Etika Penelitian

Etika penelitian telah menjadi potongan penting dari riset modern, terutama ketika riset yang dilakukan menempatkan insan sebagai subjek penelitian. Penelitian sosial dimana subjeknya ialah manusia, secara otomatis harus mengakibatkan espek budbahasa sebagai potongan dari prosesnya.


Mengenal apa saja budbahasa yang harus dipehatikan oleh peneliti menjadi penting bagi peneliti dan penelitian itu sendiri. Bentuk perhatian pada mekanisme etis sanggup digambarkan sebagai pengukuhan oleh peneliti atas hak-hak asasi subjek yang terlibat dalam penelitian.







Subjek penelitian ialah informan atau narasumber yang terlibat dalam proses riset. Postingan blog ini akan mengulas secara singkat perihal budbahasa penelitian yang perlu diperhatikan oleh peneliti biar riset tak melanggar arahan etik.


Saya akan jelaskan secara sekilas bagaimana riset modern mulai menaruh perhatian pada aspek etika. Bahkan, semenjak menyusun tawaran atau laporan riset, peneliti perlu menjelaskan secara eksplisit bahwa penelitian yang dilakukannya steril dari pelanggaran arahan etik. Dalam beberapa kasus, peneliti perlu mendeklarasikan apakah terdapat benturan kepentingan dari riset yang dilakukannya. Hal ini juga berkaitan dengan transparansi aspek budbahasa dalam penelitian.


Mengapa perlu adanya budbahasa dalam penelitian?


Etika penelitian telah menjadi potongan penting dari riset modern Etika PenelitianKita perlu menengok sejenak sebuah eksperimen medis yang disponsori oleh Nazi Jerman pada abad perang dunia kedua untuk menjawab pertanyaan ini. Eksperimen medis tersebut telah tercatat sebagai potongan dari sejarah kelam insan dimana beberapa orang dijadikan objek eksperimen untuk tujuan sosial yang mencelakakan. Genosida, pembantaian massal, pencucian etnis, ialah tujuan eksperimen itu.


Nazi pada perang dunia kedua mengakibatkan insan sebagai ”kelinci percobaan” dalam riset medis untuk melaksanakan pembantaian massal secara ”efisien”. Mereka yang dijadikan objek eksperimen tidak tahu bahwa dirinya ialah kelinci percobaan. Kode Nuremberg berupa kesepakan yang dicapai oleh para peneliti lahir sebagai respons untuk menyudahi malapetaka tersebut. Dalam Kode Nuremberg dinyatakan bahwa setiap insan yang terlibat, terutama sebagai subjek penelitian harus berada di bawah konsennya. Dengan kata lain, subjek riset tau dan mengijinkan bahwa dirinya terlibat dalam penelitian.


Deklarasi PBB mengenai hak asasi insan memang langkah lain lagi. Namun di situ ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak-hak asasi sebagai manusia yang harus dihormati. Deklarasi HAM menciptakan kita harus mengakui adanya hak-hak asasi yang dimiliki oleh setiap individu sebagai insan yang diatur secara konstitusional.


Bagaimana budbahasa penelitian diaplikasikan dalam riset sosial?








Riset sosial pada umumnya melibatkan individu atau masyarakat sebagai subjek kajiannya. Artinya, keterlibatan orang lain dalam penelitian sosial menjadi keniscayaan. Pertimbangan etis dalam proses riset, dengan demikian, menjadi potongan mendasar dari riset sosial.


Beberapa sisi etis yang harus diperhatikan oleh peneliti sosial meliputi; pertama, informed consent atau pemberitahuan pada subjek bahwa mereka terlibat riset dan peneliti menerima persetujuan dengan penuh kesadaran dari subjek yang terlibat riset.


Untuk memperoleh persetujuan, peneliti perlu memperkenalkan diri dan penelitiannya terlebih dahulu kepada orang yang potensial menjadi subjek penelitiannya. Langkah ini dilakukan di awal biar proses riset selanjutnya tidak melanggar arahan etik.


Kedua, pemberian subjek penelitian. Peneliti secara etis harus melindungi subjek yang mungkin berpotensi mengalami kerugian dalam bentuk apapun disebabkan oleh keterlibatannya sebagai subjek penelitian. Perlindungan kepada subjek harus menjadi konsen peneliti.


Ketiga, pemberian identitas subjek penelitian. Peneliti secara etis juga harus melindungi identitas subjek sehingga reputasinya terjaga sebagaimana sebelum terlibat sebagai subjek penelitian. Perlindungan terhadap indentitas informan atau narasumber pada prinsipnya merupakan pemberian terhadap privasi subjek.


Ketiga aspek tersebut, yaitu persetujuan dari subjek, pemberian subjek, dan pemberian identitas, ialah bentuk dasar aplikasi arahan etik penelitian sosial. Penelitian telah sesuai mekanisme etis apabila mempertimbangkan ketiganya.


Apakah mengaplikasikan arahan etik dalam proses penelitian cukup mudah?








Pengalaman saya beberapa kali melaksanakan riset di lapangan menyampaikan tidak. Pada kenyataannya, riset jauh lebih dinamis ketika sedang dihukum ketimbang ketika direncanakan.


Sebenarnya, gampang atau sulitnya mengaplikasikan mekanisme etis dalam penelitan tergantung pada substansi dari riset itu sendiri. Sebagai contoh, mengenalkan diri dan topik penelitian untuk menerima persetujuan calon informan biar mau terlibat riset kelihatannya mudah. Bagaimana dengan topik riset yang sensitif sehingga apabila calon informan yang tau dirinya akan terlibat riset kemungkinan besar akan menolak?


Sebut saja, misalnya, penelitian perihal jaringan pengemis di Jakarta. Ketika kita melaksanakan survei atau wawancara kepada pengemis, dan secara terbuka kita mengenalkan diri, mereka cenderung akan menolak lantaran takut resiko ditangkap pihak otoritas, misalnya. Oleh lantaran itu, aplikasi budbahasa riset harus ditempatkan pada konteks yang spesifik.


Untuk menemukan solusi dari teladan masalah di atas, peneliti harus kembali mempertimbangkan aspek budbahasa lainnya, yaitu melindungi subjek dan identitas subjek. Maka, biasanya peneliti diperbolehkan secara belakang layar melalukan penelitian. Misalnya dengan berpura-pura menjadi pengemis anyaran kemudian melaksanakan observasi untuk memperoleh data. Wawancara juga dilakukan secara sembunyi-sembunyi dengan menyimpan identitas asli. Tetapi, perlu diperhatikan bahwa pemberian terhadap diri subjek serta identitasnya harus tetap diutamakan.


Penerapan budbahasa penelitian pada prinsipnya ialah pengukuhan terhadap hak-hak asasi subjek sebagai manusia, sehingga proses riset tetap berjalan dengan respek dan tanpa adanya martabat insan yang terluka.


Baca juga: Metode Penelitian Sosial



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Etika Penelitian"

Posting Komentar