√ Budaya Zaman Bercocok Tanam

Versi bahan oleh Marwan S


Masyarakat masa bercocok tanam sudah memperhatikan perihal kesenian contohnya ditemukannya kulit kerang yang dipakai sebagai kalung, gelang-gelang dari kerikil indah dan manik-manik. Di dalam gua-gua yang menjadi tempat tinggal mereka ditemukan lukisan-lukisan dengan beberapa warna. Hasrat untuk mengekspresikan keindahan muncul dikala insan mulai menetap sementara di goa-goa. Ekspresi keindahan itu dituangkan dalam bentuk seni lukis dengan media dinding-dinding goa atau permukaan batu. Ketika insan sudah mulai hidup menetap, lisan keindahan bertambah variasinya. Seiring dengan perkembangan teknik tuang logam dan pembuatan gerabah, dalam aspek seni muncul seni lukis dalam bentuk relief dan seni patung.

Relief bergotong-royong merupakan penegasan dari seni lukis dengan media permukaan batu, seni patung diwujudkan dalam bentuk patung menhir atau patung-patung megalitik (batu besar) lainnya. Aspek lain yang terkandung dalam seni rupa itu yaitu nilai-nilai magis-religius. Oleh alasannya yaitu itu, gaya penampilan seninya juga dipengaruhi oleh latar belakang kepercayaan senimannya. Hal itu terlihat terperinci pada seni rupa masa protosejarah yang kurang memperhatikan segi anatomis dan proporsi. Seni pada waktu itu lebih ditekankan pada segi simbolisnya.

Untuk memperoleh citra mengenai seni rupa pada masa proto-sejarah, berikut ini diuraikan hasil-hasil seni rupa menyerupai seni lukis, seni patung, dan seni kerajinan. Kegiatan seni melukis berupa lukisan di dinding-dinding goa atau dinding-dinding karang sudah dilakukan oleh insan semenjak masa berburu dan meramu. Hal itu terbukti dari temuan-temuan di Prancis, Afrika, India, Thailand, dan Australia. Kegiatan seni lukis di Indonesia diperkirakan sudah ada semenjak masa berburu dan meramu tingkat lanjut. Bukti mengenai hal itu ditemukan di Sulawesi Selatan, Kepulauan Maluku, dan di Irian Jaya.

Di Leang Pattae, di Sulawesi Selatan juga ditemukan lukisan di dinding goa. Bentuk lukisannya berupa cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah dan seekor babi rusa yang sedang melompat dengan panah menancap dijantungnya. Kebanyakan bentuk lukisan di goa-goa di Sulawesi Selatan ini berupa cap-cap tangan, baik dengan jari lengkap maupun tidak, dan babi rusa. Sementara itu, di goa-goa di Pulau Muna, tempat Sulawesi Tengah, bentuk lukisan yang ditemukan beraneka ragam, contohnya ada insan menunggang kuda, memegang tombak atau pedang, kuda, rusa, anjing, buaya, matahari, dan bahtera layar. Warna lukisannya didominasi warna cokelat.

Di Maluku juga ditemukan lukisan-lukisan di dinding goa dan kerikil karang, berwarna merah dan putih wujudnya cap tangan, kadal, insan dengan membawa perisai berwarna merah, lukisan burung, dan bahtera berwarna putih. Selain itu, dijumpai pula lukisan insan sedang menari dan berkelahi, insan bertopeng, atau lukisan wajah.


Di Irian Jaya ada lukisan di dinding goa dan karang. Pada umunya lukisanlukisan yang ditemukan di Irian Jaya menyerupai dengan lukisan-lukisan yang ditemukan di Pulau Kei tempat Maluku. Bentuknya juga beraneka ragam, menyerupai cap tangan, orang, ikan, perahu, hewan melata, dan cap kaki. Selain itu, terdapat juga lukisan ajaib menyerupai garis-garis lengkung atau garis-garis lingkaran.

Seni relief ditemukan pada dinding kubur megalitik, menyerupai sarkofagus atau dolmen. Di Jawa sarkofagus dan dolmen yangn mempunyai relief ditemukan di Tegal Ampel di Bondowoso, Jawa Timur, dan Tegalang-Bali. Objek lukisan relief tersebut berbentuk manusia, binatang, dan pola-pola geometris. Di antara ketiga obyek itu agaknya obyek insan yang paling banyak dilukiskan. Contohnya relief yang terdapat di sarkofagus yang ditemukan di Bondowoso dan di Bali. Relief yang terdapat di Bondowoso terdiri dari lima insan dan binatang. Selain daripada itu, objek lukisan berupa insan juga terdapat pada tutup dolmen yang ditemukan di desa Tlogosari, Bondowoso.

Seni patung baik patung dari kerikil maupun patung dari perunggu umumnya berupa figur insan dan binatang. Patung kerikil pada masa itu dibentuk dengan teknik pahat sederhana yang pahatannya dilakukan pada bagianbagian tertentu saja, yaitu muka atau tangan. Kesederhanaan itu juga tampak pada penggarapannya yang agak agresif dan terkesan kaku. Hal ini sanggup dipahami alasannya yaitu latar belakang pembuatan patung pada masa itu, yaitu untuk pemujaan nenek moyang dan patungnya sendiri ditempatkan di erat kubur.

Patung-patung insan ini ditemukan di Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Patung yang ditemukan di Cirebon, Gunung Kidul, dan patung yang ditemukan di Bada, Sulawesi Tengah, berupa kerikil besar yang cuilan atasnya dipahat sehingga berbentuk muka manusia. Patung-patung kerikil dengan obyek sederhana, hanya cuilan atas yang mengalami pengerjaan, sedangkan cuilan bawah dibiarkan polos atau cuilan kaki sengaja tidak dipahat. Bagian bawah patung yang berbentuk meruncing itu, dimaksudkan untuk mempermudah ditancapkan ke dalam tanah.

Sumber http://www.ssbelajar.net/

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "√ Budaya Zaman Bercocok Tanam"

Posting Komentar