Teori Kritis
Teori kritis merupakan teori sosial yang menekankan pada analisis kehidupan sosial secara menyeluruh dengan orientasi terciptanya transformasi sosial. Implementasi teori ini tidak diarahkan kemana-mana melainkan untuk mendorong adanya perubahan sosial di masyarakat. Perubahan sosial yang dimaksud ialah terciptanya masyarakat yang terbebaskan, adil, dan berdikari dari dominasi kultural serta ideologis.
Baca juga: Pengertian Budaya
Teori kritis lahir dari tradisi fatwa Marxian. Dengan kata lain, seorang tokoh intelektual Karl Marx menjadi salah satu sosok inspiratif teori ini. Fondasi teori kritis juga tidak lepas dari pengembangan teori Marx yang dilakukan oleh intelektual Marxist menyerupai Gyorgy Lukacs dan Antonio Gramsci. Keduanya menginspirasi secara toritis dan praksis fatwa tokoh intelektual dari Universitas Frankfurt, German menyerupai Max Horkheimer, Theodor Adorno, Herbert Marcuse, Erich Fromm, Walter Benjamin dan Juergen Habermas.
Tokoh-tokoh dari Frankfurt tersebut menyebut dirinya sebagai komunitas epistemik yang dikenal dengan sebutan the Frankfurt School. Mereka itulah yang menyebarkan konsep dan definisi dari teori kritis.
Baca juga Karl Marx: Nabi Kaum Proletar
Berkaitan dengan yang disebutkan di awal, teori kritis bertujuan untuk menggali ”kebenaran” yang beroperasi di bawah permukaan kehidupan sosial, menyerupai adanya praktik dominasi kekuasaan secara kultural dan ideologis. Teori ini juga sering secara frontal menyerang teori-teori sosial tradisional yang dianggap hanya menjelaskan suatu fenomena tanpa mau mengubahnya. Dari tindakannya itulah teori kritis sering disebut sebagi kritik teori atas teori.
Upaya teori kritis untuk mengungkap ”kebenaran” dilakukan dengan mengangkat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kekuasaan, dominasi dan status quo. Gramsci mengenalkan istilah ”hegemoni” untuk menjelaskan adanya dominasi segelintir elit yang beroperasi dalam sistem kapitalistik untuk mengeksploitasi kesadaran massa yang jumlahnya banyak.
Baca juga: Teori Perubahan Sosial
Apa yang ingin diberikan oleh teori kritis bergotong-royong tidak jauh berbeda dengan teori Marxian lainnya, menyerupai menawarkan kesadaran pada individu atau kelompok bahwa dirinya berada dalam dominasi ideologis dan kultural yang menghalanginya untuk mencapai kebebasan sejati (true freedom). Namun, salah satu kelebihan teori kritis ialah ketegasannya dalam upaya menjelaskan fenomena sosial secara keseluruhan dan impian emansipatoris yang hendak dicapai.
Teori ini beranggapan bahwa secara sadar atau tidak, masyarakat sedang hidup dalam sistem kapitalisme yang eksploitatif. Namun berbeda dengan sistem kapitalisme tradisional yang eksploitasinya tampak kasat mata, eksploitasi kapitalis semenjak masa 20 lebih samar dan halus. Aspek kultur dan ideologi lebih mayoritas ketimbang aspek fisik.
Salah satu bentuk eksploitasi kapitalistik yang sering dijadikan pola ialah televisi sebagai hiburan kelas pekerja. Seharian para pekerja menjual tenaganya di kawasan kerja. Saat pulang ke rumah, mereka menonton televisi sebagai hiburan hingga tidur dimalam hari dan paginya melanjutkan kerja lagi. Acara televisi merupakan industri kultural yang merupakan bisnis mencari untung dengan menjual rating atau jumlah penonton kepada pengiklan. Sering kali tanpa sadar para pekerja bergotong-royong dieksploitasi lagi malamnya, bukan sebagai pekerja, melainkan sebagai penonton.
Fenomena tersebut sanggup dijelaskan oleh teori kritis sebagai sebuah bentuk dominasi oleh merka yang mencari untung dari pekerja dan penonton. Teori ini berupaya mengungkap ”kebenaran” dibalik drama kehidupan sosial yang tampak normal.
Baca juga: Sosiologi Sebagai Ilmu Kehidupan Sehari-Hari
Salah satu cara gampang untuk mendeteksi adanya praktik dominasi kekuasaan dalam kehidupan ini ialah dengan cara mengamati apa yang kita lakukan, kemudian bertanya siapa bergotong-royong yang mengambil untung dari yang kita lakukan. Lebih spesifik lagi, menanyakan siapa yang paling banyak mengambil untung. Selain itu, sanggup pula dilakukan dengan mengidentifikasi siapa yang sedang berkuasa secara politik dan ekonomi, kemudian melihat dimana posisi kita dihadapan penguasa.
Intelektual kritis Antonio Gramsci berargumen bahwa upaya mengungkap praktik dominasi kekuasaan terutama secara kultural dan ideologis dan menjelaskannya kepada masyarakat ialah kiprah kaum intelektual. Gramsci menyebut mereka yang melaksanakan tugasnya itu sebagai kaum Intelektual organik. Intelektual organik ialah mereka mengambil kiprah dan mengabdikan hidupnya untuk impian emansipatoris, humanis, dan adil.
Baca juga: Teori-Teori Sosiologi
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "Teori Kritis"
Posting Komentar