Teknik Wawancara Penelitian

Teknik wawancara penelitian mencakup serangkaian langkah yang perlu dimengerti dan dilakukan oleh peneliti sebagai bab dari proses pengumpulan data penelitian melalui wawancara. Wawancara merupakan salah satu metode penting dalam penelitian sosial, terutama kualitatif. Umumnya, wawancara yang dilakukan berbentuk wawancara mendalam (in-depth interview).


Dalam wawancara, peneliti mengajukan pertanyaan dan narasumber atau informan menjawab secara oral. Jawaban narasumber direkam dengan ingatan, catatan, atau boleh juga dengan sumbangan teknologi menyerupai alat rekam.







Wawancara sebagai sebuah metode penelitian sosial sangat membantu dalam proses pengumpulan data. Pada postingan ini saya akan paparkan beberapa teknik wawancara yang bisa kau lakukan dalam rangka penelitian sosial. Sebelumnya, saya jelaskan sekilas ihwal apa saja bentuk wawancara penelitian.


Wawancara sebagai teknik pengumpulan data


Telah disinggung sedikit di awal, wawancara dalam penelitian sosial umumnya berbentuk wawancara mendalam. Wawancara mendalam memakai model pertanyaan terbuka dimana peneliti mengeksplore tanggapan dari narasumber secara mendalam.


Teknik wawancara penelitian mencakup serangkaian langkah yang perlu dimengerti dan dilakuk Teknik Wawancara Penelitian


Wawancara dalam penelitian sosial dilakukan secara mendalam, kecuali penelitian survey dimana pertanyaan yang diajukan sudah terstruktur dalam kuesioner secara rigid dan rapi sesuai kebutuhan data. Selain penelitian survey, wawancara dilakukan secara mendalam.


Selama wawancara mendalam, peneliti lebih banyak diam, mendengarkan, mencatat atau merekam setiap narasi yang disampaikan oleh narasumber. Sambil mendengarkan, peneliti harus jeli menangkap inti dari tanggapan yang disampaikan oleh narasumber, kemudian melaksanakan probing.


Probing yaitu menggali terus tanggapan yang disampaikan narasumber hingga dirasa cukup dan memuaskan. Apabila tanggapan tidak cukup memuaskan, ada kemungkinan untuk peneliti kembali lagi pada narasumber dan melaksanakan pelengkap wawancara.


Berikut ini beberapa teknik & tips melaksanakan wawancara penelitian







Teknik wawancara penelitian


Pertama, peneliti perlu memperhatikan tujuan penelitian dan topik utama yang akan dibahas untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagai contoh, apakah peneliti ingin mengetahui ihwal pengalaman personal narasumbernya atau gosip lain yang diketahui oleh narasumbernya. Penentuan topik juga diubahsuaikan dengan pertanyaan penelitian yang diajukan di proposal.


Kedua, peneliti menciptakan rencana bagaimana proses wawancara berjalan. Langkah kedua dalam teknik wawancara ini mencakup penyusunan panduan wawancara, penentuan berapa banyak orang yang akan diinterview, kapan dan dimana interview dilakukan, dan sebagainya. Intinya peneliti menciptakan rancangan yang detail, biasanya berupa daftar pertanyaan terbuka dan siapa saja calon interviewer, kalau bisa beserta nomor kontaknya.


Ketiga, sesudah proses wawancara final dirancang, peneliti siap untuk bertemu narasumber atau melaksanakan interview via phone. Pertemuan dengan narasumber artinya interview siap dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendengarkan, mencatat atau merekam narasi dari narasumber. Saat interview, etika wawancara perlu diperhatikan. Misalnya, sebelum merekam dengan alat rekam, peneliti sebaiknya minta izin terlebih dahulu lantaran tidak semua narasumber merasa nyaman direkam.


Keempat, sesudah interview selesai, data berupa catatan atau rekaman berada di tangan peneliti. Langkah selanjutnya yakni mentranskripsi hasil wawancara. Transkripsi umumnya berupa narasi yang cukup tebal. Peneliti harus jeli melihat narasi mana yang bisa dipakai sebagai data, mana yang tidak lantaran tidak semua narasi yakni data. Teknik wawancara di tahap ini memakan waktu lama. Oleh alasannya itu, peneliti sebaiknya menyiapkan waktu yang cukup. Proses transkripsi memang bisa diserahkan ke orang lain untuk membantu. Namun berdasarkan saya, selama masih ada waktu, sebaiknya dilakukan sendiri lantaran bisa membangun keintiman kognitif antara peneliti dengan topik yang dibahas. Dampaknya, peneliti menjadi lebih familiar dengan gosip yang dibahas.


