Studi Kasus: Klarifikasi Singkat
Studi kasus (case study) merupakan salah satu metode dalam penelitian sosial. Metode case study mencakup beberapa teknik riset yang dipakai untuk menginvestigasi fenomena sosial yang spesifik. Kristina Wolff, kontributor ”The Blackwell Encyclopedia of Sociology” dalam artikelnya berjudul “Method, Case Study” menjelaskan bahwa studi kasus dipakai oleh peneliti yang umumnya fokus pada level mikro, mengonsentrasikan dirinya pada kajian ihwal kelompok, orang-orang, komunitas, organisasi, insitusi, atau peristiwa. Tujuan penerapan metode case study dalam sosiologi ialah untuk mengungkap gosip atau kejadian sosial kontemporer dalam setting sosial tertentu. Studi kasus, selain sebagai metode juga sanggup dipahami sebagai unit analisis dan juga teknik pengumpulan, pengorganisasian, dan presentasi data.
Baca juga
Metode Penelitian Kualitatif
Metode Penelitian Kuantitatif
Bagaimana penerapan studi kasus dalam riset sosial?
Case study diterapkan untuk memahami varian dari fenomena sosial yang spesifik. Sebagai pola fenomena spesifik misalnya, progres dari suatu kejadian atau perubahan sosial yang terjadi tanggapan implementasi kebijakan, program, atau kejadian dalam masyarakat, sanggup diteliti dengan case study. Studi kasus seringkali diterapkan sebagai pendukung riset atau studi yang lingkupnya lebih besar. Contoh kongritnya misal, fenomena lumpur Lapindo yang dimulai beberapa tahun lalu. Case study sanggup diterapkan untuk mengkaji bagaimana masyarakat meninggalkan kampungnya yang karam dan menyesuaikan diri dengan kehidupan gres di lingkungan barunya. Studi tersebut merupakan bab dari studi ihwal ”Bencana Lumpur Lapindo” yang lebih luas.
Apa karakteristik metode studi kasus?
Salah satu tujuan utama penerapan metode case study ialah memberikan klarifikasi secara detail dan lengkap (thick description) terhadap suatu fenomena sosial. Penjelasan yang diberikan sanggup dalam bentuk deskriptif dan atau eksploratif. Pada banyak kasus, riset case study berupaya menjawab pertanyaan ”bagaimana” dan ”mengapa” fenomena sosial terjadi di masyarakat. Studi kasus secara historis biasa diterapkan pada penelitian sosiologis yang fokus berbagi pengetahuan ihwal masyarakat atau kelompok yang marjinal.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, studi kasus menyasar fenomena yang spesifik. Tak jarang sangat spesifik sehingga tidak bertujuan untuk generalisasi. Fokus pemeriksaan mendalam yang dilakukan juga tak jarang pula menghasilkan teori yang membantah teori sebelumnya. Sehingga, case study selalu mempunyai potensi untuk pengembangan teori baru. Case study merupakan bab dari riset kualitatif atau kuantitatif. Observasi partisipatoris dan wawancara mendalam merupakan teknik pengumpulan data yang sering diterapkan.
Baca juga: Teknik Pengumpulan Data
Apa kekurangan metode studi kasus?
Salah satu kritik utama metode studi kasus ialah lingkupnya yang sempit dan potensi bias yang besar. Reduksi potensi bias biasanya dilakukan dengan triangulasi atau penerapan beberapa teknik dalam proses pengumpulan data. Analisis data juga dilakukan secara multipel, diantaranya, konten analisis, analisis sejarah, analisis wacana, analisis kebijakan, survei dan analisis dokumen sekunder yang tersedia. Teknik pemeriksaan yang tak hanya observasi dan wawancara tersebut diterapkan untuk menunjang validitas dan reliabilitas penelitian sekaligus mengurangi resiko bias. Dengan diterapkannya banyak sekali macam teknik tersebut, case study berupaya mengungkap gosip yang spesifik. Ketika dikonfrontasikan dengan gosip lain dengan konteks lain, hasil penelitian studi kasus tidak mempunyai kekuatan untuk menjelaskan alasannya ialah tidak didesain untuk generalisasi.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "Studi Kasus: Klarifikasi Singkat"
Posting Komentar