopi. Kebanyakan petani kopi di Bengkulu tidak pernah mendapatkan penyuluhan atau pembinaan dari luar. Untuk merawat kopi, petani hanya melaksanakan penyemprotan hama, gulma dan pemupukan dilakukan menurut pengetahuan yang terbatas. Sebagian besar yang lain bahkan tidak melaksanakan sama sekali.


Kebangkitan Tanah Surga Kopi Penuh Nestapa √ Kebangkitan Tanah “Surga Kopi” Penuh Nestapa


Padahal, hama dan penyakit kopi menyerupai penggerek batang dan karat daun kopi bukanlah hal yang sulit ditemui di lereng Gunung Kaba. Inilah yang menciptakan kopi di Bengkulu menyerupai ketinggalan dari daerah-daerah kopi yang lebih maju di Indonesia. Jangan bandingkan Bengkulu dengan Gayo misalnya, “jauh panggang dari api”!.


Praktik sehari-hari petani kopi di Kabupaten Kepahiang misalnya. Mereka menjual hasil panen kopi ke pengepul di tingkat desa atau ke pedagang di ibukota kabupaten tanpa proses pengolahan yang baik. Para petani kopi di Kepahiang dan Rejang Lebong sebagian besar menjual kopi dalam bentuk buah kopi segar (setelah dipetik, eksklusif jual). Terlebih lagi, para petani menjual kopi dalam bentuk petik asalan (tidah hanya buah yang sudah merah). Selain itu, terkadang kadar air beras kopi yang dihasilkan pun masih di atas 20 persen. Setelah diteliti, hal ini dikarenakan faktor alam dimana para petani tidak menerima penyinaran matahari yang cukup, sementara teknologi dan alat pengeringan yang mumpuni belum tersedia.


Kebangkitan Tanah Surga Kopi Penuh Nestapa √ Kebangkitan Tanah “Surga Kopi” Penuh Nestapa


Sampai bulan April 2015, harga jual buah kopi berair (robusta) petani dihargai Rp 2.700 per kilogramnya. Sementara untuk beras kopi robusta kualitas asalan (kadar air di atas 20 persen) harga per kilogramnya sekitar Rp 18.500. Dari ilustrasi tersebut, kalau kita sanggup menghitung pendapatan petani yang mempunyai kebun rata-rata satu hektar. Jika petani hanya bisa menjual kopi berair asalan, maka pendapatan maksimal petani kopi robusta di Bengkulu hanya sekitar Rp 5,4 juta per tahun atau sekitar Rp 450 ribu per bulan!.


Belum lagi duduk kasus harga yang tak adil di tangan petani. Rantai dagang yang panjang dan permainan harga yang dilakukan oknum-oknum tertentu terus menghantui praktik perdagangan kopi di tanah “surga kopi”. Tapi nirwana tetaplah surga. Petani kopi di Kepahiang dan Rejang Lebong masih tetap semangat. Toh mereka percaya alam memberi apa yang mereka butuhkan.


Bangkit!

style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="7037953167">



Berbagai problematika yang ada di tanah “surga kopi” tentu menciptakan petani tergerak untuk bisa berkembang menjadi lebih baik. Saat ini, dengan derma banyak sekali pihak menyerupai pemerintah setempat dan para pegiat kopi, para petani mulai mencar ilmu menuju fase gres yang lebih baik dengan menerima banyak pembinaan dan penyuluhan. Saat ini petani mulai menerapkan petik merah (hanya memanen buah yang sudah matang) dan mulai meninggalkan petik asal.


Kebangkitan Tanah Surga Kopi Penuh Nestapa √ Kebangkitan Tanah “Surga Kopi” Penuh Nestapa

Biji kopi yang sudah benar-benar matang


Para petani juga sudah mulai menyebarkan produk kopi dengan kualitas premium. Di Kabupaten Kepahiang sendiri Ada tiga wilayah yang menjadi konsentrasi pengembangan kopi premium. Desa Bandung Baru yang berada tidak jauh dari perkebunan teh Kabawetan, Desa Batu Bandung dan Desa Ujan Mas. Saat ini di tiga desa tersebut sudah berdiri rumah pengolahan kopi yang siap menampung buah kopi petik merah milik petani. Semoga industri kopi di Bengkulu semakin maju, dan rakyatnya semakin sejahtera!. Maju terus kopi Indonesia!



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "√ Kebangkitan Tanah “Surga Kopi” Penuh Nestapa"

Posting Komentar