√ Sosiologi Sebagai Ilmu




Versi materi oleh Bondet Wrahatnala


Setiap insiden atau insiden yang terjadi dalam masyarakat akan menjadi pengetahuan bagi anggotanya. Suatu pengetahuan ada yang tersusun secara sistematis dan ada yang tidak. Suatu pengetahuan yang tersusun secara sistematis, memakai pemikiran, dan sanggup dikontrol secara kritis oleh orang lain disebut dengan ilmu atau lebih dikenal dengan istilah ilmu pengetahuan.

Menurut Soerjono Soekanto, ilmu pengetahuan sanggup didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan memakai kekuatan aliran (logika), pengetahuan mana haruslah objektif, artinya selalu sanggup diperiksa dan diuji secara kritis oleh orang lain. Jadi, tidak semua pengetahuan sanggup disebut sebagai ilmu, melainkan hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan teruji kebenarannyalah yang disebut dengan ilmu pengetahuan.


Apakah sosiologi merupakan ilmu pengetahuan? Sejak pertama dicetuskan istilah sosiologi, para aktivis sosiologi beranggapan bahwa sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan. Namun apakah hal itu benar? Untuk mengetahuinya, mari kita lihat syarat-syarat sebuah ilmu pengetahuan.

Menurut para ahli, syarat ilmu pengetahuan yaitu sebagai berikut.
1. Kumpulan pengetahuan (knowledge).
2. Tersusun secara sistematis.
3. Menggunakan aliran (logis dan rasional).
4. Terbuka terhadap kritik (objektif).

Apakah syarat-syarat di atas dimiliki oleh sosiologi? Mari kita telaah bersama-sama.

Sosiologi merupakan pengetahuan wacana fenomena masyarakat, ibarat interaksi sosial, aturan-aturan dalam kehidupan masyarakat, pertikaian atau konflik, perubahan sosial, dan sebagainya.

Sosiologi tersusun secara sistematis. Artinya mempunyai sistematika tertentu dengan unsur-unsur yang merupakan suatu kebulatan. Misalnya, pembahasan wacana interaksi social mempunyai kaitan dengan norma sosial lantaran interaksi social membutuhkan aturan-aturan tertentu. Meskipun demikian, sistematika yang dimaksud dalam pembahasan sosiologi itu bersifat dinamis yang diadaptasi dengan perkembangan zaman.

Sosiologi merupakan hasil aliran yang biasanya bersumber dari fakta-fakta atau kejadian-kejadian yang ada dalam masyarakat. Pada bab sejarah perkembangan sosiologi sudah terlihat terperinci munculnya sosiologi sebagai hasil dari aliran para andal terhadap situasi dan kondisi masyarakat.

Fenomena masyarakat itu dikaji oleh pikiran, bukan oleh perasaan. Setiap kajian sosiologi, contohnya perubahan sosial, akan dimulai dengan pertanyaan mengapa terjadi perubahan dalam masyarakat? Siapa yang melaksanakan perubahan? Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan? Dan sejumlah pertanyaan lain yang dijawab dengan memakai pikiran.

Pengetahuan sosiologi, sistematika sosiologi, dan aliran sosiologi sanggup ditelaah oleh masyarakat luas. Oleh lantaran itu, sosiologi dikatakan bersifat objektif. Namun apabila terjadi perbedaan pandangan dalam suatu fenomena yang terjadi di masyarakat, hal itu lantaran adanya perbedaan paradigma atau perbedaan sudut pandang. Dan sosiologi tidak mempermasalahkan adanya perbedaan itu.

Sosiologi telah memenuhi syarat-syarat ilmu ibarat dikemukakan di atas. Oleh lantaran itulah sosiologi sanggup disebut sebagai ilmu. Sosiologi sebagai ilmu bangun sendiri yang objeknya masyarakat.

Sosiologi mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat khusus sebagaimana disebutkan oleh Harry M. Johnson dalam bukunya Sociology A Systematic Introduction (1960) yang menjelaskan:

1. Sosiologi bersifat empiris, 
artinya ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi (pengamatan) terhadap keyakinan dan kebijaksanaan sehat, serta jadinya tidak bersifat spekulatif, melainkan objektif.

2. Sosiologi bersifat teoretis, 
artinya ilmu pengetahuan itu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan antarhubungan dan lantaran akibat, sehingga menjadi teori.

3. Sosiologi bersifat kumulatif,
artinya teori-teori sosiologi dibuat menurut teori-teori yang sudah ada. Makara sosiologi memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori-teori yang sudah ada itu.

4. Sosiologi bersifat nonetis, 
artinya yang menjadi inti kasus dalam sosiologi bukanlah baik buruknya suatu fakta, melainkan tujuan yang hendak dicapai dengan menjelaskan fakta tersebut.


Sumber http://www.ssbelajar.net/

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "√ Sosiologi Sebagai Ilmu"

Posting Komentar