√ Nekara Perunggu

Versi bahan oleh Marwan S


Nekara pun dianggap sebagai benda suci yang dipakai pada dikala upacara saja. Hal ini diperjelas dengan ditemukannya nekara di banyak sekali kawasan dan diantaranya hingga kini masih tersimpan di Bali dengan ukuran 1,86 meter disimpan di sebuah pura di desa Intaran yaitu pure penataran sasil.



Nekara merupakan benda-benda atau alat-alat yang ada dalam kegiatan upacara yang berfungsi untuk genderang waktu perang, waktu upacara pemakamam, untuk upacara minta hujan, dan sebagai benda pusaka (benda keramat).

Nekara perunggu banyak sekali ditemukan di kawasan Nusantara. Di pulau Bima dan Sumbawa, nekara-nekara perunggu menggunakan teladan hiasan berupa orang-orang yang sedang menari dengan menggunakan hiasan bulu burung dan terdapat hiasan perahu. Hiasan bahtera tersebut diduga merupakan bahtera mayat yang membawa arwah orang yang telah meninggal. Di Pulau Alor banyak nekara berukuran lebih kecil dan ramping dari pada yang ditemukan di tempat-tempat lain. Nekara yang ditemukan di Alor diberi nama Moko. Menurut penelitian dikatakan bahwa moko itu dibentuk di Gresik dan lalu di bawa oleh orang-orang Bugis ke daerahnya. Di bawa ke Nusa Tenggara sebagai barang dagangan.

Di kawasan Manggarai (Flores) orang menanamakan Moko dengan sebutan “gendang gelang” atau “tambur”. Biasanya Moko merupakan benda pusaka yang dimiliki oleh seorang kepala suku yang lalu diturunkan kepada salah seorang anak laki-lakinya. Di Jawa Moko disebut “tamra” atau “tambra”. Di Pulau Roti Moko ini disebut “Moko malai” yang artinya pulau besar dari malai (Malaya), dan di Maluku Moko disebut “tifa guntur”. Dengan demikian, sanggup kita ketahui bahwa daera-daerah penyebaran moko terutama di Indonesia, mencakup daerah: pulau-pulau Alor, Flores,Jawa, pulau Roti dan Maluku. Nekara yang paling besar yaitu sebuah nekara yang ditemukan di akrab Manuaba, kawasan Pejeng (Bali). Karena itu nekara yang ditemukan tersebut diberi nama “Nekara Pejeng” atau “Bulan Pejeng”. Nekara di Pejeng (Gianjar Bali) berukuran sangat besar, yaitu tinggi 1,98 meter dan bidang pukulnya 1,60 meter. Nekara tersebut disimpan di puara penataran Sasih dan masih dipandang keramat oleh penduduk setempat.

Pada tahun 1704, G.E. Rumpius telah melaporkan hasil penelitiannya dengan mengemukakan perihal nekara dari Bali, yang lalu dikenal dengan nama Bulan Pejeng. Kemudian E.C. Barehewitz menghasilkan hasil penelitiannya nekara dari Nusa Tenggara Timur pada tahun 1930. Sebelum itu, A.B. Meyer telah menemukan beberapa nekara dari Jawa, Salayar, Luang, Roti dan Leti. Bersama-sama dengan W. Fox, A.B. Meyer mengadakan perbandingan perihal benda-benda nekara yang ditemukan di Asia Tenggara dan mengambil kesimpulan, bahwa nekara-nekara perunggu itu intinya berpusat di Khemer dan lalu menyebar ke Asia Tenggara termasuk penyebaran selanjutnya ke Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian yang sistematis dilakukan oleh R.P. Soejono pada akhir-akhir ini telah menghasilkan benda-benda perunggu dari Gilimanuk di Bali, Leuwi Liang di Bogor. Di tempat lain juga didapatkan benda-benda perunggu ibarat hasil penelitian di Prajekan antara Bondowoso dan Situbudondo. Kemudian dari kawasan antara Tangerang hingga Karawang di Jawa Barat dan di pemikiran sungai Cisadane, Bekasi, Citarum, Ciparage dan Cikarang.

Sumber http://www.ssbelajar.net/

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "√ Nekara Perunggu"

Posting Komentar