Jogja Di Malam Hari

Entah kali berapa kalinya kaki ini menginjakkan kaki di kota istimewa ini, kota yang kaya akan budaya, yang hingga hingga ketika ini tetap terjaga dan lestari. Tetapi tujuan utama kali ini yakni bukan jalan-jalan, meskipun ujungnya yach jalan-jalan. He.. he..he.. Tujuan utama kita, yakni jenguk orok kata orang sunda, alis jenguk temen yang habis lahiran di Gunung Kidul.

Berangkat dari stasiun Wonokromo sekitar pukul 09.21 dengan naik kereta api kertajaya. Ada  beberapa dongeng lucu sebelum keberangkatan menunggu Jogja, di antaranya: (1) sebab kita berangkat bahu-membahu dengan sobat sekelas, otomatis tiket kita pesan secara kolektif, dan kita janjian jika naik kereta dari stasiun Wonokromo, meskipun kita pesan tiket dengan stasiun asal Gubeng, tetapi ada satu sobat yang nggak baca pesan di grup WA, balasannya ia pun pergi ke stasiun Gubeng, dan ketika itu ia nggak boleh masuk ke dalam kereta, karena boarding pass nya sudah dicetak teman-teman di stasiun Wonokromo. Pertama kita foto boarding pass, milik sang sobat dan kirim ke dia, tetapi sang security tetap tidak memperbolehkannya, balasannya untuk menyakinkan sang security yang ada di stasiun Gubeng, ada seorang sobat mengajak foto bareng security yang ada di stasiun Wonokromo beserta dengan boarding pass milik sobat yang berangkat dari stasiun Gubeng tadi, dan alhamdulillah sobat diperbolehkan naik kereta. Anehnya.. ini insiden ini bukan hanya satu orang, tapi di alami oleh dua orang. Teman satunya tiba-tiba mendadak mau naik dari stasiun Mojokerto, dan boarding pass-nya pun sudah dicetak juga, (2) semua panik nunggu satu sobat yang nggak datang-datang. Beberapa kali kita disuruh masuk oleh security di stasiun Wonokromo, tetapi beberapa kali kita nolak dengan alasan masih menunggu sobat yang belum datang. Ketika ada orang gres masuk ke stasiun, kita tengok apakah dia?, Ternyata bukan, bahkan kita hampir terkecoh dengan orang lain, sebab tingginya yang sama dengan teman, dimaklumi saja jika tiba terakhir, satu sobat ini berangkat dari malang, belum lagi macet dijalanan.

Pukul 15.30 kita hingga di stasiun Lempuyangan, dan kita di jemput oleh teman-teman yang orisinil Jogja, ketika itu kita dibagi menjadi dua mobil, pertama menuju ke rumah sobat yang berada di kawasan Merdikorejo, Tempel, Sleman dan yang kedua entah di mana pastinya, tapi kalo nggak salah di kawasan Godean, bersahabat dengan SMAN 1 Minggir. Kenapa kita bagi dua??, agar kita sanggup cepat untuk bersih-bersih badan, mandi, dan segala macamnya. Dan sehabis maghrib, rombongan yang tadi di rumah sobat di kawasan Minggir, menghampiri teman-teman yang ada di kawasan Tempel tuk jalan-jalan bareng, menikmati malam kota Jogjakarta. Hiruk pikuk malam kota Jogja tak kalah ramainya dengan kota Surabaya, tetapi yang bikin kagum dengan kota ini yakni jalannya yang gak sebegitu lebar di Surabaya, menyerupai gang-gang gitulah, sehingga kita yang sanggup menikmati perjalanan dengan memandang rumah-rumah penduduk dengan ornamen tradisionalnya, dan beberapa yang dimanfaatkan untuk pertokoan. 

Tujuan pertama malam ini yakni ke toko kaos aseli kota Jogja, yach apalagi kalo bukan kaos Dagadu, kaos legendaris dengan logo mata. Puas dengan apa yang dicari dan sudah didapatkan, lanjut ke tujun berikutnya. Kita yang bukan orisinil Jogja, ngikut saja apa kata teman-teman yang orisinil Jogja. Dan balasannya kita pun dibawa ke Alkid, ketika teman-teman Jogja diskusi bilang Alkid... Alkid... semuanya pada bertanya-tanya, tempat apa itu, eh.. eh.. ternyata Alkid itu abreviasi dari Alun-alun Kidul. 

Wich... lampu warna-warni menghiasi Alkid, yach lampu dari becak gowes jika saya menyebutnya. Di Alkid kita awali dengn naik becak gowes, sekali putaran alun-alin dengan harga Rp. 40.000,00, sehabis itu kita mencoba ke tengah-tengah alun-alun, rasa ingin tau ketika melihat goresan pena sewa Rp. 5.000,00, untuk sebuah kain hitam, dan apa fungsinya. Ternyata.. eh.. ternyata, kain hitam itu berfungsi untuk epilog mata. Penutup mata untuk berjalan menuju ke tengah-tengah di antara dua beringin. Menurut dongeng sich, ketika seseorang berjalan dan sanggup lewat di antara dua beringin tersebut, permintaanya akan terkabul. 


Teman-teman pun mencoba untuk berjalan dengan di tutup mata, dan keisengan sobat yang lain pun terjadi. tanpa di dampingi ketika ia berjalan, hingga dianya nabrak tembok beringin, bahkan sebelum ia jalan pun diisengin dengan diteriak-teriaki di telinganya, dan keisengan lainnya. Puas dengan di Alkid dan hari sudah larut malam, kita pun kembali ke rumah seorang teman di kawasan Bantul untuk melepas lelah, sebab besoknya harus ke Gunung Kidul untuk jenguk bayi.

Hasti House


Pos Dagadu

Becak Gowes


Naik Becak Gowes


Semangat tuk ngelewati pohon beringin


Keisengan Teman-teman


Maju terus pantang mundur



Sumber http://blogeulum.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Jogja Di Malam Hari"

Posting Komentar