√ Teori Perubahan Sosial




Versi materi oleh Bondet Wrahatnala


Kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan social merupakan tanda-tanda yang masuk akal yang timbul dari pergaulan hidup insan di dalam masyarakat. Perubahan-perubahan sosial akan terus berlangsung sepanjang masih terjadi interaksi antarmanusia dan antarmasyarakat. Perubahan sosial terjadi alasannya adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, menyerupai perubahan dalam unsurunsur geografis, biologis, ekonomis, dan kebudayaan.

Perubahan-perubahan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis. Adapun teori-teori yang menjelaskan mengenai perubahan sosial ialah sebagai berikut.



1. Teori Evolusi (Evolution Theory)

Teori ini intinya berpijak pada perubahan yang memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan.

Ada majemuk teori wacana evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu unilinear theories of evolution, universal theories of evolution, dan multilined theories of evolution.

a. Unilinear Theories of Evolution
Teori ini beropini bahwa insan dan masyarakat termasuk kebudayaannya akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks dan kesudahannya sempurna. Pelopor teori ini antara lain Auguste Comte dan Herbert Spencer.

b. Universal Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan insan telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini ialah bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi kelompok yang heterogen.

c. Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahaptahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian wacana perubahan sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian menetap dengan memakai pemupukan dan pengairan.

Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, ada beberapa kelemahan dari Teori Evolusi yang perlu menerima perhatian, di antaranya ialah sebagai berikut.

a. Data yang menunjang penentuan tahapan-tahapan dalam masyarakat menjadi sebuah rangkaian tahapan seringkali tidak cermat.

b. Urut-urutan dalam tahap-tahap perkembangan tidak sepenuhnya tegas, alasannya ada beberapa kelompok masyarakat yang bisa melampaui tahapan tertentu dan pribadi menuju pada tahap berikutnya, dengan kata lain melompati suatu tahapan. Sebaliknya, ada kelompok masyarakat yang justru berjalan mundur, tidak maju menyerupai yang diinginkan oleh teori ini.

c. Pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial akan berakhir pada puncaknya, ketika masyarakat telah mencapai kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Pandangan menyerupai ini perlu ditinjau ulang, alasannya apabila perubahan memang merupakan sesuatu yang konstan, ini berarti bahwa setiap urutan tahapan perubahan akan mencapai titik akhir. Padahal perubahan merupakan sesuatu yang bersifat terusmenerus sepanjang insan melaksanakan interaksi dan sosialisasi.



2. Teori Konflik (Conflict Theory)

Menurut pandangan teori ini, kontradiksi atau konflik bermula dari pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan kelompok yang tertindas secara materiil, sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini mempunyai prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial selalu menempel pada struktur masyarakat.

Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap ialah konflik sosial, bukan perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah merupakan akhir dari adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga akan mengikutinya. Dua tokoh yang pemikirannya menjadi anutan dalam Teori Konflik ini ialah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf.

Secara lebih rinci, pandangan Teori Konflik lebih menitikberatkan pada hal berikut ini.
a. Setiap masyarakat terus-menerus berubah.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan konflik.
d. Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yang satu oleh golongan yang lainnya.



3. Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)

Konsep yang berkembang dari teori ini ialah cultural lag (kesenjangan budaya). Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk menjelaskan bahwa perubahan sosial tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat. Menurut teori ini, beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur yang lainnya tidak sanggup mengikuti kecepatan perubahan unsur tersebut. Maka, yang terjadi ialah ketertinggalan unsur yang berubah secara perlahan tersebut. Ketertinggalan ini menjadikan kesenjangan sosial atau cultural lag.

Para penganut Teori Fungsionalis lebih mendapatkan perubahan sosial sebagai sesuatu yang konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada ketika perubahan itu telah diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional dan kesudahannya diterima oleh masyarakat, tetapi apabila terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat, perubahan akan ditolak. Tokoh dari teori ini ialah William Ogburn.

Secara lebih ringkas, pandangan Teori Fungsionalis ialah sebagai berikut.
a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada janji bersama (konsensus) di kalangan anggota kelompok masyarakat.



4. Teori Siklis (Cyclical Theory)

Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu tidak sanggup dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Karena dalam setiap masyarakat terdapat perputaran atau siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan social merupakan hal yang masuk akal dan tidak sanggup dihindari. Sementara itu, beberapa bentuk Teori Siklis ialah sebagai berikut.

a. Teori Oswald Spengler (1880–1936)
Menurut teori ini, pertumbuhan insan mengalami empat tahapan, yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh Spengler dipakai untuk menjelaskan perkembangan masyarakat, bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu sekitar seribu tahun.

b. Teori Pitirim A. Sorokin (1889–1968)
Sorokin berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga sistem kebudayaan ini ialah kebudayaan ideasional, idealistis, dan sensasi.
1) Kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh nilai-nilai dan akidah terhadap kekuatan supranatural.
2) Kebudayaan idealistis, yaitu kebudayaan di mana akidah terhadap unsur adikodrati (supranatural) dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam membuat masyarakat ideal.
3) Kebudayaan sensasi, yaitu kebudayaan di mana sensasi merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.

c. Teori Arnold Toynbee (1889–1975)
Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan kesudahannya kematian. Beberapa peradaban besar berdasarkan Toynbee telah mengalami kepunahan kecuali peradaban Barat, yang remaja ini beralih menuju ke tahap kepunahannya.

Sumber http://www.ssbelajar.net/

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "√ Teori Perubahan Sosial"

Posting Komentar