Hama Dan Penyakit Flora Cabe

Budidaya tumbuhan cabai merupakan kegiatan perjuangan tani yang menjanjikan laba menarik. Di Indonesia, undangan akan cabai cukup tinggi. Cabe seolah-olah sudah menjadi materi kebutuhan pokok masyarakat. Di masa-masa tertentu, menyerupai menjelang hari raya harga cabai bisa meningkat hingga puluhan kali lipat.


Usaha tani tumbuhan cabai (Capsicum annuum L.) memerlukan modal besar dan keterampilan yang cukup. Tidak jarang petani cabai merugi lantaran abai memperhitungkan faktor cuaca, fluktuasi harga atau serangan hama dan penyakit. Oleh lantaran itu, segala resiko dalam budidaya tumbuhan cabai harus dipertimbangkan secara matang.


Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor resiko yang cukup besar dalam budidaya cabe. Agar sukses menjalankan perjuangan tani cabe, ada baiknya kita mengenal jenis-jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tumbuhan cabe.


Hama tumbuhan cabe


Hampir semua hama yang menyerang tumbuhan terung-terungan bisa menyerang tumbuhan cabe. Serangan hama ini bisa menurunkan produktivitas tanaman, bahkan pada tingkat tertentu menjadikan gagal panen. Berikut ini beberapa jenis hama utama yang sering menyerang tumbuhan cabai di Indonesia.


a. Hama ulat


Ulat yang sering menyarang tumbuhan cabai diantaranya ulat grayak (Spodoptera litura). Ulat jenis ini memakan daun hingga bolong-bolong sehingga menganggu kemampuan fotosintesis tanaman. Pada tingkat yang parah ulat grayak memakan habis seluruh daun dan hanya menyisakan tulang-tulang daun.


Selain itu ada juga jenis ulat yang menyerang buah cabai, yaitu jenis Helicoverpa sp. dan Spodoptera exigua. Ulat jenis ini menciptakan lubang pada buah cabai baik yang masih hijau maupun merah.


Ulat biasanya menyerang pada malam hari atau dikala matahari teduh. Pada siang yang terik, ulat bersembunyi di pangkal tumbuhan atau berlindung di balik mulsa sehingga ulat-ulat ini bisa lolos dari penyemprotan.



  • Pengendalian teknis. Ulat diambil dikala malam hari ketika mereka mulai berkeliaran. Pengambilan ulat sebaiknya dilakukan secara menyeluruh dan serempak. Bisa juga dipasang perangkap imago hama. Pencegahannya yakni dengan menjaga kebersihan kebun. Siangi gulma pada selasar bedengan, parit atau lubang-lubang mulsa.

  • Pengendalian kimiawi. Penyemprotan dilakukan apabila serangan sudah parah. Jenis obat yang dipakai yakni insektisida. Penyemprotan sebaiknya dilakukan dikala malam hari.


b. Hama tungau


Tungau yang biasa menyerang tumbuhan cabai ialah tungau kuning (Polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah (Tetranycus sp.). Tungau dijumpai juga menyerang tumbuhan tanaman singkong.


Pada tumbuhan cabe, serangan tungau menciptakan daun keriting menggulung ke cuilan kebawah menyerupai sendok terbalik. Daun menjadi tebal dan kaku sehingga pembentukan pucuk terhambat. Lama kelamaan daun akan menjadi coklat dan mati.



  • Pengendalian teknis. Tanaman yang terjangkit parah dicabut sedangkan yang belum parah dipotong pucuk-pucuknya. Sisa tumbuhan yang terjangkit dibakar supaya tidak menjangkiti yang lain. Untuk mencegahnya, usahakan areal penanaman cabai tidak berdekatan dengan tumbuhan singkong. Menjaga kebersihan kebun efektif mengurangi serangan tungau.

  • Pengendalian kimiawi. Tungau hanya bisa diberantas dengan racun tungau menyerupai akarisida, bukan dengan insektisida. Dilihat dari fisiknya, tungau berkaki delapan berbeda dengan serangga (insek) yang berkaki empat.


c. Hama kutu daun


Kutu daun yang menyerang tumbuhan cabai biasanya berasal dari jenis Myzus persicae. Kutu daun menyerang dengan menghisap cairan pada daun. Daun menjadi kering dan permukaan daun keriting.


