√ Berulang Kali Ditipu, Karmen Semakin Eksis Produksi Kerajinan Bambu
Pengalamannya menjajal perjuangan dari bambu untuk wadah parsel, tak selalu berjalan lancar. Berulang kali ditipu sebab barang dilarikan sales, menciptakan I Wayan Karmen tertantang untuk memasarkan produk kerajinan bambu dari rumahnya. Hasilnya? Karmen malah sering kewalahan mendapatkan pesanan produk yang bertubi-tubi dari masyarakat.
Usaha bambu ini dilakoni Karmen semenjak tahun 1998, dua tahun sesudah berhenti bekerja di hotel. Sistem kerja di hotel yang ‘outsourcing’, menciptakan lelaki kelahiran 21 September 1972 ini tetapkan berhenti dan hasilnya menentukan berjualan keliling. Sampai hasilnya bertekad fokus merintis bisnis kerajinan bambu, sebab materi bakunya melimpah di wilayah Bangli.
Tertipu Sales, Alami Kerugian Rp 15 Juta
“Saya tinggal di Tembuku – Bangli, yang masih berlimpah bambu untuk materi baku keben, bokor, sokasi dan segala macam kerajinan dari bambu. Dan syukurnya, produk-produk ini pribadi diterima masyarakat. Meski pada awalnya saya harus mendapatkan kenyataan pahit sebab barang saya beberapa kali dilarikan sales hingga mengalami kerugian Rp 15 juta,” katanya.
Cobaan ini tidak menciptakan Karmen patah semangat, dan menentukan seni administrasi lain untuk memasarkan produk kerajinan bambu dengan tidak lagi memakai jasa sales. Karmen kemudian melirik even ekspo untuk mengenalkan produknya dan belakangan melalui media online, menciptakan pemasaran produknya makin melejit.
Bahkan, tidak pesanan dari masyarakat lokal yang tiba tak henti-henti, nyaris menciptakan Karmen kewalahan, meski sudah dibantu dengan 15 orang karyawan yang membantu dengan sistem borongan.
Baca Juga Artikel Ini :
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="5485024081"
data-ad-format="link">Dari Pinggiran Jalan Raya, Usaha Kerajinan Akar Bambu Ini Mendunia
Jika pesanan membludak, maka Karmen pun memesan dari beberapa tetangga terdekat yang juga memproduksi kerajinan bambu, supaya sanggup memenuhi sasaran pembeli. Pesanan membludak ini biasanya berkaitan dengan hari raya keagamaan atau pergantian tahun.
“Baru-baru ini, saya juga sudah meluncurkan keben motif pegerinsingan Tenganan, harganya Rp 150 ribu per keben. Saya berani memberi garansi warna hingga lima tahun tidak akan luntur. Bahannya pun dari kulit bambu, jadi akan tahan bertahun-tahun tidak akan retak atau rusak,” katanya.
Keben etnik pegerinsingan, menjadi salah satu penemuan Karmen pada tahun 2017. Karya inovatif lainnya yaitu keben dengan motif endek dan rangrang, yang sudah siap diluncurkan pada tahun ini. Motif-motif penemuan selalu ditampil Karmen, supaya pasar tidak mengalami kejenuhan.
Selalu Kelarisan Ketika Ikut Pameran Kerajinan
Tak hanya itu, Karmen pun berkreasi dengan menciptakan produk multifungsi. Seperti wadah kerajinan, pernak-pernik, atau buah-buahan. Ternyata minat pasar cukup tinggi, sehingga ketika menggelar pameran, tak jarang produk kerajinan bambu karya Karmen sering diborong dan habis sebelum masa ekspo usai.
“Produk saya harganya mulai Rp 5.000 hingga Rp 250.000. Semuanya dengan materi baku bambu. Sampai dikala ini, ketersediaan materi baku memakai bambu tali tidak pernah menemukan kendala. Justru yang menjadi hambatan yaitu sumber daya insan (SDM) untuk membantu,” katanya.
Dikarenakan produk ini murni kerajinan tangan, sehingga tidak semua orang telaten untuk mengerjakan. Karyawan borongan yang membantu di kawasan Karmen hingga dikala ini yaitu perempuan cukup umur hingga kalangan ibu-ibu.
Karyawan ini yang membantu proses pembuatan produk bambu, mulai dari memotong kecil-kecil, menjemur, direbus memakai pewarna, menganyam, diberi motif dengan teknik membatik, direbus lagi untuk menghilangkan lilin, proses pembakaran untuk menghilangkan bulu bambu dan diberi lapisan pengkilat ramah lingkungan.
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="7037953167">
“Semuanya orisinil buatan tangan, sehingga bentuk produk satu dengan lainnya sering tidak sama. Karena bukan buatan mesin. Makanya pernah ada ‘buyer’ dari Jepang memesan, kemudian komplain sebab bentuknya tidak sama. Saya jelaskan jikalau ini ‘handmade’. Tapi kini fokus pada pembeli lokal saja, sebab seruan selalu tinggi sampai-sampai agak sulit memenuhinya. Dan syukurnya, rata-rata omzet Rp 60 juta per bulan sebab seruan tidak pernah sepi,” ujarnya.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Vivi)
Kontributor BisnisUKM.com Wilayah Bali
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "√ Berulang Kali Ditipu, Karmen Semakin Eksis Produksi Kerajinan Bambu"
Posting Komentar