Kelima, hasil transkripsi yang masih mentah dikirim kembali ke narasumber sebagai wujud transparansi data. Teknik wawancara pada tahap ini, narasumber juga bisa mengecek kembali tanggapan yang diberikan. Transparansi data sanggup meningkatkan validitas data nantinya.


Keenam, data bisa dianalisis sesudah melalui proses transkripsi. Teknik wawancara pada tahap ini juga memakan waktu. Peneliti perlu membaca keseluruhan transkripsi dua kali atau lebih sebelum melaksanakan analisis. Analisis bisa dimulai dengan koding terlebih dahulu.


Baca juga: Teknik Analisis Data


Ketujuh, teknik wawancara yang perlu dilakukan yakni memverifikasi validitas dan reliabilitas hasil analisis. Peneliti perlu mencari, membaca, dan membandingkan hasil temuannya dengan temuan penelitian lain.


Baca juga: Validitas dan Reliabilitas






Kedelapan, tidak ada penelitian yang sempurnya. Peneliti perlu menyusun laporan penelitian, mempresentasikan, dan mempublikasikannya. Kritik dan masukan menjadi bab dari proses penelitian.


Tips melaksanakan wawancara penelitian


Wawancara yang baik yakni wawancara yang mengalir. Interview sebaiknya dilihat sebagai sebuah percakapan ketimbang interogasi. Untuk melaksanakan interview secara mengalir, ada beberapa tips yang bisa dilakukan. Berikut ini beberapa tips yang saya ambil dari pengalaman saya melaksanakan wawancara penelitian.


Pertama, peneliti kepo ihwal kepribadian calon narasumber. Proses kepo bisa dilakukan melalui media digital atau orang ketiga bila memungkinkan. Tak ada salahnya peneliti mencari akun digital calon narasumber untuk mengamati apa saja yang berafiliasi dengan calon narasumber. Tujuan kepo ini tak lain yakni mendapat citra awal ihwal menyerupai apa orang yang akan diinterview. Pengetahuan hasil kepo tidak selalu benar, namun cukup ampuh untuk membantu self-positioning peneliti saat bertemu narasumber nanti.


Kedua, pancing narasumber untuk banyak bicara semenjak awal dengan pertanyaan basa-basi singkat tapi relevan. Misalnya, ”sering ke daerah ini?”, ”sudah usang menunggu?”, ”asli sini?” dan sebagainya.


Ketiga, apabila narasumber sedikit bicara semenjak awal, pancing dengan curhat kecil saat wawancara. Keputusan kita melaksanakan curhat memberi pesan implisit pada narasumber bahwa kita bersikap terbuka tanpa harus meminta informan secara pribadi untuk terbuka. Keterbukaan kita biasanya memancing narasumber untuk bersikap terbuka pula. Narasumber yang terlalu pendiam dihentikan dipaksa untuk terbuka. Biarkan apa adanya, catat saja abjad pendiam narasumber dalam catatan penelitian. Namun perlu diingat, narasumber tetap merupakan sosok yang lebih banyak bicara ketimbang kita. Bukan sebaliknya.






Keempat, hal yang perlu diketahui yakni proses wawancara tidak menyerupai mengekstrak informasi dari interviewer sebagaimana dokter gigi mencabut gigi. Proses wawancara yakni menyerupai dua orang menari dengan menyesuaikan irama sehingga tercipta gerak yang harmonis. Artinya, satu orang berbicara, yang lain mengikuti secara berirama. Pewawancara siap menjadi pemecah kesunyian biar tenang tak berlangsung lama.


Kelima, perbanyak pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka juga harus disampaikan secara luwes. Ciri khas pertanyaan terbuka bisa dimulai dengan narasi informal berikut:



Ceritakan dong ihwal pengalaman kau …


Bisakah kau deskripsikan ihwal …


Ceritakan lagi ihwal …


Gimana ceritanya kok bisa …



Keenam, saat bertanya pada informan, posisikan informan sebagai seorang guru yang mengajarkan kau sesuatu. Tapi ingat, kau yakni murid cerdas yang antusias.


Selamat mempraktikkan teknik wawancara penelitian!


Baca juga: Metode Penelitian Kualitatif



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Teknik Wawancara Penelitian"

Posting Komentar