Selain itu, kutu daun bisa mengundang aneka macam penyakit secara tidak langsung. Kutu ini bisa menjadi vektor pembawa virus, menghasilkan cairan berwarna kuning kehijaun yang mengundang semut dan mengundang datangnya cendawan yang menimbulkan jelaga hitam pada permukaan daun.



  • Pengendalian teknis. Petik daun-daun yang terjangkit kemudian musnahkan. Hindari juga penanaman cabai berdekatan dengan semangka, melon dan kacang panjang. Menjaga kebersihan kebun dan penggunaan plastik mulsa perak efektif menekan perkembangan kutu daun.

  • Pengendalian kimiawi. Gunakan jenis insektisida yang mengandung fipronil atau diafenthiuron. Penyempotan paling efektif dilakukan pada sore hari.


d. Hama lalat buah


Serangan lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tumbuhan cabai mengakibatkan kerontokan buah. Buah cabai tidak sempat dipanen lantaran keburu rontok ke tanah. Pada buah yang terjangkit apabila di belah terdapat larva lalat. Bila tidak dibersihkan, larva pada buah cabai yang rontok akan menjadi pupa di dalam tanah, sehingga siklus serangan akan terus berulang.



  • Pengendalian teknis. Pungut dan kumpulkan buah cabai yang rontok, kemudian musnahkan dengan cara membakarnya. Hal tersebut penting, supaya lalat tidak menjadi pupa yang bisa bersemayam di dalam tanah. Lalat buah biasa juga menyerang jenis buah-buahan lain menyerupai belimbing, pisang, jeruk, dll. Kaprikornus hindari membudidayakan tumbuhan cabai berdekatan dengan kebun buah.

  • Pengendalian kimiawi. Bisa memakai perangkap lalat dengan memakai atraktan yang mengandung methyl eugenol. Teteskan obat tersebut pada kapas dan masukkan pada botol bekas air mineral. Pemasangan perangkap bisa dilakukan sehabis umur tumbuhan cabai satu bulan. Bila serangan parah, semprot dengan insektisida pada pagi hari, ketika daun masih berembun dan lalat belum berkeliaran.


e. Hama trips (Thrips)


Tanaman cabai yang terjangkit trips daunnya akan terlihat garis-garis keperakan, terdapat bercak-bercak kuning hingga kecoklatan dan pertumbuhannya kerdil. Bila dibiarkan daun akan kering dan mati. Serangan trips biasanya menghebat pada demam isu kemarau. Hama ini juga berperan sebagai pembawa virus dan gampang sekali menyebar.



  • Pengendalian teknis. Bisa memanfaatkan predator alami hama ini, menyerupai kumbang dan kepik. Pemakaian mulsa dan menjaga kebersihan kebun efektif menekan perkembangannya. Selain itu, rotasi tumbuhan membantu mengendalikan hama jenis ini.

  • Pengendalian kimiawi. Penyemprotan dilakukan bila serangan meluas. Gunakan insektisida yang berbahan aktif fipronil dan lakukan pada sore hari.


Penyakit tumbuhan cabe


Penyakit yang menyerang tumbuhan cabai bisa disebabkan virus, bakteri, cendawan maupun jamur. Setidaknya ada enam macam penyakit yang biasa menyerang tumbuhan cabe, diantranya:


a. Bercak daun


Penyakit bercak daun yang menyerang tumbuhan cabai disebabkan oleh jamur Cercospora capsici. Gejalanya terdapat bercak-bercak lingkaran berwarna abu-abu dengan pinggiran coklat pada daun. Bila serangan menghebat daun akan berwarna kuning dan kesannya berguguran. Penyakit ini biasanya menyerang pada demam isu hujan dimana kondisi kelembaban cukup tinggi.


Penyakit ini menyebar dikala jamur masih berupa spora dan bisa dibawa oleh angin, air hujan, hama vektor, dan alat pertanian. Spora jamur juga bisa terikut pada benih atau biji cabe.


