✔ Kurikulum Model Ralph Tyler


Buku usang berjudul Basic Principles of Curriculum and Instruction yang ditulis Tyler pada 1949 hingga masa ini masih menjadi referensi dalam proses pengembangan kurikulum. Menurut Tyler model pengembangan kurikulum rasional lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan.

Menurut Tyler ada 4 masalah yang dianggap mendasar untuk menyebarkan  kurikulum, iaitu :

1. Menentukan tujuan
Menentukan tujuan merupakan hal yang paling awal dan harus dikerjakan kerana tujuan akan memilih arah/sasaran pendidikan. Terdapat beberapa pertanyaan untuk mempermudah dalam memilih tujuan, iaitu:

i. Mana halatuju pendidikan murid-murid itu?
ii. Apakah kemampuan yang harus dimiliki murid lepeasa mengikuti aktivitas pendidikan?
iii. Dari mana dan bagaimana kita memilih tujuan pendidikan ?
Ketiga pertanyaan di atas sanggup dijadikan contoh dalam menetukan tujuan semoga tujuan yang dikehendaki akan sanggup difokuskan dan direalisasikan. Dalam merumuskan tujuan, ada beberapa perkara-perkara yang perlu diambilkira menyerupai faktor pelajar, sekolah, kehidupan masa kini, disiplin ilmu, falsafah, dan psikologi belajar.

Dalam memilih tujuan, ia bergantung kepada falsafah pendidikan yang diamalkan.  Terdapat 3 tujuan kurikulum iaitu:

Disipline oriented
Disiplineoriented
Tujuan kurikulum bersifat disiplineoriented menekankan pada penguasaan teori-teori yang ada dalam disiplin ilmu. Makara dalam merumuskan tujuan diambil dari teori-teori para ahli.











Child centered
Childcentered
Bersifat childcenterd bererti berpusat pada anak didik, dalam merumuskan tujuan harus diubahsuaikan dengan talenta minat anak didik, keperluan anak didik dan kemampuan anak didik.

Societycenterd
Societycentered bermaksud berpusat pada kehidupan masyarakat. Makara dalam merumuskan tujuan lebih ditekankan untuk kehidupan masyarakatnya sendiri. Tujuan kurikulum harus sesuai dengan keadaan lingkungan masyarakat, keadaan sosial ekonomi masyarakat, apa yang dibutuhkan dan harus sesuai dengan falsafah pendidikan yang diamalkan.

Walaupun secara teori tampak begitu tajam kontradiksi antara kurikulum yang bersumber dari displin akademik, kurikulum yang bersumber dari keperluan langsung dan keperluan masyarakat, akan tetapi dalam praktiknya tidak setajam apa yang ada dalam teori. Anak yaitu organisme yang unik, yang mempunyai banyak sekali ragam yang berbeza. Ia juga yaitu makhluk sosial yang berasal dari masyarakat dan akan kembali kepada masyarakat, oleh kerana itulah tujuan kurikulum apa pun bentuk dan modelnya intinya harus mempertimbangkan banyak sekali sumber untuk kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.

2. Menentukan pengalaman belajar
Pengalaman berguru yang dimaksud yaitu adalah segala aktiviti dalam berinteraksi dengan persekitaran. Makara dalam merumus kurikulum perlu memperhatikan latar belakang pendidikan anak didik dan pengalaman anak didik. Penyusunan kurikulum perlu mengambilkira persepsi anak didik semoga mereka sanggup bersedia dari segi mental dan emosi maupun dalam bentuk perlakuan.

3. Mengorganisasi pengalaman belajar
Mengorganisasi pengalaman berguru merupakan hal yang sangat penting. Pengalaman berguru perlu diorganisasikan semoga terstruktur sehingga lebih gampang dalam merumus kurikulum dan jadinya sanggup dimaksimakan. Pengorganisasian ini boleh saja berbentuk mata pelajaran maupun dalam bentuk program.

Langkah pengorganisasian ini sangatlah penting, lantaran dengan pengorganisasian yang terang akan memperlihatkan petunjuk kepada pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi suatu pengalaman berguru yang faktual bagi pelajar. Ada beberapa prinsip berdasarkan Tyler (1950: 55) dalam mengorganisasi pengalaman belajar, iaitu sebagai berikut.

Prinsip kesinambungan ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Bersifat vertikal maksudnya bahawa pengalaman berguru yang diberikan harus mempunyai kesinambungan yang dibutuhkan untuk pengembangan pengalaman berguru selanjutnya. Contohnya, apabila anak diberikan pengalaman berguru ihwal pengembangan kemampuan membaca bahan-bahan pelajaran bersifat kemasyarakatan, harus diyakini bahawa pengalaman berguru tersebut akan dibutuhkan untuk menyebarkan keterampilan berikutnya, misalnya ketermapilan memecahkan masalah-masalah sosial. Prinsip kesinambungan yang bersifat horizontal bermaksud suatu pengalaman yang diberikan pada siswa harus mempunyai fungsi dan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman berguru dalam bidang lain. Contohnya pengalaman berguru dalam bidang matematik harus sanggup membantu untuk memperoleh pengalaman berguru dalam bidang ekonomi ataupun dalam bidang lain.

Prinsip kesinambungan mempunyai hubungan yang erat, perbezaannya hanya terletak pada aras kesulitan dan keluasan skop. Ini bermaksud setiap pengalaman berguru yang diberikan kepada pelajar harus turut sama memerhatikan tahap perkembangan pelajar. Pengalaman berguru yang diberikan dalam kelas Tahun 3 harus berbeza dengan pengalaman pada kelas seterusnya.

Penilaian
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum tercapai atau tidak. Dalam menilai terdapat 2  aspek yang perlu diberi perhatian iaitu:

Evaluasi harus menilai apakah ada perubahan tingkah laris pelajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Penilaian sebaiknya memakai lebih dari satu alat ukur dalam suatu waktu tertentu.
Terdapat 2 fungsi evaluasi sebagai masalah yang penting dalam pengembangan kurikulum.

1.Fungsi sumatif
Yang dimaksud fungsi sumatif yaitu evaluasi dipakai untuk memperoleh data ihwal pencapaiaj pelajar. Dengan adanya evaluasi kita sanggup mengetahui bagaimana tahap pencapaian tujuan atau tahap penguasaan isi kurikulum oleh setiap pelajar.

2.Fungsi formatif
Fungsi formatif ini dipakai untuk melihat tingkat efaktif proses pembelajaran, adakah aktivitas yang telah ditetapkan sudah dianggap tepat atau masih perlukan penambahbaikan.

Sedangkan berdasarkan Model Objectives Tyler beropini bahawa evaluasi kurikulum sebagai pengukuran performa anak didik terhadap tujuan sikap yang sudah dirumuskan. Selain itu masih ada beberapa model lainnya yang menjurus kepada evaluasi terhadap ketercapaian objektif, iaitu :

Hammond,  lebih berfokuskan  kepada imbas faktor institusional dan instruksional di dalam mencapai tujuan.
Provus, memfokuskan kepada apakah terdapat perbezaan antara pengamatan kurikulum dan standard atau tujuan yang sudah dipersetujui.


Sumber http://psv3.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "✔ Kurikulum Model Ralph Tyler"

Posting Komentar