Pencegahan terhadap penyakit ini dengan menentukan benih yang sehat bebas patogen. Merenggangkan jarak tanam mempunyai kegunaan meminimalkan serangan supaya lingkungan tidak terlalu lembab. Pengendalian teknis bisa dilakukan dengan memusnahkan tumbuhan yang terinfeksi dengan cara dibakar. Bila serangan menghebat bisa diberikan fungisida.


b. Patek atau antraknosa


Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici dan Colletotrichum gloeosporioides. Pada fase pembibitan penyakit ini mengakibatkan kecambah layu dikala disemaikan. Sedangkan pada fase remaja mengakibatkan mati pucuk, serangan pada daun dan batang mengakibatkan anyir kering. Sementara itu, pada buah akan menjadi anyir menyerupai terbakar.


Penyakit ini bisa terbawa dari benih atau biji cabe. Pencegahan bisa dilakukan dengan menentukan benih yang sehat dan bebas patogen. Pengendalian bisa dilakukan dengan memusnahkan tumbuhan yang terjangkit dan penyemprotan fungisida.


c. Busuk


Terdapat dua macam penyakit anyir yang biasa menyerang tumbuhan cabe, yakni anyir cabang dan anyir kuncup. Busuk cabang pada tumbuhan cabai disebabkan oleh Phytophthora capsici. Menyerang dikala demam isu hujan dan penyebarannya sangat cepat.


Busuk kuncup disebabkan oleh cendawan Choanosearum sp. Penyakit ini masih jarang dijumpai di Indonesia. Gejalanya, kuncup tumbuhan berwarna hitam dan usang kelamaan mati.


Penyakit ini bisa dikendalikan dengan mengurangi takaran pemupukan nitrogen menyerupai urea dan ZA. Kemudian mengatur jarak tanam supaya sirkulasi udara berjalan lancar. Tanaman yang terinfeksi sebaiknya dicabut dan dibakar. Penyemprotan bisa dilakukan dengan fungisida, bila dilakukan dikala demam isu hujan pilih fungisida yang mempunyai perekat.


d. Layu


Penyakit layu merupakan penyakit yang cukup sulit dikendalikan pada budidaya tumbuhan cabe. Penyakit layu bisa ditumbulkan oleh bermacam-macam jasad penganggu tumbuhan menyerupai aneka macam jenis cendawan dan bakteri.

Layu yang disebabkan cendawan disebut layu fusarium. Jenis cendawannya yakni Fusarium sp., Verticilium sp. dan Pellicularia sp. Cendawan ini hidup di lingkungan yang masam.


Sedangkan layu kuman disebabkan oleh kuman Pseudomonas solanacearum. Bakteri ini hidup di jaringan batang. Pengendalian penyakit layu harus diamati dengan lebih spesifik supaya penanganannya bisa lebih tepat.


e. Bule atau virus kuning


Tanaman cabai yang terjangkit virus kuning, daun dan batangnya akan terlihat menguning. Penyakit ini disebut juga penyakit bule atau bulai. Penyebabnya yakni virus gemini, penyakit ini bisa dibawa dari benih atau biji dan ditularkan oleh kutu.


Penyakit yang disebabkan virus tidak akan mempan dengan penyemprotan racun-racun kimia. Pengendalian harus dilakukan sejak dini, dengan menentukan benih unggul dan tahan serangan virus. Selain itu bisa juga dengan membasmi hama yang menjadi vektornya, menyerupai kutu.


Untuk menaikan daya tahan tumbuhan cabai terhadap serangan virus kuning, bisa dengan mengintensifkan pemupukan, contohnya penggunaan pupuk organik cair yang mengandung zat hara makro dan mikro lengkap. Tujuannya supaya tumbuhan cabai tumbuh subur sehingga lebih tahan terhadap patogen.


f. Keriting daun atau mosaik


Penyebab serangan penyakit mosaik adalah Cucumber Mosaic Virus (CMV). Gejalanya, pertumbuhan menjadi kerdil, warna daun belang-belang hijau renta dan hijau muda, ukuran daun lebih kecil, tulang daun akan berubah menguning.


Penyakit ini bisa menyebar dan menular ke tumbuhan lain oleh kegiatan serangga. Penyemprotan kimia bertujuan untuk menghilangkan serangga bukan penyakitnya. Untuk mengurangi penyakit, musnahkan tumbuhan cabai yang telah parah terserang.


Pemilhan benih tahan virus membantu menghindari resiko serangan penyakit ini. Hal lain yang bisa membantu mengurangi resiko serangan yakni pemupukan yang baik dan tepat.


Baca juga artikel ini:





Sumber https://alamtani.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Hama Dan Penyakit Flora Cabe"

Posting Komentar